BAGIAN 4

21 1 0
                                    

The truth that I am imperfect All of it makes me feel small. But in between those gaps We can fill one another with it. So I don't even realized that it was empty.

-Puzzle piece by NCT Dream

------

Disuatu hari yang cerah---ok skip---
Hari ini free class seharian, iya karena guru pada rapat tapi kenapa muridnya ga dipulangin? Kenapa harus menunggu jam pulang?.

"Zra, zra," Panggilku sambil menggoyang-goyangkan bahunya.

"Hm," Jawab Ezra singkat.

Memang menyebalkan kalau Ezra sudah main game, ga peduli sama sekitar. Sebel banget padahal bosan karena free class, di kelas juga rame banget kaya lagi di pasar.

"Ah berisik banget, Ezra gua keluar dulu kalau ada apa-apa calling aja."

"Hmm," Jawab Ezra, matanya terus terfokus pada handphone yang sedang dipegangnya sambil menampilkan arena game yang ia mainkan. Tangannya pun ia gerakan dengan cepat untuk menghindari serangan lawan.

"Ha hem ha hem. Punya mulut bukannya bersyukur!," Ujarku kesal karena sedari tadi Ezra hanya terfokus pada gamenya tanpa memperhatikanku sama sekali.

Akhirnya Ezra menatapku dengan mukanya yang--sok--melas, "Iyaaaa Myesha."

Aku mengangguk dan keluar dari kelas--yang lebih mirip pasar itu--,
Berjalan di koridor ternyata sama ramainya seperti di kelas, para murid saling berkumpul membentuk kelompok kecil dari yang sekadar ngobrol biasa, pacaran, bermain game, sampai ghibah pun terdengar jelas di telingaku.

Aku melihat sekumpulan murid yang tengah berkumpul di tepi lapangan seperti melihat suatu pertunjukkan, ramai saling memberikan semangat.

"Rame banget dah ada apaan kumpul kumpul di lapangan."

Aku menghampiri kumpulan itu, setelah menyalip nyalip dengan tubuhku yang mungil ini aku berhasil masuk ke barisan terdepan, dilapangan itu aku melihat sejumlah murid sedang bertanding basket.

Pertandingannya terdiri dari dua regu, regu pertama berisi campuran yaitu, murid kelas sepuluh dan sebelas sedangkan regu kedua hanya berisi kelas dua belas saja.

Pertandingannya ternyata lumayan seru, sengit banget. Setelah melihat pertandingannya cukup lama aku menyadari sesuatu, lelaki dengan bandana merah itu, sepertinya aku pernah bertemu dengannya disuatu tempat. Karena rasa penasaranku yang sudah sampai ubun-ubun akhirnya aku bertanya kepada murid yang berada didekatku.

"Permisi itu yang pake bandana siapa ya?" Tanyaku pada siswi disebelahku yang sedang sibuk menyemangati tim kebanggaannya.

"Xavier semangat!" Teriak siswi yang lain, aku menengok.

"Oh dia kak Xavier, kelas dua belas anak basket," Jelasnya dengan pandangan kagum.

Aku mengangguk sambil mengucapkan terima kasih, Xavier? Sepertinya aku pernah bertemu dengannya, dilihat dari proporsi tubuh dan mukanya yang tidak asing itu, tapi dimana?

Siswa yang bernama Xavier itu melihat kearahku, mungkin lebih tepatnya kearah kerumunan yang berada di sekelilingku. Setelah di perhatikan baik-baik aku ingat! Xavier dia cowo yang memberikan jaket itu, Saat aku ketumpahan minuman di depan mini market. Jadi dia juga sekolah disini?

Dia tersenyum, apa aku yang kegeeran? ah gatau. Aku pergi dari lapangan itu dan kembali ke kelas, setelah dipikir pikir kalau kita satu sekolah mengapa aku tidak mengenali wajahnya saat di mini market hari itu?.

Karena penasaran, aku memutuskan untuk bertanya kepada Ezra, "Zra lo tahu Xavier anak kelas dua belas?"

"Tahu, kenapa emang?"

"Kok gua ga pernah liat ya?"

Ezra menoyor kepalaku,"Lo udah bersemedi di goa berapa lama sha? bentar lagi keknya lo gak kenal sama gua dah."

"Ck, emang gua manusia goa apa? kayaknya dia famous ya? rame banget yang ngasih semangat."

"Lo kan emang manusia goa temen sekelas aja gak hapal!."

"Bodo amat anjir sana lo main game dah pusing gua."

"Baik putri Myesha, hamba akan melaksanakan perintah putri dengan senang hati," Ujarnya sambil menaruh tangan didada, mendalami peran menjadi pelayan kerajaan.

"Zra ngapa lo random banget sih? ada masalah hidup apa lo, sini cerita jangan dipendem."

Ezra menanggapi sambil terus bermain game di ponselnya, "Random gimana?"

"Lo gak konsisten manggil nama gua, Myesha, Sha, Ner- ah yang satu itu lo gaboleh titik awas lo panggil itu lagi gak temen."

"Maafkan hamba putri."

"Tuh kan heran gua, lo sama Kyra ada masalah?"

Ezra menatapku, matanya tidak bisa berbohong, "Iya, dia marah karena minggu kemarin."

Apa karena aku mengganggu acara khidmat mereka makanya Kyra marah dengan Ezra?.

"Kecoa? gegara lo gak jadi cium-"

Ezra membekap mulutku, kupingnya memerah sepertinya ia malu karena aku mengetahui acaranya yang digagalkan itu.

"Lo tahu?" Tanyanya panik.

"Yaiyawlah laghian ngaphain-"

"Ngomong apa sih lo?"

Aku melepaskan tangan Ezra dari mulutku,"Lagian lo ngapain berduaan mau itu, belum muhrim, lo ngomong ke gua aja belum muhrim dua-duaan di rumah ini lo sama dia udah dua-duaan mau itu lagi dosa Zra dosa setan pada ketawa liat lo berdua begitu."

Ezra mengedipkan matanya,"Sha lo kepentok apa?"

"Maksud lo?"

"Tumben lo ngomongnya bermutu, lo gak kepentok apa gitu tadi?" Tanyanya dengan muka kebingungan.

Aku menggelepak kepala Ezra, "Sialan."

●●●

Myesha || wonbreathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang