Zeira mengetuk-ngetuk pulpen ke meja. Dia sangat bosan saat ini, apalagi sekarang pelajaran matematika. Pelajaran yang tidak Zeira sukai ditambah yang mengajar adalah Pak botak alias Pak Budi.
Suasana kelas sangat hening, hanya terdengar suara spidol Pak Budi yang beradu dengan papan tulis. Dikarenakan guru tersebut sedang mencatat soal untuk dijadikan PR.
Zeira melirik kesamping kiri, ia melihat Kaylin asik bermain game di handphone yang ia letakkan di kolong meja. Tanpa ada niatan untuk memperhatikan soal yang akan diberi oleh Pak Budi.
Sedangkan sebelah kanan Zeira, hanya ada Fero -teman sekelasnya- yang sedang menyender di tembok sembari melihat ke depan, disamping Fero ada bangku kosong dikarenakan ia memang duduk sendiri.
Merasa diperhatikan, Fero pun melirik. Seketika ia langsung tersenyum saat matanya bertemu dengan Zeira. Tetapi Fero langsung bergidik dikarenakan Zeira malah menjulurkan lidahnya.
"Pak dikit lagi istirahat, bapak jangan nulis terus nanti tangannya kesemutan."
Celetukan dari Revan membuat Zeira menoleh ke cowok tersebut. Bahkan Kaylin mendongak, memilih untuk mematikan handphonenya.
"Betul tuh, Pak." Devan membenarkan. "Bapak gak boleh capek-capek tau, kan udah berumur."
Pak Budi menghentikan aktivitas, ia membalikkan badannya.
"Buat Revan dan Devan tugasnya ditulis dua kali ya." ucap Pak Budi dengan entengnya.
Revan dan Devan langsung melongo. Yang lain hanya menyoraki saja, untung mereka gak ikutan.
Lagian siapa suruh punya mulut gak bisa di kontrol, jadinya kena apes kan tuh.
"Bapak gak adil." sahut Revan dengan wajah memelas.
"Saya bukan presiden, jadi saya gak bisa adil sama rakyat. Apalagi rakyat macam kamu." balas Pak Budi.
"Hidup Pak Budi!" sorak Zeira dan langsung diikuti oleh teman sekelasnya.
Revan dan Devan menyorak tak terima. Masa disaat mereka berdua lagi ditindas, teman-temannya malah senang?
"Hidup Pak Budi!"
"Coblos nomor dua!"
"Heh kalian pikir saya caleg?"
Seisi kelas tertawa mendengar ucapan Pak Budi. Tentu saja kecuali Revan dan Devan. Kedua cowok itu masih meratapi nasibnya dikarenakan harus menyalin tugas dua kali akibat celetukan asal mereka.
"Sudah cukup!" lerai Pak Budi. "Sekian pelajaran dari saya, jangan lupa tugasnya dikerjakan. Revan dan Devan tulis dua kali ya tugasnya. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam. Terimakasih, Pak." ucap seisi kelas serentak.
"Huuuu jangan temenin Pak Budi." ini hanya suara Revan dan Devan.
Pak Budi hanya tersenyum mengejek sembari berjalan meninggalkan kelas.
🍑🍑🍑🍑🍑
Saat ini waktu menunjukkan jam tiga sore. Bel pertanda jam sekolah telah berakhir pun sudah berdering. Siswa-siswi GHS banyak yang sudah keluar dari kelas mereka. Bahkan illuminate sudah berada di parkiran sekolah.
"Hallo, Naya."
Bukannya masuk ke dalam mobil, Revan malah menyapa adik kelas yang baru saja tiba diparkiran. Alias modus.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZEIRA [ HIATUS ]
Teen FictionMasa-masa remaja Zeira tak seindah yang ia harapkan, masalah yang terjadi di masa lalunya ternyata masih menghantuinya sampai sekarang. Ditambah beberapa orang terdekatnya ikut terlibat. Apa yang harus Zeira lakukan? WARNING!! 🔞 CERITA INI MENGAND...