2. New Eyes

53 5 8
                                    

Putri Reyna berlari menyusuri tiap lorong Istana Utama menuju Istana Madya, tempat di mana keluarga dari Sang Raja tinggal.

Putri Reyna berhenti melangkah tepat di depan sebuah kamar yang paling luas di Istana Madya, milik putra mahkota Rasya Adnan de Adelaide, putra dari mendiang adik raja dan Delona, karena Putri Reyna anak satu satunya Raja Raifan, otomatis tahta di serahkan kepada Pangeran Rasya sebagai putra pertama garis keturunan Raja.

Putri Reyna mendorong pintu kamar Pangeran Rasya, terlihat kakak sepupunya sedang menatap luar jendela, tak terganggu oleh suara langkah Putri Reyna yang menghampirinya.

"Kakak," panggil Putri Reyna. Pangeran Rasya menoleh, menatap adiknya sambil tersenyum hangat, senyum yang sangat disukai oleh Putri Reyna, tampan.

"Ada apa?" tanya Pangeran Rasya.

"Bibi belum memberitahu kakak tentang... sesuatu?" ucap Putri Reyna dengan nada bertanya, Pangeran Rasya mengerutkan keningnya, hanya sebentar, ia telah mengingat ucapan ibunya tadi pagi.

"Ah!, Iya ibu sudah memberitahuku," jawab Pangeran Rasya.

"Ini," Putri Reyna menyerahkan kotak berisi kalung dengan manik permata berwarna Amber.

"Kenapa memberikan padaku?"

"Aku ingin kakak yang memakaikannya untukku," ucap Putri Putri Reyna, Pangeran Rasya tersenyum lagi.

Pangeran Rasya menyentuh pundak Putri Reyna, Ia menatap mata 'ajaib' Putri Reyna cukup lama.

Putri Reyna mengerjapkan matanya berulang kali. "Kakak? Ada apa? Kau menatapku seperti akan melubangi mataku," Putri Reyna menyipitkan matanya.

Pangeran Rasya menghela napas. "Aku akan jarang melihat mata indah ini lagi,"

"Kau bisa melihatnya kapan saja," ucap Putri Reyna membalas ucapan Pangeran Rasya.

"Tidak, kau pasti akan lebih menyayangi mata ambermu yang baru," Putri Reyna tidak menyangkal, perkataan Pangeran Rasya ada benarnya juga. Bagaimanapun juga karena mata amber itu Putri Reyna dapat melihat indahnya kerajaan Adelaide dengan bebas dan juga ia diperbolehkan berteman, tentu saja Putri Reyna lebih menyukai mata ambernya.

"Reyna, Kau tidak lupa kan apa fungsi matamu untuk kerajaan kita?" ucap Pangeran Rasya mulai serius.

Putri Reyna mengangguk. "Aku tidak akan melupakannya kak,"

"Ingat perkataanku!, Kau tidak boleh melupakan tanggung jawabmu sampai kapanpun, bersikaplah dewasa, kau berjanji?"

"Iya!, Aku berjanji!" Jawab Putri Reyna dengan penuh kesungguhan.

Pangeran Rasya mengelus puncak kepala Putri Reyna lembut. "Bagus!" ucapnya.

Pangeran Rasya membuka kotak berwarna merah itu, lalu mengambil kalung dari dalamnya.

Putri Reyna membalik badannya membelakangi Pangeran Rasya, menyampirkan Rambutnya ke samping kiri, Pangeran Rasya mulai menautkan kalung itu.

Perlahan Putri Reyna membalik badannya seperti semula. Warna matanya telah berubah! Bukan violet keemasan lagi melainkan warna amber yang menyala.

"Kecantikanmu berkurang dua persen, sekarang menjadi sembilan puluh delapan persen," ucap Pangeran Rasya.

Putri Reyna menarik bibirnya ke bawah setelah mendengar perkataan Pangeran Rasya.

"Bercanda!, Tuan Putri Reyna tetap menawan dengan warna mata apapun," ucap Pangeran Rasya sungguh sungguh.

Putri Reyna kembali tersenyum. "Benarkah?"

Adelaide's kingdomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang