一 Birth of Lee Felix

1K 79 0
                                    



Kelopak mekanik milik robot dengan kode 1509 di tangannya itu terbuka, menampakkan iris sewarna lautan yang menenangkan. Beberapa manusia yang hadir kemudian dengan sangat sibuk berlalu lalang di sekelilingnya dan membuat keributan.

Sedikitpun ia tidak bisa merasakan apapun dari dalam tubuhnya. Semuanya kaku dan terasa sangat dingin. Tetapi sensor di dalam tubuhnya mengatakan jika manusia di sekelilingnya sedang merasa senang saat ini.

Senyuman bangga, jabat tangan, dan pelukan, semuanya terekam dengan sangat jelas di netra kosong miliknya.

"Selamat datang, 1509." Ujar salah satu manusia dengan nametag Christopher Bang yang baru saja memasuki ruangan. Pemuda itu mengajak robot yang baru saja bangun dari tidurnya itu berjabat tangan.

1509 hanya menggerakkan tangannya kaku untuk membalas uluran tangan Christopher. "Karya lain Prof. Seo yang sangat luar biasa."

Pemuda itu mengamati 1509 dengan seksama.

Kedua matanya yang sebiru lautan sangatlah menawan. Kulitnya yang sangat dingin bahkan terasa begitu lembut di tangan si pemuda. Semua lekuk wajah dan tubuhnya jelas mencerminkan kesempurnaan. Sungguh sesuatu yang sangat mencerminkan penciptanya yang juga sempurna.

"Kasar sekali kau Chris," seorang lelaki berjas masuk ke dalam ruangan. 1509 melihatnya mengintip dengan raut bahagia dari kaca pembatas tadi.

Lelaki itu yang sepertinya juga tertarik pada 1509 kemudian ikut mengulurkan tangan pada sang robot yang bahkan belum mengucapkan satu patah kata-pun di dunia barunya ini.

"Namaku Kim Woojin, asisten pribadi Prof. Seo."

1509 melepas genggaman tangan Christopher kemudian menjabat tangan lelaki bernama Woojin tadi. "Kode 1509. Buatan Prof. Seo Changbin yang terbaru. Menggunakan iris mata dengan teknologi terbaru, kulit sintetis berkualitas tinggi dan kecerdasan buatan dengan IQ di atas 150. Salam kenal, Dr. Kim Woojin."

Woojin tersenyum melihat respon robot di depannya. Penjelasan rinci yang diberikan oleh robot itu dengan raut datar dan tatapan hampanya benar-benar membuat Woojin dan semua orang di dalam ruangan tersebut harus kembali mengakui soal kecerdasan Profesor muda yang memimpin mereka.

"Kode 1509 bukan lagi namamu. Mulai sekarang namamu adalah Lee Felix, sebuah Artificial Intelegence ketiga yang disempurnakan oleh Prof. Seo Changbin." Ujar Woojin kemudian. Seorang dokter lain di sana mendekat.

Felix hanya memperhatikan percakapan kedua manusia di depannya tanpa berniat ikut serta. Tubuhnya masih sangat kaku.

Otak buatannya dengan cepat mengkaji semua informasi. Mulai dari data tentang dirinya, kemudian manusia yang berada dalam ruangan yang sama dengannya, hingga seluruh bangunan yang ia tempati.

Semua itu tersusun rapi dalam otak buatannya. Sebuah chip.

"Felix." Tengah fokus mengkaji semua data yang baru saja ia buka dalam kotak kecil dalam kepalanya, tak sadar Felix kehilangan hampir semua manusia yang tadi berada dalam ruangan kecil tempat ia membuka mata untuk pertama kali.

Tersisa satu orang dokter yang tadi mendekati Woojin disana.

"Aku akan melakukan pengecekan terakhir padamu, setelah itu aku akan mengantarkanmu ke kamar." Pemuda dengan nametag Minho Lee itu tersenyum lembut pada Felix. Membuat sang robot tidak bisa menolak.

Felix kemudian berbaring, mengikuti intruksi dari Minho. Kedua kelopak mekaniknya kembali berkedip lucu kala ia merasakan sengatan yang menyenangkan di pergelangan tangannya.

"Tidak ada yang perlu kau khawatirkan." Minho menyimpan alat yang memberikan Felix sengatan tadi. Robot yang baru saja terbangun hanya diam dan memperhatikan pergelangan tangannya.

"Prof. Seo sangat menantikan peluncuranmu. Dia bekerja siang dan malam untuk menyesuaikan semua sistem dalam tubuhmu agar menjadi sangat mirip dengan kami, para manusia. Dia bahkan rela menghabiskan berjam-jam di laboratorium agar bisa menemukan perbandingan yang tepat untuk diameter kabel dalam setiap lekuk tubuhmu."

Felix dapat melihat dengan jelas hasil usaha keras dari sang profesor. Ketika ia melakukan scanning pada tubuh manusia dia depannya, dapat ia temukan banyak kesamaan antara kabel-kabel yang menopang hidupnya dengan pembuluh-pembuluh darah bahkan syaraf milik manusia itu.

Perlahan sebuah senyuman terlukis dengan manis di wajah robot itu.

Dan itu adalah kali pertama bagi Minho bisa melihat seorang robot tersenyum dengan begitu alami.

Kedua robot yang diciptakan sebelum Felix juga bisa tersenyum, bahkan senyumnya sangat manis. Namun ada sesuatu yang berbeda dari senyuman AI di depannya itu.

"Felix, kurasa kita harus pergi ke kamarmu sekarang, aku harus melakukan beberapa pengujian di sana." Mendengar ucapan Minho membuat Felix mengangguk.

Minho yang mengesampingkan kejadian senyuman Felix kemudian membawa robot itu keluar dari tempat kelahirannya. Menyusuri sebuah lorong dan akhirnya sampai di sebuah ruangan besar yang dipenuhi dengan buku-buku dan juga jendela dengan pemandangan padang rumput yang begitu luas.

Felix tidak bisa berkata-kata, sekali lagi ia hanya tersenyum dengan begitu bahagia.

"Selamat datang di rumah barumu, Lee Felix."

Epiphany (1/4: changlix)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang