四 Appear of Seo Changbin

393 60 3
                                    



Ruangan yang dulunya dipenuhi oleh buku-buku dan juga meja yang berantakan kini digantikan oleh pemandangan kain serba putih yang menutupi setiap barang.

Kamar Felix resmi kosong.

Sejak kejadian rusaknya sistem Felix sebulan yang lalu ia terus ditempatkan di ruang observasi. Sejak saat itu pula ia dikurung dan diputus koneksinya dengan Seungmin juga Jisung.

Robot manis itu menghela napas. Di ruangan tempatnya berdiam diri sekarang hanya ada sebuah tempat tidur dan juga EKG* yang terus berbunyi tiap kali ia menghela napas.

Pertama kali dalam hidupnya Felix merasa ingin keluar dari laboratorium.

Diperlakukan layaknya manusia biasa dengan teman-teman yang hangat dan terbuka di sekelilingnya membuat Felix sedikit-banyak melupakan kodratnya sebagai seorang robot.

Ia ingin lebih.

Ia ingin bisa tertawa lepas seperti yang dilakukan para staff laboratorium ketika saling melempar canda. Ia ingin bisa merasa senang ketika membicarakan hal-hal menarik bersama kedua temannya. Ia ingin bisa ikut bersedih ketika Minho menangis waktu itu. Ia juga, ingin merasa marah karena tidak bisa mengartikan sebuah ganjalan di hati buatannya.

Rasanya sesak sekali, tapi Felix tidak mengerti perasaan macam apa itu. Sistemnya akan mati begitu saja kala Felix memaksakan diri untuk mencerna jenis perasaan itu dalam datanya.

"Felix." Dokter Chris—yang sejujurnya lebih sering dipanggil Chan itu—memasuki ruangan. Sebuah senyuman yang Felix pahami sebagai senyuman sedih terlukis di wajahnya.

"Hai, bagaimana keadaanmu?" Chan berlalu dan mengecek EKG yang terletak di samping tempat tidur Felix. Pemuda itu kemudian membuka akses digital dalam ruangan dan mulai melakukan sesuatu.

Felix hanya diam memperhatikan sambil ikut mengintip ke arah layar digital yang tercipta begitu Chan membuka akses. "Baik."

Dan hanya satu kata yang terlontar sebagai jawaban.

"Aku tidak hanya datang untuk mengecek kondisi tubuhmu secara harfiah Lee Felix," Dirasanya cukup, Chan kemudian menutup akses dan mengambil tempat di samping Felix. Sekilas ia menatap sekian banyak kabel yang terhubung ke tubuh mungil Felix dan tersenyum miris.

"Aku bertanya soal keadaanmu." Pemuda itu menekankan kata keadaan sambil menatap Felix dengan sorot khawatir di kedua irisnya yang tentu ditangkap dengan baik oleh sensor Felix.

Sang robot menunduk. "Aku tidak mengerti Dr. Chris."

Felix mengangkat wajahnya. Iris biru lautnya yang kini entah mengapa nampak sangat sedih di mata Chan tepat menatap ke matanya.

"Kalian bilang kalau robot itu tidak bisa merasakan sakit. Tapi nyatanya aku merasa sangat sakit. Semua fungsiku error. Program dan data semuanya tidak sinkron. Aku merasa sangat sakit hingga otakku bisa saja terbelah dan kepalaku bisa saja meledak." Ujarnya dengan nada yang tak biasa.

"Aku tidak mengerti." Robot itu kemudian menutup kelopak mekaniknya. Membiarkan banyak percikan cahaya putih kembali memenuhi otaknya.

Chan hanya memperhatikan Felix dalam diam. Dari jarak sedekat ini dan juga semua penjelasan Felix—dan sedikit penjelasan dari Minho—ia jelas mengerti jika Felix tidak sama seperti dua AI yang sebelumnya diciptakan oleh Profesor Changbin.

Felix jelas berbeda, hanya saja tidak ada yang mengerti kenapa ia bisa begitu berbeda.

Suara ketukan menghancurkan semua tatanan kalimat yang sudah hampir keluar dari mulut Chan. Pintu kemudian terbuka dan menampakkan Woojin di sana. Tapi ia tidak sendirian. "Chris."

Chan tersenyum pahit sebelum pamit untuk pergi. Woojin dan sosok di belakangnya membuat Felix yang awalnya menunjukkan raut sedih kini berubah menjadi terkejut. Pandangannya memutih selama beberapa detik sebelum sentuhan ringan ia rasakan di tangannya.

"Kau sempurna." Kalimat itu meruntuhkan semua pemikiran Felix. Otaknya tiba-tiba saja terasa seakan berhenti berfungsi. Pemuda di hadapannya jelas menarik semua atensi Felix.

"Prof. Seo—" Changbin menatap robot di hadapannya dengan tatapan memuja. Ia tak menyangka jika rangka wajah Felix yang dirancang olehnya sangat mirip dengan Chaewon. Robot itu memiliki identitas resmi sebagai lelaki, tapi sangat cantik.

Kulitnya halus dan juga putih bersih, persis seperti Chaewon. Kedua bola matanya yang merupakan hasil teknologi terbaru di zaman ini juga sangat biru dan menenggelamkan Changbin ke dalamnya, tepat seperti milik Chaewon.

Apa bisa ia simpulkan jika ia sedang bermimpi saat ini? Karena rasanya Felix tak mungkin bisa menjadi nyata.

Dia terlalu indah, sama seperti Chaewonnya.

Tapi tentu saja tidak secepat itu. "Kau seharusnya sempurna Lee Felix. Tapi kenapa kau memiliki ini semua?"

Tatapan pemuda itu berubah dalam seketika. Rahangnya mengeras, dan itu terang saja membuat Woojin yang tadi datang bersamanya merasakan aura dominasi kuat yang menguar dari si profesor muda.

"Robot tidak seharusnya menangis, Lee Felix."

A/N:
*EKG itu alat buat menghitung detak jantung, ini udah dimodifikasi jadi bisa dipakai sama Felix juga karena dia juga punya jantung.

Epiphany (1/4: changlix)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang