4. Sedih

907 578 228
                                    

"Kalo see itu melihat tapi gak sengaja gitu. Kalo look itu melihat secara sengaja." Syifa menunjuk kata kata yang berada di kamus.

Sebagai balasan Kevin hanya mengangguk.

"Kamusnya gak ada lagi?" tanya Kevin.

"Ada sih tapi ada di perpustakaan. Bentar ya gue ambil dulu." Syifa keluar dari kelas Kevin hendak menuju ke perpustakaan.

Ia mencari kamus yang berbeda dari kamus yang sudah ia baca.

Bruk.

"Eh maaf gak sengaja." Nala mengambil buku kamus yang terjatuh lalu menaruh kembali ke tempat semula.

Syifa hanya mengangguk saja. Entah kenapa Syifa sangat tak nyaman ketika berdekatan dengan Nala. Syifa lebih memilih duduk terlebih dahulu agar tak terlalu dekat dengan Nala.

Ketika Syifa sudah menjauh, Nala malah mendekatinya lalu duduk di depannya.

"Syifa ada kabar katanya lo udah putus sama Bright. Itu bener?" tanyanya.

Gue putus udah lama bego. Lo emang mau manas manas in gue atau gimana sih. Syifa membatin kesal.

"Iya. Kenapa emang?"

"Gapapa. Aku mau curhat boleh?" sebagai balasannya Syifa hanya berdeham saja.

Nala benar benar polos. Syifa sangat membenci dirinya tapi Nala malah curhat kepada Syifa. Apa apaan ini.

"Aku suka sama mantan kamu." Syifa terdiam, ternyata benar dugaannya selama ini.

Ia menoleh ke arah Nala yang sepertinya biasa biasa saja. Padahal ucapannya tadi membuat Syifa sakit hati.

"Mantan gue yang mana?" sahut Syifa bersikap seolah olah tak perduli dan baik baik saja.

"Mantan kamu kan cuma satu." balas Nala.

Syifa sudah dibuat skakmat oleh Nala. Yang dikatakan Nala memang benar bahwa ia hanya mempunyai satu mantan yaitu Bright.

Jadi Nala suka sama Bright?

"Kamu gak cemburu kan?"

"Gak lah." tolak Syifa.

Gue cemburu woy!! Bego banget sih jadi cewe Nal. batin Syifa meronta ronta.

"Waktu itu dia pernah bilang sendiri kalo aku selingkuhan nya Bright. Padahal waktu itu aku bilang kalo dia udah punya pacar yaitu kamu tapi dia malah biasa biasa aja." jelas Nala.

Syifa meremas remas tangannya kesal. Bright mempermainkan perasaan Syifa.

"Tapi kenapa kamu putusin dia?" tanya Nala membuyarkan lamunan Syifa.

"Karena gue gak suka sama dia." Syifa bangkit lalu mengambil kamus yang ia sudah pilih lalu pergi dari perpustakaan dengan perasaan campur aduk.

Perasaannya saat ini Senang, sedih, dan kecewa. Senang karena ia bisa mengetahui kebenaran yang asli. Ia sedih karena Bright melakukan itu. Dan ia kecewa kepada Nala temannya sendiri.

Bruk

Bahu Syifa tak sengaja menabrak bahu lelaki yang Lebih tinggi darinya. Syifa menoleh ke lelaki itu.

"Jalan yang bener kebo. " goda Bright.

Lalu ia memalingkan wajahnya.Syifa tak ingin melihat wajah Bright terlebih dahulu. Ia ingin melenyapkan wajah Bright dari otaknya.

Syifa pergi dari hadapan Bright tanpa satu kata pun.

Bright yang melihat itu hanya terdiam saja. Ia berpikir apakah dirinya berbuat kesalahan. Padahal kemarin hubungan mereka baik baik saja.

***

"Lagi sedih ya?" tebak Kevin melihat ekspresi Syifa yang sama sekali tak menunjukkan sifat cerianya.

