7. an heirloom

20 3 30
                                    

Malam terasa sunyi. Putri Reyna berdiri di depan jendela kamarnya, ia membuka tirai lebar lebar hingga terlihatlah langit malam di kerajaan Adelaide dengan segala pesonanya.

"Sangat indah." gumamnya.

Ia kembali terbayang pertemuannya kala itu dengan sosok laki laki bermata biru.

"Siapa dia sebenarnya?" ucapnya.
Kilau permata bercahaya biru perlahan keluar dari balik lengan baju Putri Reyna, permata itu bersinar, Putri Reyna terperanjat kaget.

"Astaga aku melupakanmu." ucap Putri Reyna.

Jemarinya perlahan menyentuh permukaan permata itu, sangat lembut dan indah.

"Ah! Aku hampir lupa, apa kau yang membuatku semakin kuat?" Putri Reyna menatap permata itu yang bersinar semakin terang.

"Apa itu artinya... Iya?" Permata itu bergerak ke kanan dan ke kiri.
Putri Reyna tersenyum.

"Terimakasih berkatmu aku bisa meningkatkan sihir perlindungan kerajaan ini." ucap Putri Reyna tulus.
Ia tidak merasa aneh saat berbicara dengan permata yang bisa terbang itu, ia hanya merasa benda itu terlihat... bernyawa?

"sangat cantik." ucap Putri Reyna sambil tersenyum manis.

Seperti mengerti ucapannya, permata itu terbang semakin tinggi dan berputar putar layaknya seorang anak yang sedang kegirangan, jangan lupakan cahayanya yang semakin terang hingga terlihat menyilaukan.

"Sudah berhenti disitu, cahayamu bisa membuat seisi kerajaan gempar, kemarilah!"

Menurut. Permata itu mendekati Putri Reyna dan meredupkan cahayanya.

Setelah itu, Putri Reyna menutup jendelanya lalu berjalan keluar dari kamarnya sambil membawa permata itu dalam genggamannya.

"Aku harus memberitahu Ayahanda."

.......

"Apa yang kau lakukan Aiden?!" Raja Alamgir murka.

Pangeran Aiden hanya terdiam, enggan mengatakan apapun.

"Apa kau benar benar menghilangkan permata itu? Jawab Aiden!" Teriak Raja Alamgir.

Pangeran Aiden masih terdiam, Raja Alamgir menyerah, ia mengalihkan tatapan tajamnya pada pengawal Pangeran Aiden yang bernama Zero.

"Jawab ucapanku Zero?!"
Zero menatap Pangeran Aiden sejenak berusaha membaca ekspresinya namun nihil, Pangeran Aiden hanya berdiri diam tanpa ekspresi.

Melihat Pangeran Aiden yang terdiam, Zero ikut terdiam, siapapun dapat tau dalam sekejap bahwa ia hanya memihak kepada Pangeran.

"benar benar! Kalian benar benar membuatku frustasi!!" Raja Alamgir menghela napas kasar.

Raja Alamgir tampak risau, dengan melihat aura sihir putranya yang redup itu ia sudah tahu bahwa Pangeran Aiden terlampau banyak mengalirkan sihirnya ke dalam permata sihir miliknya, dan apa yang ia bilang barusan... Hilang?! Raja Alamgir tak bisa membayangkan jika seseorang dari kerajaan lain berhasil menyerap kekuatan itu.

"Katakan padaku di kerajaan mana kau menghilangkan permata itu?!"

"Untuk apa? Untuk menghancurkan kerajaan itu? Sudahlah!" ucap Pangeran Aiden sambil berlalu pergi.

Adelaide's kingdomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang