🎁

327 37 2
                                    

Normal's POV

Seo Changbin menghembuskan nafas kasar. Ditatapnya kalender dengan tanda silang yang baru saja dibubuhi Jeongin di depan angka 24.

24 Desember, sehari sebelum natal.

"Kakak ngeliatin apa?" Felix-yang kini sudah berstatus sebagai kekasihnya-yang baru saja memasuki ruang kerja Changbin segera menghampiri profesor muda yang masih asik menatap ke arah kalender itu. Beruntung Jeongin sudah beranjak dari sana, duduk di pangkuan hangat Hyunjin dan bermanja pada manusia kelebihan hormon itu.

Merasa dipanggil, Changbin mengalihkan pandangannya pada sosok Felix yang tepat berdiri disampingnya. Bibir keduanya hampir saja bersentuhan jika saja Changbin tidak menahan gerakan kepalanya.

"Kamu buat kakak kaget Fel, untung kakak ngga punya penyakit jantung." Changbin menggerutu, sementara yang diomeli hanya membalas dengan cengengesan tidak jelas.

"Habisnya kakak malah lihat terus kalender begitu, ada apa sih?" Felix mengambil tempat duduk disamping Changbin, kedua irisnya menatap ke arah yang sama seperti Changbin.

"Natal udah tinggal besok Lix, mungkin Kak Changbin bingung mau apa kan? Kita semua seharian bakal off. Seungmin sama Kak Chan mau nge-date, Hyunjin mau ikut Jeongin ke Busan, seharian, dan aku tentu mau cuddling seharian sama kak Minho." Jisung tiba-tiba saja menyahut. Tangannya membawa dua botol air mineral, satu diserahkan pada Felix dan satunya disimpan diatas meja.

Lelaki manis itu berterima kasih sebelum akhirnya menyandar pada bahu Changbin. Lelaki tampan itu memintanya untuk berhenti bersikap canggung dan formal, karena alasan itu juga ia mengganti panggilan profesor menjadi kakak. Beruntung Changbin sangat menyukai panggilan itu.

"Lagipula apa kau tidak berpikir untuk mengajak Felix keluar?" Tanya Chan dari jauh. Dokter itu sedang memainkan gawainya, mencari tempat-tempat yang sekiranya cocok dikunjungi bersama kekasih manisnya.

Changbin hanya diam, mengacuhkan semua ucapan orang-orang yang terus mengajaknya mengobrol. Felix yang ada di sebelahnya ikut heran. Tidak biasanya Changbin diam begini, biasanya ada saja bahan untuknya mengomel terutama pada Hyunjin atau Minho.

"Kakak sakit?" Tidak tahan, Artificial Intelegence satu itu meletakkan tangan mungilnya di dahi Changbin. Wajahnya yang menunjukkan ekspresi cemas justru nampak manis dimata hadirin yang lain sehingga saling melempar senyum tanpa sadar.

Begitu juga Changbin yang sukses pecah fokusnya hanya dengan sentuhan lembut dari tangan dingin sang kekasih.

"Kakak gapapa, ayo lanjutkan penelitiannya." Ajaknya. Felix hanya menatap heran sebelum ikut bangkit dan menuruti titah Changbin.

"Kira-kira kado macam apa yang pas buat malaikat kecil seperti Felix?"

~~~

"Hyunjin, benda apa yang paling disukai Jeongin?" Celetuk Changbin. Hyunjin yang sedang meminum air mineralnya rakus terbatuk kecil. Gila, ini Changbin mau membunuhnya atau bagaimana?

"Kau kenapa?" Pertanyaan bodoh. Hyunjin mencebikkan bibir seksinya kesal.

"Ya kau pikir saja sendiri. Kenapa kau harus bertanya soal kesayanganku kalau kesayanganmu itu sudah lebih dari sempurna?" Cibirnya yang dihadiahi jitakan sayang dari Changbin.

"Bodoh, untuk apa juga aku merebut Jeongin? Aku hanya bingung harus memberi apa untuk Felix besok." Ujar Changbin lalu melenggang keluar ruang istirahat, meninggalkan Hyunjin yang malah lanjut mengumpati kelakuannya barusan.

Diluar ruang istirahat, profesor muda itu berpapasan dengan Minho dan Jisung. Sebenarnya Changbin enggan jika harus menanyakan hal seperti memberi kado untuk Felix kepada kedua manusia yang telah disebutkan diatas.

Epiphany (1/4: changlix)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang