Bab 1 : Dia Berubah

53 2 6
                                    

Biaya perawatan ayah

Di dalam bangsal sebuah rumah sakit, tampak seorang laki-laki berusia 50-an terbaring lemah. Seorang gadis muda duduk dikursi disebelah tempat tidur dimana laki-laki itu berbaring.

"Nak, jangan terlalu kau pikirkan biaya perawatan ayah. Ayah tidak perlu dirawat disini terlalu lama. Begitu ayah membaik ayo kita pulang " laki-laki itu berbicara dengan pelan, napasnya tampak terengah-engah.

"Ayah tidak perlu khawatir, aku masih memiliki tabungan. Aku rasa itu cukup untuk biaya perawatan ayah " gadis muda itu tersenyum menenangkan ayahnya.

Dia baru berusia 24 tahun. Dia terlihat kurus dan rapuh namun senyumnya ceria dan memancarkan tekad yang kuat.

"Ayah istirahatlah dulu, aku akan menemui dokter. Ayah jangan berpikir terlalu keras " gadis itu menyelimuti ayahnya baik-baik.

Laki-laki itu hanya mengangguk dan mulai memejamkan matanya. Dia masih terpengaruh obat sehingga matanya terasa berat. Tak berapa lama laki-laki itupun tertidur.

Kimy, gadis muda itupun meninggalkan bangsal. Sebenarnya dia tidak perlu menemui dokter. Itu hanya alasannya saja agar ayahnya berhenti memikirkan biaya perawatannya.

Kimy duduk dikursi yang tersedia didepan setiap bangsal. Dia menghela napas dengan berat. Dia tidak mengerti dengan keadaan yang tengah dialaminya.

Sebagai seorang anak, dia tak pernah melupakan baktinya pada kedua orangtuanya. Dia menyisihkan sebagian pendapatannya untuk kedua orang tuanya. Dia juga meluangkan waktu untuk merawat mereka meski dia sudah tidak tinggal bersama mereka.

Namun ibunya tidak pernah menganggap itu cukup. Saat ayahnya masuk rumah sakit, dia telah mengirimkan uang lebih dari cukup untuk biaya perawatannya. Dia juga merawat ayahnya setiap malam.

Dan pagi ini dia diberitahu pihak rumah sakit bahwa ibunya belum membayarkan biaya perawatan ayahnya satu peserpun. Dia tidak tahu harus berkata apa.

Dengan pikiran penuh, Kimy memutuskan untuk segera menyelesaikan biaya perawatan ayahnya. Dia pun segera bergegas menuju ruang administrasi di lantai pertama.

Sesampainya disana, petugas administrasi memberikan kwitansi tagihan biaya rumah sakit ayahnya. Kimy menggelengkan kepalanya saat melihat angka yang tertera ditagihan itu. Seharusnya tagihan itu bisa dilunasi dengan uang yang sudah dia transfer pada ibunya.

Namun ibunya tidak membayar tagihan itu, dan justru memberikan nomor telepon Kimy pada petugas yang bersangkutan. Kimy menghela napas dan meminta waktu sebentar pada petugas administrasi untuk mengambil uang tunai di ATM.

Beruntung dia memiliki cukup banyak uang tabungan. Pekerjaannya memungkinkannya memiliki penghasilan diatas rata-rata, bahkan jika dibandingkan dengan gaji kakaknya yang selalu dibangga-banggakan ibunya.

Selain mengambil uang tunai, Kimy juga mencetak bukti transfer dan mutasi dari rekeningnya. Dia juga menelepon bank untuk mencetak seluruh catatan transaksinya dalam beberapa tahun terakhir.

Kimy berencana untuk mengakhiri kelicikan ibu dan kakaknya yang selalu menekan dan menyudutkannya, sementara mereka menguras habis isi dompetnya.

Bank menyetujui permintaan Kimy dan dia dapat mencetaknya di cabang bank terdekat. Kebetulan itu ada di rumahsakit ini. Kimypun bergegas ke bank tersebut.

Setelah selesai dia kembali ke bangsal ayahnya. Saat hendak memasuki bangsal dia mendengar ibunya sedang berbicara. Kimy berhenti dipintu bangsal.

Ibu yang bias

"Lao Chen, lihat Angie datang. Dia menyempatkan diri menengokmu meski dia sibuk bekerja. Dia juga telah menyediakan uang untuk biaya perawatanmu " ibunya berbicara dengan lembut. Disebelahnya, Angie berdiri dengan anggun. Dia tersenyum manis.

"En.. bukankah itu sudah seharusnya. Kimy sudah disini sedari pagi. Dia sedang menemui dokter " Lao chen menjawabnya dengan acuh tak acuh.

"Haiya.. itu bagus kalau dia kemari" ibunya mendengus mengejek. "Lao chen apa dokter sudah memberitahumu berapa biaya perawatanmu dan kapan kau boleh pulang?" sambungnya lagi.

"Ibu ayah masih harus dirawat beberapa hari lagi. Kondisinya belum baik " Kimy masuk kedalam bangsal. Dia menatap ibu dan kakaknya yang terlihat cemberut begitu mendengar suaranya.

"Ini tagihan biaya perawatan ayah. Staf administrasi baru saja memberikannya padaku " Kimy tersenyum memberikan tagihan Itu pada kakaknya.

"Kenapa tidak kau lunasi sekalian? Bukankah kau dari sana? " ibunya tampak tidak senang.

"Bukankah kau bilang, Angie yang akan membayarnya? Dia sudah membawa uangnya bukan? " ayahnya menatap ibunya dengan pandangan menyelidik.

"Angie sudah menghabiskan uangnya untuk biaya hidup kita sehari-hari dan dia juga harus menabung untuk pernikahannya. Sudah selayaknya Kimy yang akan membayarnya sekarang " ibunya membantah dengan sengit.

"Ibu jangan bercanda ah, aku sudah mengirimimu uang untuk biaya rumah sakit ayah. Tiap bulan aku juga mengirimimu untuk biaya hidup kalian. Seharusnya jiejie tidak perlu mengeluarkan uangnya dan lebih berkonsentrasi untuk persiapan pernikahannya " Kimy tersenyum dan mendekati ayahnya.

Laki-laki itu sepertinya berusaha untuk duduk. Kimy membantunya untuk bersandar ditempat tidur dengan menyesuaikan posisi bantalnya.

"Apa maksudmu nak? " Lao chen terlihat bingung mendengar perkataan Kimy. Selama ini istrinya, Qiao yun, selalu mengatakan Kimy tidak berbakti, serigala bermata putih yang tidak tahu membalas budi. Tidak seperti Angie yang selalu memperhatikan kebutuhan orang tuanya.

"Ayah kau masih sakit, sebaiknya beristirahat saja. Kimy dan ibu tidak bermaksud apa-apa. Aku akan menyelesaikan administrasinya " Angie berkata dengan lembut dan penuh perhatian.

"Aku sudah membayarnya jie. Kalau kau mau pergi, pergilah. Aku ingin berbicara berdua saja dengan ayah " Kimy menatap kakaknya dengan dingin.

"Nak duduklah, ayah akan mendengarkanmu " Lao chen menyuruh Kimy duduk didekatnya.

"Kau sungguh anak yang tidak tahu diri, ayahmu sakit namun kau malah menambah beban pikirannya. Lao chen sungguh kau ayah yang malang " Qiao yun mulai menangis terisak-isak.

Kimy yakin sebentar lagi dia akan berguling-guling dilantai. Dimasa lalu itu efektivitas menghentikan Lao Chen dan Kimy mengambil tindakan tegasnya padanya.

Namun kali ini dia bertekad untuk mengabaikannya, dia harus tegas pada Ibu dan kakaknya. Tidak masalah ayahnya akan berdiri disampingnya atau mereka.

"Ibu berhenti menangis, tak ada yang perlu ditangisi. Dan jika kau hendak berguling-guling sepertinya biasanya coba pikirkan lagi. Aku pasti akan memanggil dokter agar kau diperiksa " Kimy menatap ibunya dengan tegas.

Qiao yun tidak percaya mendengarnya, Kimy tidak pernah membantahnya. Angie juga terkejut dengan perubahan Kimy.

Hati sang kakak

Benarkah itu Kimy? Adiknya yang pandai namun pendiam dan tak pernah membuat keributan. Setiap dia dan ibu mereka membuat masalah, Kimy selalu diam meski tahu merekalah yang bersalah.

Bahkan saat Kimy mempergoki perselingkuhannya dengan Lin feng, kekasihnya, Kimy tidak berusaha untuk mempertahankannya. Dia hanya pergi dan mengabaikan mereka.

Namun seingatnya, sejak itu Kimy mulai berubah. Dia tidak lagi pendiam dan mengalah. Beberapakali usahanya untuk menguras uang Kimy berakhir dengan keributan besar. Terutama masalah motor milik Kimy yang dijual ibu mereka.

Angie menatap Kimy dengan ganas. Saat ini tidak ada jejak Angie si cantik yang lembut, baik hati dan penyayang dalam tatapan Angie.

Sedari kecil Angie sangat membenci adiknya itu. Kimy selalu mengunggulinya dalam segala hal. Selain pandai, Kimy sebenarnya lebih cantik darinya. Namun ibunya tak pernah membiarkan Kimy terlihat lebih cantik dari Angie.

Karena itu sejak kecil dia dibiarkan kurang gizi, sehingga terlihat kurus dan tidak terawat. Begitu juga sekarang, saat mereka sudah dewasa.

Qiao yun berusaha menguras uang Kimy untuk memenuhi kebutuhan Angie dan membuat Kimy tetap lebih miskin, kurus dan jelek.

Namun sepertinya sekarang itu sulit untuk dilakukan. Kimy tidak lagi mengalah malah berbalik melawan mereka.

Scandal : The President's Secret LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang