6. wake up

28 3 6
                                    

Di arena lapangan luas di belakang istana, tampak banyak orang sedang berlatih pedang.

Bunyi desingan pedang yang beradu terdengar bersahut sahutan.

Semua orang di sana memakai pakaian yang sama yakni hitam polos, kecuali seorang pemuda yang memakai pakaian hitam disertai jubah yang diselipkan lambang kerajaan di dada kirinya, pemuda itu tidak beradu pedang seperti lainnya, ia tampak sedang duduk sambil memindah satu demi satu bidak catur untuk menciptakan sebuah formasi.

Ia menyeruput teh di sampingnya, baru satu teguk ia menyadari sesuatu yang aneh dari teh itu, pemuda itu lantas membanting gelas tehnya.

PRANG

bunyi pecahan gelas membuat semua orang yang sedang beradu pedang menghentikan aktivitasnya, mereka lalu menghampiri pemuda itu.

Ternyata pemuda itu terlambat menyadari ada racun kuat yang dicampurkan pada minumannya, ia telah meminum seteguk teh itu sebelumnya.

Ia jatuh dari duduknya, dadanya merasakan nyeri yang teramat sangat.

Perlahan ia berusaha berdiri dan melangkah pelan masih memegangi dadanya yang nyeri.

"Pangeran!"

Di sisi lain,

Putri Reyna merasakan dadanya berdenyut nyeri, ia menutup matanya, akhirnya ia berhasil menghentikan kekuatannya,
Setelah itu....

Putri Reyna pingsan di tempat.

.......

Putri Reyna membuka netranya perlahan, bulu mata indahnya bergerak naik turun sebelum netranya benar benar terbuka lebar.

"Reyna!" Raja Raifan tampak bahagia putri Reyna akhirnya tersadar.

Putri Reyna mengedarkan pandangannya. Raja Raifan, Pangeran Rasya, Delona, dan Misha mengelilingi tempat tidurnya.

"Aku haus." Suara Reyna terdengar serak.

Raja Raifan duduk di ujung tempat tidur Reyna, memberikan segelas air.
"Minumlah."

Reyna beranjak duduk dibantu ayahnya, lalu menghabiskan satu gelas air itu sekaligus.

"Putri sangat haus rupanya." ucap Delona, Putri Reyna tersenyum malu.

"Sekarang berapa lama?" tanya Reyna.

"Dua bulan." jawab pangeran Rasya.

Reyna berbinar binar. "Be...benarkah?! Dua bulan?!"

Delona, pangeran Rasya dan Misha tersenyum melihat Putri Reyna kembali bersemangat.

Putri Reyna menatap ayahnya, Raja Raifan terlihat sedih. "Ayah? Bukankah dua bulan itu sangat baik, sihir perlindungan kerajaan kita semakin kuat ayah, mengapa ayah sedih?"

Raja Raifan mengelus puncak kepala Putri Reyna lembut. "ingat ucapan ayah, kewajibanmu memang penting tapi jangan sampai kau melupakan keselamatanmu, keselamatanmu lebih utama Reyna, ingat itu!"

Reyna mengangguk lalu memeluk ayahnya. "Iya ayah, maafkan Reyna, ayah jangan bersedih lagi, sekarang Reyna sudah tak apa."

Raja Raifan melepaskan pelukannya, Lalu menatap putrinya dalam. "Jangan membuat ayah khawatir lagi." Reyna mengangguk.

"Eh... Misha ada di sini juga?" Putri Reyna tersenyum senang.

"Ah... Saya... Saya yang memeriksa putri." jawab Misha sedikit terkejut.

"Memeriksaku? Ah... Kemarin dadaku sangat sangat nyeri tapi sekarang sudah tidak terasa sama sekali, kau memang calon dokter yang berbakat Misha."

Adelaide's kingdomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang