Kamu bercanda, saya bercanda. Kamu serius, saya lebih serius.
____________________Sebuah pulpen yang diapit oleh telinganya, mengikuti alunan langkah kaki yang dibuatnya.
Rey menuju ke kantin ditemani oleh Malika. Saat sedang berjalan menuju kantin ada para perempuan yang sedang bergerombol, ya siapa lagi kalau bukan calon skiers.
Malika menghentikan langkah Rey dengan tangannya, sehingga membuat alunan yang sedang di nikmati sebuah pulpen itu terhenti.
"Apaan sih?" Tanya Rey yg keheranan melihat Malika yg sedang memperhatikan seseorang.
"Lu liat deh itu" Malika menunjuk salah satu diantara gerombolan perempuan itu.
"Ngape?, Kaya yg gapernah liat cewe aja lu"
"Yg ono, cantik ga?"
"Namanya juga cewe, ya cantik lah. Cuma ada tingkatnnya ajaa"
"Yeu lu sama aja kan"
"Itu namanya Syahla, menurut gua si cantik bgt dia, tapi gatau deh kalo menurut lo. Denger denger juga katanya dia suka sama lo tau Rey, tapi cuma ngefans gtu si. Lo gamau apa?, Cantik begitu lo anggurin, mending buat gue""Yeu lu, kelamaan jomblo sih. Dasar ngenes"
Rey melanjutkan alunan langkah kaki yang kembali di nikmati oleh sebuah pulpen itu, ia melanjutkan untuk pergi ke kantin. Dan Malika mengikutinya.
Tempat yg biasanya Rey tempati ternyata sudah di tempati oleh orang lain, jadi Rey mencari tempat kosong yg lain. Rey tidak ingin hanya karna kemauannya, semua orang tidak dapat menikmati hak nya sendiri.
"Rey, itu gmn si Syahla, yakin lo gamau?"
Benar saja semua yg dikatakan oleh Malika, bahkan mungkin bisa saja Syahla dibilang orang yang memiliki segalanya. Syahla adalah anak dari seorang manager perusahaan terkenal di ibu kota, jadi dia adalah anak yg lebih dari berkecukupan. Semua bisa dia dapatkan dengan uang, yang tidak bisa ia dapatkan hanyalah waktu luang ayahnya. Itu yg membuat ia kurang mendapatkan perhatian seorang lelaki, sehingga ia sangat mengagumi Rey karna Rey memperhatikan Aira, yang hanya sahabatnya.
"Masih bocah elah, biarin kalo dia ngagumin gue, jadi temen doang kan bisa"
"Iyadah"
"Lagian siapa si yg gasuka sama gue, gue kan cakep, putih lagi, ga kaya lo hahahha bercandaaa" Rey bangun dari duduknya dan meninggalkan Malika.
"Yeu bodi swimming lo"
"Bodi siming sueb" Orang di sebelah Malika meralat.
"Audah serah"
"EH REY TUNGGU" Malika berlari mengejar Rey.Malika menyenderkan badannya yang kelelahan karna mengejar Rey di tembok koridor, dan mendudukan badannya.
Disana Rey sedang berkumpul, dan asyik berbincang dengan teman sekelasnya, teman sekelas Malika juga. Rasanya Malika tertinggal jauh tentang perbincangan mereka, padahal jarak kantin dan kelas tidak begitu jauh, tetapi walau sudah berlari, Malika tetap tertinggal jauh di belakang Rey. Entahlah Malika yang terlalu lambat, atau Rey yang terlalu cepat.
Saat Rey sedang berbincang, Rey terganggu dengan temannya, Deon yg sedang bergaduh, entah masalah apa.
"Ribut mulu lu pada bocah, mending ribut sama gua. Boongan tapi"
Sampai perkataan itu pun keluar dari mulutnya.Teman teman Rey tertawa, termasuk Rey.
Plakk
Satu tamparan mendarat di pipi kanan Rey, membuat benda yg terapit itu jatuh ke lantai.
"Maksud lo apa?"
Deon tidak menjawab perkataan Rey. Tapi Deon malah menonjok Rey.
Rey yang tidak terima diperlakukan seperti ini mulai membalas, Rey memutar tangan Deon dan menyekeknya. Deon terlihat sudah mulai kehabisan nafas, tapi Rey tidak kunjung melepas tangannya itu.
"MAKSUD LO APA BANGSAT?!" Suara Rey mulai meninggi, membuat semua orang di sekitar nya mulai memperhatikan Rey. Untung saja tidak ada guru, bisa habis kalau ada.
"Lepashhin guahh duluuu" ucapnya dengan nafas terengah-engah.
Akhirnya Rey melepaskan kedua tangannya yang membuat Deon kesulitan bernafas, dan bisa saja membuat tangannya patah tulang.
"Kan lu yg ngajak tadi"
"GUA BILANG BOONGAN ANJING, LU GA DENGER HAH?!"
Emosi Rey mulai tak terkendali, Rey menarik kerah baju Deon sampai Deon sudah tidak menapakan kakinya ke lantai. Kuat sekali tangan anak itu.
Dengan tangan sebelah kirinya, Rey menonjok Deon abis abisan, sampai babak belur, tapi Rey tidak peduli. Deon tidak hanya diam, ia terus menerus berusaha melepas cengkraman tangan Rey pada kerahnya, tapi nihil tenaga Rey sangat kuat. Deon hanya bisa menangkis tonjokan Rey dan mencoba menendang Rey, tapi Rey selalu berhasil menghindar.
Semua teman Rey hanya memperhatikan, bahkan ada yg bersorak menyuruhnya melanjutkan itu.
Tidak ada satupun yang berani melerai.
"STOP REY"
Teriakan itu membuat emosi Rey menurun, Rey mulai berhenti menonjok Deon dan melepaskan kerahnya.
Deon hanya bisa meringis kesakitan, Deon termasuk anak yg mempunyai nyali yang besar, karna berani berurusan dengan Rey.
"Minta maaf" ucap seseorang yg berhasil membuat emosi Rey menurun.
"Gua ga salah" ucap Rey tanpa melirik.
"Salah ga salah ya minta maaf!" ucapnya membentak.
"Gua minta maaf Rey, gua yg salah Aira" ucap Deon menyodorkan tangannya.
Rey tidak membalas dua hal itu, tangan Deon, dan juga ucapan maafnya. Rey memilih untuk masuk ke kelas.
"Dasar kepala batu" Aira menggelengkan kepalanya.
Rey kembali keluar dari kelasnya.
"Belom cukup ributnya?" Tanya Aira sambil melipat tangannya di dada.
"Apaansih, nethink mulu. Orang mo ngambil pulpen."
Rey mengambil pulpennya yang terjatuh, lalu masuk kembali ke dalam kelas.
____________________
-amandasepti-Haii gaiss, akhirnya aku update nihh, ada yg nunggu? Gaada ya xixixi soalnya nunggu itu gaenak.
Mon maap lahir batin yaa semuanyaa, soalnya kan kmrn lebaran yega wkwk.
Maapin aku late update ga kaya biasanya, soalnya kmrn aku sempet sakit gais, terus sibuk juga, banyak kegiatan padahal lagi karantina, heran aku juga.
Makasih buat yg udah baca BRAT sampe chapter ini. Jangan lupa juga buat vote ya.
Oh iya mampir juga ke cerita aku yg HeArt yaa, terimakasiihh.
KAMU SEDANG MEMBACA
B R A T
RandomSemua anak pastinya memiliki cita cita saat menaiki tingkatan yang lebih tinggi. Itupun yang dirasakan oleh Rey Hellion. Anak yang rajin saat masa sekolah dasar, ia memiliki cita cita ingin menjadi anggota osis bahkan menjadi ketuanya. Tapi ternyata...