"Gak kok." Syifa merapihkan rambutnya lalu tersenyum ke arah Kevin. Lelaki itu dibuat kagum oleh senyuman gadis ini.

"Nah gini kan cantik, nanti pulang bareng yuk."

"Gak ah. Udah ya sampe sini dulu, gue cape." Syifa mengambil bukunya lalu ia keluar dari kelas Kevin.

Sekarang sudah waktunya pulang. Syifa sudah mengabari Tissa bahwa ia akan pulang sendiri. Dengan tergesa gesa Syifa berlari keluar kelas.

Saat ini ia sedang tak mood. Satu orang di pikiran nya yaitu Bright.

"Mau bareng gak?" tawar Bright datang dengan motor ninja miliknya.

Syifa melirik sekilas lalu kembali menatap ke depan.

"Gak." tolaknya lalu ia pergi dengan tas yang ia bawa di tangannya.

Setelah sampai di halte bus. Ia menunggu disana. Ia berharap Bright akan menghampirinya dan memaksa dirinya akan ikut pulang bareng. Tapi ternyata pria itu malah pulang dan tak perduli terhadap Syifa.

"Mungkin emang bukan jodoh." keluh Syifa.

Angkot yang ia tunggu akhirnya lewat dan Syifa memberhentikannya. Ia Naik ke angkot itu.

Ia melongo selama di perjalanan.

"Mba udah sampe loh." tegur pengemudi itu.

Syifa membuyarkan lamunannya. Ia perlu berjalan beberapa jarak agar sampai ke rumahnya.

Ia membuka pintu. Mendapatkan sosok yang ia tunggu selama ini. Sang ayah.

"Ayah?" sapa Syifa yang baru saja membuka pintu.

"Duduk." Balas Ayahnya.

Syifa mencari keberadaan sosok tantenya tapi sepertinya tak ada.

"Apa kabar yah? Bun?" tanya Syifa kemudian beralih kepada wanita di sebelah ayahnya.

"Jangan basa basi. Ayah ke sini mau kasih kamu kado. Kamu ulang tahun ini ke umur berapa?" tanyanya.

Syifa menatap ke arah bawah. Ayah kandung sendiri bahkan tak tau usia anaknya. Sangat menyedihkan.

"Ke 16 tahun."

"Nih ayah kasih kado. Pesan ayah 1 kamu harus jadi yang terbaik. Harus jadi yang terbaik." ucap Ayahnya menekankan kata 'terbaik'.

Syifa mengangguk. Ia menerima kotak kado berwarna kuning itu.

Setelah itu ayahnya langsung pergi begitu saja. Tanpa berpamitan padahal mereka tak bertemu selama dua tahun.

Pintu kembali terbuka. Syifa kira itu ayahnya tapi itu ternyata Tantenya.

"Ayah?" Mata Syifa kembali menyorot ke bawah.

"Sabar ya sayang. Ini ujian tandanya tuhan sayang sama kamu." Risma mengelus rambut halus milik Syifa.

Syifa tak sanggup dan akhirnya ia mengeluarkan air matanya. Walaupun sudah menahan tapi ia tetap tak bisa.

"Hari ini aku sedih banget. Kayanya emang dunia gak seneng sama kehadiranku ya Tante?"

"Dari aku lahir aku jarang liat orang tua ku. Bahkan saat ini aku telah menemukan penyemangat ku yaitu Bright tapi kini ia mengecewakannya. Memang pada dasarnya aku itu manusia tak berguna." keluh Syifa.

"Ini tandanya kamu lagi di uji sama tuhan dan tuhan sayang banget sama kamu. Ingat sesedih apapun kamu jangan pernah lupakan tuhan yang selalu bersamamu. Mungkin manusia akan meninggalkanmu tapi tuhan tidak." tegas Tantenya.

Yang bisa dijadikan tempat curhat hanyalah tante nya sendiri.

"Jangan bergantung kepada manusia karena manusia itu kadang kadang suka mengecewakan."

I Am WrongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang