Hanya Ingin Dekat.

130 7 0
                                    

Ana menggeliatkan tubuhnya di atas ranjang.
Tubuhnya terasa sangat sakit. Belum lagi rambutnya yang terasa perih karna jambakan neneknya.

Ana mengambil cermin kecil di sebelah tempat tidurnya.
Matanya bengkak. Wajahnya sangat pucat. Dengan malas ia turun dari ranjangnya menuju kamar mandi dan bersiap untuk sekolah.

Selesai bersiap Ana turun dan mendapati Neneknya dan Rangga sedang sarapan.

Dengan ragu Ana menyapa neneknya.

"pa pagi nek" Ana berusaha untuk tersenyum.

Bukan jawaban sapaan yang Ana dapat melainkan kata kata yang sangat menyayat hatinya.

"anak pembawa sial! Kamu mau malu malu in Cucu saya Rangga ya? Mata bengkak, wajah pucet, mau nyari perhatian siapa kamu ah? Nata? Nata aja ning-

"nekk udah!!! Teriak Rangga memotong ucapan neneknya.

Tanpa menghiraukan mereka Ana keluar untuk berangkat sekolah tanpa sarapan.

"dasar anak ga punya sopan santun! Pembunuhhhhh!!!!"
Teriakan neneknya yang masih bisa di dengar oleh Ana.

Ana berjalan gontai menuju halte untuk menunggu transportasi umum.
Ana menangis dan tetap menangis saat mengingat ucapan neneknya.

Setelah 30 menit perjalanan Ana sampai di sekolahnya dengan wajah yang berantakan, mata yang semakin sembab.

"Anaaa..." teriak seorang gadis dari arah parkiran yang tak lain adalah Rika bersama Dino

Mereka mendekati Ana dan melihat kondisi sahabatnya yang benar benar tidak baik baik saja.

"Ana kenapa nangis?" tanya Dino

Ana tidak menjawab. Ana kembali menangis dalam diam.
Lalu Dino menariknya ke dalam pelukannya.
Rika tidak pernah cemburu akan hal itu, Rika tau Dino sudah menganggap Ana seperti adiknya sendiri.

"kenapa???" tanya Rika lirih seakan merasakan kesedihan yang Ana rasakan.

"ne ne nenek di di rumah" jawab Ana dengan isakan.

Rika dan Dino tau perlakuan neneknya kepada Ana. Sangat sangat tidak baik.

Dari kejauhan Nata melihat itu semua. Nata ingin mendekat dan menenangkan Ana. Tapi di sana ada Dino. Dia pasti tidak terima kalau Nata mendekati Ana.

"iya udah, ke kelas yuk!"

Mereka berjalan ke kelas bersama. Sesekali Rika dan Dino menghibur Ana, tapi tetap saja tidak ada senyuman yang muncul di wajah gadis itu.

—————————
Rangga Pov

Gue merasa gagal ngebelain Ana. Di depan nenek gue ga bisa berbuat banyak. 
Gue berusaha menyusul Ana tapi gue sama sekali ga nemuin dia.

10menit gue nunggu di kelas Ana. Akhirnya Ana datang bersama Dino.

"ana... " panggil gue lirih

"bang Rangga, kok disini ?" tanya Ana tersenyum seolah semua baik baik aja.

"Ana bang Rangga minta maaf na.."
Ucap gue dengan air mata yang berhasil lolos dari tempatnya.

"bang rangga cengeng!!! Ana ga apa! Cowo ga boleh nangis!" kata Ana menghapus air mata di pipi gue.

"cowok kok cengeng sih bang?" celetuk Dino lalu duduk di bangkunya.

"diem lo! Cuma Ana yang bisa ngebuat gue nangis kayak gini!, iya udah nanti pulang sama Tara atau Rendi aja ya, gue ada jam tambahan" kata gue sambil menghelus pipinya.
Lalu meninggalkan Ana di kelasnya.

————————
Author Pov

Suatu berkat untuk Ana karna guru yang mengajar hari ini tidak bisa mengajar karna sakit.
Hal ini di manfaatkan Ana untuk tidur di atas mejanya sampai bel istirahat berbunyi.

Rendi berjalan ke meja Ana "Naa ke kantin ya makan?" tawar Rendi

Ana menoleh "hem ga deh ga pengen" lalu kembali menundukkan kepalanya.

Saat ingin kembli tidur, Ana teringat dengan Nata. Mengingat Nata, Semangatnya terasa bangkit kembali.

"ya uda gue be-

"ga usah!" teriak Ana mengagetkan semua orang yang masih ada di kelasnya.

Tara,Rendi dan Dino menatap Ana heran .

"kenapa kok mendadak semangat gitu?" tanya Tara menyipitkan matanya.

"mau ke kelas Nata deh! Dadahhhh sahabatkuuhh" teriak Ana lalu meninggalkan 3 sahabatnya itu.

"Bahagia banget pas inget Nata!" kata Rendi pelan tapi masih terdengar.

"biarin sih! Yang penting Ana bahagia kan? Dah yuk kantin!" ajak Tara menarik Dino dan Rendi.

Ana berjalan dengan penuh semangat dan senyum di bibirnya.
Entah apa yang terjadi pada Ana.
Moodnya membaik setelah mengingat Nata mengantarnya pulang walaupun mungkin karna terpaksa.

Ana melihat kelas Nata kosong.
Ana berbalik menuju Taman belakang. Tempat kesukaan Nata.

"ngapain di sini?" tanya Nata saat merasakan ada Ana di belakangnya.

Ana berjalan mendekati Nata.
"Nata kok tau kalo ini Ana?"

Hati gue selalu ngerasain kehadiran lo Ana - batin Nata

Nata menoleh "gue tanya ngapain lo disini?"

"Ana nyari Natalah" jawab Ana dengan senyumnya.

Nata berdiri dan memblakangi Ana.
"gue ga suka lo cariin."
Nata kemudian berlalu meninggalkan Ana.

"Ana cuma pengen deket sama Nata masa sih ga boleh?" teriak Ana yang masih bisa di dengar oleh Nata.

Mood Ana tiba tiba kembali buruk.
Nata selalu saja mengabaikan Ana.
Ana memutuskan untuk ke kantin mencari sahabatnya.

Ana duduk di sebelah Rendi.

Rendi menoleh "kenapa lagi Na? Tadi semangat kok sekarang gini?"

Ana tidak menjawab pertanyaan Rendi. Ana menaruh kepalanya di atas lipatan tangannya di atas meja.

"di tanya jawab dong Na!" ucap Rangga yang baru saja sampai di kantin

Ana mengangkat kepalanya "Apa bang?"

"kenapa?" tanya Rangga lagi

"ga apa! Ana ke kelas ya, ngantuk!"
Ana pun berlalu meninggalkan Rangga dan sahabtnya.

Seharusnya Nata yang berjuang buat dapetin maaf dari lo bukan sebaliknya -Batin Rendi

"bang.. Apa ga sebaiknya kita bilang ke Nata biar dia ga keterlaluan sama Ana?" tanya Tara

Rangga berpikir sejenak, dan menatap mereka satu persatu.

"iyain aja sih bang, kasian Ana tau!" ucap Dino

"emm ga dulu deh! Gue pengen liat seberapa tahan sih Nata cuek gitu sama Ana. Gue yakin Nata pasti kangen banget sama Ana"

Mereka hanya mengangguk pelan.

Gue akan selalu jaga lo Na -Batin Rendi

——————
Trimaksih sudah di baca.
Sampai jumpa di part selanjutnya!😊

AnantaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang