八 Broken Pieces (1)

361 54 7
                                    


​Sebagian dari wajah Felix mengalami retakan parah.

​Ketika robot itu bangun dari tidurnya ia tak bisa melihat apapun menggunakan mata kanannya. Hanya ada percikan-percikan dalam penglihatan di mata kanannya.

​Felix mencoba mendeteksi apa yang salah dari matanya. Tapi ia tak bisa menemukan apapun. Tubuhnya hampir tidak merespon semua perintah dari otaknya, dan itu membuat Felix kelimpungan.

​Diluar sana orang-orang tak henti berbisik tentang dia. Suara-suara itu samar sampai ke sistem pendengarannya.

Apa hanya sampai sini saja?

​Semakin lama suara gaduh itu berubah menjadi langkah kaki yang sangat cepat. Tidak hanya satu atau dua, rasanya seperti seisi laboratorium sedang berlarian sekarang.

​Felix membuka kedua matanya, memaksa mata kirinya yang juga sudah memburam dihantam banyak sekali kerusakan untuk melihat ke sekeliling.

​Chan dan Minho masih berada di ruangannya, kedua pemuda itu nampak memperhatikan status Felix yang masih jauh dari kata stabil. Chan sesekali memandang keluar, dari kaca besar di depan ruang perawatan pemuda itu menatap orang-orang yang terus berlarian.

​Felix ingin bertanya apa yang terjadi, tapi sayang sekali ia tidak bisa. Bibir dan pita suara mekaniknya masih tidak bisa menerima perintah dari otaknya. Ia hanya bisa berdiam diri sambil melakukan perbesaran ke arah orang-orang yang sedang berlarian diluar, berusaha mengidentifikasi apakah ada sosok yang dicarinya disana.

​"Felix, kau sudah bisa membuka matamu? Bisa kenali kami? Bisa katakan sesuatu?" Chan yang menyadari jika Felix sudah membuka matanya menghampiri robot itu dengan cemas. Minho mengikuti di belakang.

​"Felix, katakan sesuatu, kumohon." Felix masih diam. Minho yang menyadari jika robot itu masih belum bisa menjalankan program dalam tubuhnya dengan baik kemudian menepuk bahu Chan.

​"Biarkan dia untuk memproses ini semua."

​Felix hanya mengangguk. Satu program sudah bisa dijalankan, anggota geraknya kembali berfungsi.

​Melihat Felix mengangguk membuat Minho tak bisa menyembunyikan senyumannya. "Pelan-pelan saja, kumohon."

​"Chang-bin—" Kata pertama yang keluar dari kedua belah bibir merah muda Felix jelas membuat Minho dan Chan saling melempar pandang.

​"Hari ini peluncuran AI keempat, kita tidak bisa mengganggunya Felix. Bersabarlah sebentar." Ujar Chan dengan tatapan sendu.

​Felix mengangguk. Tentu saja.

​AI keempat itu jauh lebih penting darinya. Tentu saja Changbin berada disana untuk AI itu. Tentu saja, karena Felix sendiri tahu.

​Changbin tak pernah jatuh bersamanya dalam perasaan itu. Changbin tidak pernah mencintai Felix.

~Epiphany: Broken Pieces 1~

​Di sisi lain semua teknisi dan juga dokter yang ikut serta dalam pembuatan AI keempat dengan kode 0802 buatan Changbin tengah bekerja keras untuk menyeimbangkan semua aspek penunjang kehidupan sang robot.

​Changbin? Tentu saja ia ada disana. Pemuda itu dengan seksama memeriksa semua laporan perkembangan 0802 yang diberikan oleh Woojin sebelum pemuda yang lebih tua darinya itu sibuk mempersiapkan peluncuran 0802 yang tinggal menghitung menit.

​"Prof. Seo." Salah seorang teknisi menghampiri Changbin, wajahnya nampak khawatir dan juga kalut.

​Changbin segera memberikan dokumen pemeriksaan 0802 pada salah satu dokter yang bertugas mengawasi proses peluncuran disana. Pemuda itu kemudian mengikuti teknisi tadi menepi. "Ada apa?"

Epiphany (1/4: changlix)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang