8. The ultimate weapon

27 4 22
                                    

Putri Reyna berjalan mondar mandir di kamarnya, ia tidak bisa tenang, pikirannya tak henti memikirkan apa yang sedang ayah dan bibinya bicarakan, apakah perbuatannya sungguh menimbulkan masalah? Sungguh! Putri Reyna sangat menyesal ia membawa pulang benda asing yang bukan miliknya.

"aku salah kali ini, aku benar benar salah!"

"bagaimana ini? Apa yang harus ku lakukan?"

Seorang pelayan menghampiri Putri Reyna.

"ada apa?"

"Putri, Nona Misha ingin menemui anda."

Putri Reyna menghentikan langkahnya. "izinkan dia masuk."

"Putri!" panggil Misha yang baru saja memasuki kamar Putri Reyna, Misha terlihat membawa beberapa ramuan di atas nampan, dan ia... sangat bersemangat.

"ada apa ini? wajahmu terlihat sangat berseri seri, Misha."

Misha tertawa. "oh, apakah sangat jelas?" ucapnya.

"sangat sangat jelas."

Putri Reyna mengajak Misha untuk duduk.

Misha meletakan nampan di atas meja. "tapi... Putri terlihat risau, ada apa?" tanya Misha.

"oh, apakah sangat jelas?" ucap Putri Reyna meniru ucapan Misha sebelumnya.

Misha cemberut. "kau meniruku."

Putri Reyna terkekeh. "kau sangat jarang berekspresi seperti itu Misha, kecuali karena satu hal."

"apa?" tanya Misha, penasaran dengan pendapat sahabatnya itu.

"ramuan, kau baru saja mendapat kelas ramuan, iya kan?"

"wah! Benar, ah! Apakah putri cenayang, putri selalu tau, bukan! sepertinya putri lebih dari itu, pangeran yang merupakan setengah penyihir saja tak bisa mengartikan ekspresiku." ucap Misha.

"ap... apa?! Kau baru saja membicarakan kakak, wah... benarkah ini Misha? Sepertinya kalian benar benar sudah dekat."
Misha menutup mulutnya. "apa ini? apa yang baru saja aku katakan?" batin Misha.

"maaf putri, sepertinya saya berbicara lancang."

"kenapa kau minta maaf, kau tidak salah apapun, tunggu! Apa kau baru saja berbicara sopan lagi?!"
Misha terdiam.

"berapa kali ku bilang, kau akan segera menjadi kakak iparku, kau tidak boleh berbicara sopan padaku lagi, ingat itu Misha!"

Misha menjadi gugup. "ba...baiklah baiklah."

"hmm putri, kenapa? Ada apa? Kau terlihat risau." Misha menatap Putri Reyna lekat.

"itu... sepertinya aku membuat kesalahan besar bahkan ayahanda tidak mau memberitauku." Putri Reyna menghela napas panjang setelahnya.

Misha mengelus lembut lengan Putri Reyna. "tenanglah putri semua akan baik baik saja."

Putri Reyna mengangguk angguk. "semoga saja."

Misha mengambil semangkuk ramuan yang dibawanya lalu memberikannya kepada Putri Reyna. "minumlah putri." ucap Misha bersemangat.

"apa ini?" tanya Putri Reyna.

"ini adalah ramuan yang terbuat dari bunga lily 100 tahun dan daun teh hijau, ramuan ini memberikan efek yang menenangkan, cobalah putri."
Putri Reyna menerima semangkuk ramuan itu lalu meminumnya hingga habis. "wah! kau benar Misha."

Misha tersenyum senang. "syukurlah."

"lain kali ajari aku membuatnya juga, aku akan sangat senang."

Adelaide's kingdomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang