"Sini duduk dulu, Dara." Tante Trisa mempersilahkannya untuk duduk lalu pergi ke arah meja yang diatasnya berisi gelas dan teko.
Dara diam saja memperhatikan ruangan sekelilingnya. Berbeda dengan kamar Dara yang sudah dihiasi dengan lukisan, lampu LED, foto, meja belajar, dan bahkan salah satu sudut ruangannya Dara isi dengan penyangga untuk kanvas saat dirinya melukis. Ruangannya sangat ramai.
Tak berapa lama Tante Trisa datang lagi, duduk disebelah Dara sambil membawa nampan berisi gelas dan teko tadi. Ia menuangkan air putih ke dalam gelas sambil bertanya kepada Dara.
"Dara sakit apa kok bisa sampe dirawat inap?"
Dara tersenyum kecil. "Gagal ginjal akut, Tante."
Sudah bisa Dara simpulkan bahwa Tante Trisa ini adalah salah satu orang paling ramah yang pernah Dara temui. Senyumnya yang tulus, cara bicaranya yang sangat lembut hingga saat menyambut Dara masuk dengan kehangatannya, membuat Dara betah jika disuruh berlama-lama tinggal.
Dara berpikir, Dara saja yang baru ditemuinya dan bertamu sudah diberikan kehangatan yang luar biasa apalagi kalau nanti Dara menjadi menantunya. Dara pasti akan diperlakukan seperti seorang putri raja.
eets, Dara ngehalunya di pause dulu. Nanti malu-maluin.
"udah berapa lama dirawat inapnya?"
"udah tiga tahun, Tante. Dari Dara umur lima belas." Dara menyunggingkan senyumnya kepada Tante Trisa sambil menunduk berpura-pura merapikan roknya yang tidak berantakan sama sekali.
Tante Trisa melebarkan mata semangat kemudian bertanya lagi. "berarti kamu udah delapan belas tahun dong sekarang?"
Dara terkekeh, "hehe, iya Tante."
Tangan Tante Trisa yang awalnya berada diatas lututnya kini berpindah ke pundak Dara, "Anak Tante juga delapan belas sekarang. Mau kenalan?"
Woiya jelas dong, Tante. Anaknya cakep gitu, masa gamau si.
"boleh, tante. Asalkan dianya ga lagi istirahat." Dara tersenyum malu-malu. Ah, dasar Dara gabisa jaga image bener dah, serius.
Tante Trisa berdiri dan pergi menghampiri sang tuan cakep ke bangkar. Ia membisikkan beberapa kalimat yang membuat si pendengar menoleh ke arah Dara dan mengangguk lalu turun dari tempat tidur.
Dara degdegan dong, jelas. Dilihat dari jauh aja gantengnya sampe pluto, apalagi kalo sekarang dianya duduk bareng disofa. Duh, bisa ga sehat ini jantung.
Perlahan tapi pasti si tuan cakep mendekat dan duduk di sofa seberang dengan Tante Trisa disampingnya. Tante Trisa tersenyum.
"Dara, kenalin ini anak tante. Namanya Aksa." Tante Trisa memegang pundak orang yang ia maksud alisa si tuan cakep alias si tetangga baru alias si penunggu kamar sebelah.
Dara menjulurkan tangannya dan tersenyum, "Dara"
"Aksa."
Wajah Aksa tak berekspresi meski bibirnya menampilkan senyum yang sangat tipis. Tetapi wajahnya datar seperti wajah bosan dan lelah. Dara jadi merasa tidak enak sudah menganggu waktu istirahatnya.
"Dara itu pasien kamar sebelah, Sa. Jadi kamu mungkin bakal ada temen buat ngobrol kalo mama sama papa lagi kerja dan ga bisa jagain kamu.-" Tante Trisa memotong ucapannya dan menoleh ke arah Dara.
"Dara mau kan ya jadi temennya Aksa kalo Tante Trisa lagi sibuk?"
Tentu saja Dara dengan senang hati menjadi teman Aksa yang gantengnya tak tertolong. Walaupun memang bikin sport jantung, tapi kan Dara bisa cuci mata.
Dalam hati, ingin rasanya Dara berteriak kencang memberitahu dunia kalau dirinya akan berteman dengan salah satu makhluk tercakep yang mungkin ada di dunia. Ga usah bilang Dara dramatis, tolong.
"Mau kok, Tante. Dara juga kadang kesepian kalo Suster Amira ga nemenin. Apalagi kalo Aksa suka ngelukis, bisa sama-sama nanti ngelukis sama Dara."
Tante Trisa kemudian berdiri sambil mengambil nampan yang ada di meja tanpa mengambil gelas dan tekonya.
"kalian ngobrol dulu deh ya, Tante tinggal cuci ini sebentar."
Sepeninggak ibunya, Aksa hanya diam. Tak ada sepatah katapun yang ia keluarkan. Sampai Dara memutuskan untuk bertanya lebih dulu.
"Aksa suka ngelukis?"
Aksa menoleh sebentar lalu kembali menatap layar ponsel yang sedari tadi ia genggam. "Enggak."
"suka baca buku, mungkin?"
Aksa hanya menjawab dengan menggelengkan kepalanya tanpa menoleh ke arah Dara. Hembusan nafas pelan pun keluar dari bibir Dara. Namun tak lama, Tante Trisa datang dan bersamaan dengan itu pula Aksa berdiri. Ia menatap ke arah Tante Trisa.
"Ma, Aksa mau tidur. Capek" Kemudian Aksa melangkah menuju tempat tidurnya sambil menggiring impusnya.
Tante Trisa menoleh ke arah Dara sambil tersenyum miris. "Aksa emang gitu sejak dia tau harus dirawat inap gara-gara penyakitnya ini. Tapi kalo kamu udah kenal dia, Aksa gak kaya begitu kok."
Dara mengangguk kecil. "Dara balik dulu ya, Tante."
"Besok dateng lagi ya, temenin Aksa soalnya Tante besok sibuk banget ngurusin tempat kerja tante. Tapi kalo kamu perlu istirahat gak apa-apa kok. Tante juga gak mau bikin kamu kecapean." Tante Trisa berkata begitu sambil mengantarnya ke pintu keluar.
"Iya, tante. Dara besok dateng kesini lagi kok. Dara balik dulu ya, baybay Tante" Dara melambaikan tangannya lalu berjalan kembali ke kamar miliknya.
Betapa tegangnya pagi menuju siang Dara hari ini. Aksa. Dara tau, Dara pasti bisa jadi teman untuk Aksa walaupun bukan sekarang waktunya.
em, author ini updatenya engga nentu tapi author engga peduli. xx
YOU ARE READING
darlin'
Short StoryBagaimana rasanya memiliki tetangga yang cakepnya itu diatas rata-rata? Asik kan? Bisa cuci mata tiap hari tanpa harus nyari lagi.