04 | ꜰʀᴇᴇ ᴅᴀʏ

1.2K 177 8
                                    

.

.

[Free Day, -Hajimemashou!]

.

Ainsley mendecak sebal. Ia menghela nafasnya kasar. Bola matanya menatap sengit ke arah tumpukan kertas yang berada di hadapannya. Ainsley mendecih dan mengeluarkan kata-kata kotornya tiap detik kepada sang Komandan Fajar Keemasan. Tangannya menulis kan laporan serta lembar kerjanya sebal.

" Sialan sialan sialan sialan"

Gumam Ainsley. Alisnya beradu, ia kesal. Ia tahu, Ainsley tahu jika ia membolos Upacara Penghormatan dia akan dihukum oleh sang Komandan Fajar Keemasan, William. Tapi, hei! Bukannya memberikan empat tumpukan kertas menjulang itu keterlaluan?!

[Flashback];

" Pulang tengah malam, penampilan acak acakan, dan membolos Upacara Penghormatan-"

Ainsley kini merubah posisi berdirinya, ia menoleh ke belakang. Bola mata berbeda warna yang agak tersamar karena hoodie itu dapat menangkap seorang laki-laki yang lebih tinggi darinya berdiri tepat di belakangnya dengan senyum, namun aura berat miliknya seakan keluar langsung ketika bola mata violetnya menatap bola mata kuning-merah milik Ainsley.

" -kau ini memang suka sekali membuat Komandan mu ini naik darah ya, Ainsley Novachrono?"

Ainsley yang melihat itu kemudian menurunkan penutup jubah, rambut seputih salju itu langsung saja tersiram sinar rembulan. Ia kemudian menutup kedua matanya, lantas menghela nafas, berbicara beberapa detik kemudian.

" Ah~ . .aku ketahuan ya?"

William yang melihat itu tidak bisa mengontrol emosi nya lagi, raut wajah nya masih tersenyum, namun aura berat nya semakin banyak saja. Ia kemudian melangkah ke arah Ainsley dengan tatapan maut, Ainsley yang melihat itu tidak bergeming dari tempatnya, ia mendongak, menatap tatapan maut milik William.

Ainsley yang melihat itu hanya menyeringai, membuat emosi William semakin 'ingin menghukum' miliknya semakin berapi-api. Ia kemudian menggenggam pergelangan tangan kanan Ainsley. William maju, ia menabrakkan tubuh kecil si bocah surai putih itu ke dinding markas.

Bukannya terintimidasi, Ainsley malah mendongak dengan tujuan menatap menantang Komandannya yang selisih tinggi tiga belas sentimeter dengan Ainsley. Bisa dilihat, William kini sudah tidak tersenyum, raut wajahnya menjadi serius. Dan wajah itu tepat berada kira-kira sepuluh sentimeter dari wajah Ainsley. William yang bersitatap mata dengan Ainsley kemudian berbicara dengan suara berat.

" Kau . .tahu apa yang kau lakukan, Ainsley?"

Seringai Ainsley melebar mendengar ucapan bernada berat dari sang Komandan. Kilatan tajam bola mata violet milik William tidak meruntuhkan kepercayaan diri Ainsley, malah bocah berbeda warna bola mata itu semakin tertantang.

" Oh? Aku baru tau kalau kau bisa berbicara dengan nada berat begitu. Biasanya kan-"

BRAKK!! Bunyi dari tangan William yang menghantam dinding Markas Fajar Keemasan terdengar, bahkan Ainsley ngeri sendiri dengan suaranya. Ainsley bahkan sampai mengasihani tangan William yang tampak memar dengan kejadian menghantam keras dinding markas. Seketika, ucapan Ainsley terhenti dengan hal yang dilakukan William. William yang melihat reaksi si bocah surai putih kemudian mendekatkan wajahnya tepat di samping telinga Ainsley.

" Berhenti bermain main denganku"

Ainsley bergidik, ia bisa merasakan nafas teratur milik sang Komandan di leher yang sudah tidak tertutupi kain jubah. Sejenak, pipi Ainsley dihadiri dengan rona merah tipis. Setelah mendengar ucapan William, ia kemudian menunduk. Ainsley kembali berkata.

ᴅɪʀᴛʏ ʟɪɢʜᴛ || ʙʟᴀᴄᴋ ᴄʟᴏᴠᴇʀ x ᴍᴀʟᴇ ᴏᴄTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang