3. A ritual of friendship

19 3 4
                                    

Keesokan harinya. Putri Reyna telah di sambut oleh Amira, Misha dan Elsa, mereka bertiga sebelumnya telah berjanji akan bertemu di taman belakang istana.

"selamat pagi putri," ucap mereka bertiga serempak.

"selamat pagi!" Putri Reyna tersenyum manis.

"saya sudah menyiapkan ritualnya," ucap Misha bersemangat.

"kau sudah menyiapkan semuanya? sendirian?!" Mereka bertiga menatap Misha terkejut.

Misha mengangguk semangat. sedangkan Putri Reyna, Amira, dan Elsa menghela napas bersamaan.

"padahal aku ingin menyiapkan bersama," ucap Putri Reyna. diikuti anggukan setuju dari Amira dan Elsa.

Misha menggigit bibirnya. "maaf, sa... Saya terlalu bersemangat," Misha merasa bersalah.

"sudahlah tak apa, ayo antar kami," ucap Elsa.

"ayo" jawab Misha, ia mulai melangkah diikuti Putri Reyna kemudian Amira dan terakhir Elsa.

Putri Reyna tak bisa berhenti berdecak kagum, sesekali ia berhenti melangkah untuk melihat lihat pemandangan tepi jalan lebih dekat.

Ketiga temannya hanya tersenyum, mereka sangat tau putri mereka telah terkurung di istananya selama 15 tahun lamanya, tentu saja ia akan sangat senang berjalan jalan di luar seperti ini, ia merasa seperti terbebas dari penjara dunia!

"Wah indah sekali," ucap Putri Reyna beberapa kali.

Kini mereka mulai berbelok ke arah kanan, mereka telah keluar dari area istana.

"Putri kau lihat mansion itu?" ucap Amira. Ia menunjuk mansion di seberang jalan, mansion itu terlihat besar dan mewah walaupun tak sebesar istana tapi mansion itu terlihat paling besar di antara rumah rumah di sekitarnya.

"Ya aku lihat," ucap Putri Reyna.

"Itu mansionku," ucap Amira.

Putri Reyna mengangguk. "Mansionmu terlihat besar dan luas," ucap Putri Reyna.

"Hmm memang ayahku sangat suka memperluas sesuatu, sebelumnya mansionku tak sebesar itu, tapi setiap tahun ia selalu memperluas mansionku, sungguh kebiasaan yang aneh," ucap Amira sambil menghela napas beberapa kali.

"Setidaknya kebiasaan ayahmu tak merugikan orang lain, tidak seperti ayahku, dia selalu menaikkan biaya pelatihan di asrama militer setiap tahun kecuali untuk mereka yang mendaftar saat hari ulang tahunnya, dan mereka yang mendaftar pada hari ulang tahun ayahku harus rela tertinggal selama 3 bulan pelatihan, sungguh kebiasaan yang suram," ucap Elsa sambil menggeleng gelengkan kepalanya.

Mendengar cerita mereka berdua, Putri Reyna dan Misha hanya terdiam.

"Wah kalian sangat beruntung," ucap mereka berdua yang ditujukan kepada Putri Reyna dan Misha.

Putri Reyna dan Misha hanya tersenyum menanggapi.

"Setidaknya kebiasaan ayah kalian masih wajar dan bukan perbuatan tercela seperti membunuh atau mencuri, kalian juga harus bersyukur memiliki ayah yang hebat, ayahanda bilang padaku ayah kalian adalah para menteri yang bertanggung jawab dan dapat dipercaya," ucap Putri Reyna.

"Kami tersanjung yang mulia memuji ayah kami," ucap Amira, diikuti anggukan setuju dari Misha dan Elsa.

"Tuan putri kita sampai," ucap Misha.

Karena terlalu asik bercerita, mereka telah sampai di depan mansion Misha yang jaraknya cukup jauh dari istana, awalnya mereka menawarkan putri untuk menggunakan kereta kuda tetapi Reyna menolak karena ingin melihat lihat luar istana, mereka pun akhirnya menyanggupi keinginan putri mereka dengan berjalan kaki bersama menuju mansion Misha.

Adelaide's kingdomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang