五 Question

351 63 2
                                    



Dunia Felix sekarang hanya dipenuhi kekosongan.

Semenjak Changbin mengunjunginya hari itu. ia tak bisa lagi melihat Minho ataupun Hyunjin. Hanya Chan dan Woojin yang mengunjunginya setiap hari, itupun dengan pengawasan penuh oleh Changbin yang kini selalu berada di dekatnya.

Proyek AI baru yang dijadwalkan rampung dalam tiga bulan mengalami penurunan dan akhirnya diserahkan kepemimpinannya kepada Minho. Hyunjin kini sibuk mengurusi Seungmin dan Jisung yang tak henti menanyakan tentang Felix setiap hari.

Felix sendirian.

Bahkan meski Woojin dan Chan datang mengunjunginya, kedua manusia itu hanya terus diam dan melempar senyum miris padanya. Changbin, yang kehadirannya selalu ditunggu olehnya selama ini bahkan terasa lebih jauh setelah mendekat ke arahnya.

Felix memang sedang mengalami kerusakan pada sistemnya, tapi ia masih bisa mengerti jika ia akan segera dibuang.

"Dr. Chris." Panggilnya suatu hari ketika Chan sedang memeriksa status Felix dalam layar digital untuk yang kesekian kali. Chan menghentikan kegiatannya, pemuda itu kemudian menoleh ke arah Felix dengan sebuah senyum di wajah tampannya.

"Ada apa, Felix?" Tanya Chris berusaha untuk tidak menghiraukan eksistensi Changbin yang masih mengawasi mereka dari jendela besar di depan ruang observasi.

"Apa aku akan dibuang?"

Senyuman di wajah tampan itu tergantikan dengan raut terkejut yang sangat kentara. "Apa yang baru saja kau katakan?"

Aura tidak mengenakan kembali memenuhi ruangan. Kali ini berasal dari Chan yang terus menatap Felix dengan pandangan sedih. "Bagaimana bisa kau berpikir seperti itu?"

Chan menghentikan kegiatannya. Sekilas melirik pada Changbin yang masih hanya diam memperhatikan meski ia dengan tanpa izin menghentikan pemeriksaan.

"Apa kau pikir kami bisa membuangmu? Kau adalah karya paling sempurna yang dibuat oleh Prof. Seo, kau sebuah keajaiban. Kami sudah sangat lama menunggu untuk bisa membuat robot dengan nilai tinggi sepertimu. Semuanya, memori, chip, semua syaraf dan juga organ dalammu, kau pikir apakah kami bisa membuang semua itu? Kau adalah impian semua orang disini Lee Felix."

Sempurna.

Pendengaran Felix seakan tertutup oleh sebuah dentuman besar kala Chan sampai pada kata sempurna. "Aku tidak sempurna, Dr. Chris."

Suara langkah kaki terdengar begitu menggema kala Felix menyelesaikan ucapannya. Changbin disana, tepat di samping keduanya dengan raut yang tidak bisa diartikan. Aura dominasinya jelas membuat Felix terdiam tapi tidak dengan Chan,

"Apa yang salah dengan Felix? Bukankah sebuah keajaiban jika robot bisa merasakan apa yang kita—para manusia—rasakan? Apa tidak bisa kau merasa bangga barang sedikit saja kepadanya?" Cecar Chan. Felix hanya menunduk. Ia tidak terbiasa dengan ini semua.

Perdebatan seperti ini. Ia tidak bisa memahami kenapa tapi mungkin inilah yang disebut rasa benci. Ia sangat membenci perdebatan ini.

Robot manis itu kemudian melihat ke arah Changbin yang masih memasang wajah datarnya. Keadaan tetap sunyi hingga profesor muda itu kemudian mengeluarkan sebuah perintah. "Silahkan keluar, Dr. Chris, pekerjaanmu sudah selesai bukan?"

Chan hampir meluapkan amarahnya kala tangan Felix dengan yakin menahan lengan si pemuda. Perlahan kelopak mekaniknya terbuka dan menampakkan iris yang dipenuhi oleh rasa takut. Melihat itu saja membuat Chan merasa sangat bersalah.

"Jadi?" Changbin kembali bersuara. Chan hanya menghela napas dan memilih untuk mengalah dan meninggalkan ruang observasi setelah mengusap tangan kecil Felix sekilas.

Suara pintu yang tertutup membuat Felix kembali menunduk. Kini hanya ada dirinya dan sang profesor muda di dalam ruangan itu. Keadaan di luar ruangan sama senyapnya sehingga ia urung memulai percakapan.

"Ada hal lain yang ingin kau tanyakan?"

Felix menatap Changbin ragu. Pemuda itu memang sudah menghilangkan aura dominasi miliknya tapi Felix masih segan untuk bersuara. Pita suara mekaniknya seakan rusak begitu saja ketika terkena aura dominasi milik Changbin.

"Dengar ini Lee Felix," Changbin menatap robot ciptaannya itu tepat di mata. Sedikit terenyuh melihat iris yang serupa dengan cintanya namun dengan cepat ia tepis.

"Kau adalah robot. Aku menciptakanmu dengan tujuan memaksimalkan teknologi di negara kita. Kami para manusia adalah makhluk sempurna yang diciptakan oleh Tuhan, tapi lebih banyak berbuat kesalahan daripada kebenaran."

Ucapan itu terhenti begitu saja, namun Changbin masih mempertahankan raut wajahnya. "Kami tidak bisa menjadi sosok yang melindungi ketika berbuat kesalahan. Karena itu aku menciptakan kalian untuk menjadi sosok yang bisa melindungi, tanpa kesalahan."

"Aku benar-benar bahagia ketika kau membuka mata untuk pertama kali."

Sesuatu dalam diri Felix menghangat. Robot itu kemudian menatap Changbin, membuat si pemuda berhenti bicara. "Lalu apa yang membuatmu marah? Kenapa hanya aku yang berbeda? Kenapa ketika kau mengerti jika semua kesalahan pada tubuhku adalah kesalahanmu hanya aku yang kau hukum? Kenapa—"

"Kau bisa jatuh cinta Lee Felix." Potong Changbin cepat. "Dan itu adalah sebuah kesalahan yang tidak bisa kumaafkan."

Epiphany (1/4: changlix)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang