haiiiiii!!! Terimakasih banyak untuk 14 pembaca di part satu, huhu terharu banget ternyata yang baca sampe belasan orang:')
please, enjoy:)
Pagi ini Dara bangun dengan sebuah pot berukuran sedang dengan bunga matahari kecil dan beberapa bunga berwarna-warni didalamnya. Disebelah pot itu juga terdapat makanan milik Dara yang tertata sedemikian rupa. Dara meraih ponselnya untuk melihat sebenarnya pukul berapa saat ini sampai-sampai sarapannya sudah datang lebih dulu.
10.12 AM
Sip.
Ok.
Dara ga papa. Yakin. Dara ga papa kok, cuma agak kaget. Perasaan saat alarmnya hidup tadi masih pukul enam pagi. Perasaan dirinya hanya tidur selama tigapuluh menit, bagaimana bisa ini sudah pukul sepuluh? Pasti ada yang gak beres, Dara tau.
"suster Amira gimana dah tumben banget jalannya kaya maling sampe Dara aja ga denger. Haduh, pake ngasi bunga segala lagi si suster. Kesambet apaan." Dara turun dari kasurnya untuk melihat bunga tersebut. Dilihatnya secarik kertas tepat disamping sarapannya.
Nih yang namanya bunga krisan. Inget sarapan dulu, baru ketetangga sebelah.
Saat itu lah ingatan Dara kembali tentang bagaimana dirinya tidak bisa tidur membayangkan seperti apa wajah lelaki baru penunggu kamar sebelah. Mulai dari penggabungan antara Ben Simmons dengan Jefri Nichol, Iqbal dengan Zayn Malik, Shawn Mendes dengan Abun Sungkar, Jeon Jungkook dengan Manu Rios, dan lain sebagaianya.
Mengingat rencananya hari ini untuk melihat seperti apa rupa tetangga baru, Dara segera melahap sarapannya tanpa peduli rasanya yang hambar. Ia tersenyum sesekali saat membayangkan bagaimana reaksi penunggu kamar sebelah saat melihatnya datang, atau bagaimana reaksi Dara nanti saat melihat ciptaan Tuhan paling sempurna sejagat raya.
Astaga Dara sangat tidak sabar.
Setelah dilihat sarapannya sudah habis, ia menuruni kasur dengan tidak sabar dan memencet salah satu tombol didekat bangkar kasurnya untuk memanggil Suster Amira. Dara harus meminta pendapat tentang penampilannya agar terlihat sempurna dimata tetangga baru.
Tak lama, orang yang ditunggu-tunggu datang dengan wajah kelelahan dan nafas terengah-engah. Haha, pasti lari nih Suster dikira ada yang gawat.
"ada yang sakit, Ra? Atau mau minta sesuatu?" Suster Amira menatap Dara dengan wajah panik sekaligus kelelahan. Bagaimana tidak lelah, jarak antara ruangan dara dengan ruangan perawat lumayan jauh dan ia berlari karena takut jika Dara sedang dalam keadaan darurat.
"bantuin Dara pilih baju dong, sus. Kan Dara harus cantik supaya si tetangga baru cepet-cepet kecantol." Dara menjawab sembari menunjukkan dua dress selutut, yang satu berwarna hitam dengan motif ceri sedangkan yang satu berwarna merah maroon dengan motid bunga-bunga kecil.
Suster Amira mendengus. "kirain udah emergency banget sampe mencet tombol segera segala.".
Dara tertawa kecil. Kalau Dara tidak memencet tombol segera, mungkin Suster Amira tidak akan datang secepat ini dan Dara tidak mau harus menunggu lebih lama lagi untuk bertemu dengan pangeran kamar sebelah.
Setelah selesai memilihkan pakaian yang cocok untuk Dara, suster Amira membantu Dara lagi dengan mengikat rambut Dara. Setelah sekian lama, ini kali pertama Dara merasa seperti anak remaja yang akan jalan-jalan ke pusat perbelanjaan.
Dilihatnya pantulan Wajah Dara di cermin panjang yang ayahnya bawakan ke rumah sakit. Baju terusan yang Dara gunakan merupakan hadiah dari nenek Dara saat ulang tahunnya dan Dara baru memakainya hari ini. Gaya rambutnya sangat cocok dengan pakaian yang dikenakan Dara.
"Udah cantik kok. Mau suster anter atau gak nih ke kamar sebelah?" Suster Amira bertanya dari belakang Dara, membuat Dara membalikkan tubuhnya.
"enggak deh sus, masa ke kamar sebelah aja dianter. Nanti dikira manja sama si orang baru.".
Suster Amira mengangguk lalu mengambilkan pot bunga sedang yang ia berikan tadi pagi. Dilihatnya juga mangkok sarapan Dara yang kosong. Sebuah senyum kecil terbit di wajah Suster Amira.
"Semangat banget sampe mangkok sarapannya dihabisin," Dara tertawa kecil mendengar kalimat yang dilontarkan Suster Amira yang kemudian menyerahkan pot bunga tersebut ke arah Dara.
"Nih bunganya, Suster mau bawa ini ke dapur buat dicuci." Tepat setelah Dara mengambil pot tersebut, Suster Amira mengangkat nampan tempat sarapan Dara tadi dan melenggang pergi.
"Makasih banyak ya Suster kesayangannya Dara!" Dara berteriak kecil saat suster Amira sudah keluar kamarnya. Betapa sayangnya Dara kepada Suster Amira yang baik hati dan tidak sombong.
----
Dara kini sudah sampai didepan pintu kamar tetangga baru. Rasanya seperti akan audisi indonesian Idol, sangat menegangkan. Dara bahkan meneguk ludahnya serta menarik nafas berkali-kali guna menetralkan kembali detak jantungnya.
tok tok tok!
Dara menarik nafas yang dalam, lagi. Bagaimana bisa hanya karena dirinya akan bertemu dengan seorang tetangga baru yang pasti juga manusia membuatnya grogi setengah mati? Dara rasanya ingin balik kekamar saja dan menutup wajahnya dengan bantal.
Tak lama pintu kamar tersebut terbuka, menampilkan seorang wanita yang umurnya mungkin sama dengan umur bundanya. Wajah Dara menampilkan senyum yang manis saat melihat wanita tersebut.
"Halo, Tante. Kenalin saya Dara dari kamar sebelah. Dara bawa bunga untuk pasien sekaligus tetangga baru Dara." Dara menaikkan sedikit tangan kanannya yang memegang pot bunga sedang penuh berisi bunga.
Wanita tersebut tersenyum lebar. "Sini masuk dulu, Dara. Panggil aja tante, Tante Trisa." Kemudian Tante Trisa membuka pintu kamarnya semakin lebar mempersilahkan Dara untuk masuk.
Saat kakinya sudah melangkah masuk ke dalam kamar tetangga, Dara melihat kamar ini sama seperti saat dirinya pertama kali masuk kerumah sakit ini. Kamarnya polos, dengan dua buah sofa lebar disebelah kasurnya dan sebuah tv tertempel di dinding tepat didepan kasurnya. Terdapat satu buah lemari juga disebelah meja yang berada dibawah tv.
Matanya kemudian menatap ke arah kasur tempat dimana seorang laki-laki mungkin sedang tidur-tiduran sambil mengotak-atik remot tv. Dilihatnya wajah sang tetangga baru dari samping dan disanalah Dara merasa jantungnya seperti ingin menerobos keluar.
Tetangga barunya ini lebih ganteng dari Zayn Malik dan percayalah, mata Dara seperti silau melihat ketampanan orang yang akan menjadi tetangganya ini. Biar Dara kasih tau sekarang seperti apa rupanya.
Rambutnya mungkin hitam atau kecoklatan, Dara tidak tau karena gorden diruangannya masih tertutup sehingga hanya lampu remang-remang yang memberi pencahayaan. Rambutnya juga agak bergelombang dan terlihat sedikit berantakan. Dari samping Dara melihat rahangnya sangat tegas dan tajam. Matanya menatap tajam ke arah tv didepannya dengan eskpresi bosan yang tak tertolong.
Ganteng banget Ya Tuhan, please!!
Haduh Dara jadi tambah grogi. Kakinya seperti menempel tak mau bergerak. Ditambah lagi si tetangga menoleh dan menciptakan kontak mata dengan Dara yang belum siap hati dan mental.
Astaga, Dara boleh pingsan aja ga sih?
YOU ARE READING
darlin'
Short StoryBagaimana rasanya memiliki tetangga yang cakepnya itu diatas rata-rata? Asik kan? Bisa cuci mata tiap hari tanpa harus nyari lagi.