"Acaranya bakal kita undur, kira kira acaranya 2 bulan lagi. Kalian boleh latihan kapan aja asalkan latihan."
Bright dan Syifa mengangguk.
"Pak temanya bebas kan apa aja? Tema cinta boleh?" Syifa membuka suara.
"Tema apa ajah bebas asalkan positif." Jelas Pak Herman.
Setelah mendengar itu lagi lagi Bright dan Syifa mengangguk lagi. Merasa tak ada yang perlu ditanyakan akhirnya mereka keluar dari ruangan itu.
Bright mengajak Syifa ke perpustakaan. Bukan untuk membaca buku tapi untuk berduaan dengan Syifa atau lebih tepatnya pacaran.
"Aku lagi gamau baca novel Bright,"
Bright menoleh ke arah Syifa lalu tersenyum kecil.
"Emang siapa bilang kita mau baca novel? Kita sekarang pacaran dulu. Baca novelnya nanti." Bright menarik tangan Syifa lalu mendudukkannya di kursi
Bright duduk berhadapan dengan Syifa. Hal itu membuat Syifa sedikit gugup.
"Katanya besok renang, nanti pulang renang Lo temuin gue ya." Bright mengedipkan matanya.
Syifa mengangguk mengiyakan walaupun ia belum tau bahwa besok renang.
"Syifa jangan tinggalin aku kaya dulu lagi ya?" Tanya Bright.
Syifa merasa salah dengan kesalahannya dulu, oleh karena itu sekarang ia akan memperbaikinya dan tak akan mengulangi kesalahan yang sama.
"Iya Bright, maafin aku dulu aku egois. Tapi sekarang aku akan perbaiki."
Bright mengangguk. Syifa menatap mata Bright begitu juga dengan cowok itu. Hingga akhirnya..
"Syifa Lo ngapain sih disini? Lo gak inget kita belum ngerjain PR agama????" Teriak lelaki itu yang baru saja datang.
Lelaki itu menarik tangan Syifa berjauhan dari Bright. Hendak membawanya ke kelas tapi hal itu tak terjadi karena Bright menarik kembali Syifa.
"Rama." Panggil Syifa membuat Rama melepaskan tangannya dari Syifa.
Oh iya ya mereka udah balikan, Rama membatin.
"Gak usah pegang pegang bisa kan? Belum mukhrim."
"Ya maaf khilaf." Rama beralasan.
"Bright aku ke kelas dulu ya, mau ngerjain PR agama."
Bright mengangguk lalu membisikkan sesuatu di telinga Syifa membuat Rama terdiam hanya bisa menyaksikan itu.
"Gue gak suka Lo Deket sama cowok lain, ingat ya sayang." Bisiknya.
*******
Mereka akhirnya menghela napas lega. Pasalnya sedari tadi mereka belum mengerjakan PR agama. Apalagi guru agamanya itu galak. Pelajaran agama sudah berlalu.
"Alhamdulillah, selesai juga. Dari tadi panas banget, gue mau nyalain kipas eh malah gak boleh." Keluh Akbar lalu mengelap keringatnya walaupun tak banyak.
"Lo kepanasan?" Rama mengernyitkan dahinya lalu Akbar mengangguk.
"Gue kok gak kepanasan ya?"
"Maklum lah Ram dia kan setan jadinya kepanasan." Ledek Gibran.
Syifa dan Tissa terkekeh atas pembicaraan mereka. Syifa mengambil tasnya lalu ia merogoh sesuatu disitu. Ia mengambil beberapa permen rasa coklat pastinya.
"Mau?" Syifa menyodorkan lima buah permen ke arah mereka.
Tanpa menjawab semuanya langsung mengambil satu dan permen di atas tangan Syifa hanya tersisa satu. Itu artinya ada salah satu orang yang tak mengambil itu.
"Loh Ram kenapa gak di ambil?" Syifa melihat ke arah Rama yang tak memegang permen.
"Buat Lo aja, kan Lo suka coklat." Tolak Rama.
"Tau banget si Rama kalo si Syifa suka banget sama coklat." Celetuk Zidan.
"Gak kok buat Lo aja. Gue tadi udah makan pas mau berangkat." Syifa mengambil tangan Rama lalu menaruh permen itu.
"Eh besok renang ya? Gue kaya nya gak jebur deh?"
"Lah kenapa?" Tanya Zidan kepada Tissa.
"Lagi datang bulan," jawab Tissa. Zidan mengangguk.
"Lah nanti gue sama siapa?" Syifa memanyunkan bibirnya.
"Deh segini ada kita kita masih gak di anggep lagi?" Sarkas Rama.
"Gue gak bisa, gue harus nemenin Selfia." Sahut Gibran.
"Penting banget ya Selfia? Sampe temen sendiri di lupain." Akbar berkomentar.
"Tapi ini emang penting banget."
"Lo sama mereka aja Syifa." Tissa mengalihkan pembicaraan.
"Iya sih.. tapi nanti Bright marah kalo gue Deket Deket sama cowok lain." Lirihnya.
Rama berdecak sebal. Rama mengambil buku miliknya lalu mengeluarkannya dari tas. Ia membuka bukunya dan memperlihatkannya kepada teman temannya.
"Lo liat foto foto ini? Ini foto kita pas masih kelas sepuluh. Sampai sekarang kita masih bareng karena kita kompak. Tapi sekarang karena udah punya pacar jadinya begini, gak kompak." Jelas Rama.
"Iya bener tuh kata Rama. Pacaran si boleh tapi seenggaknya jangan lupain sahabat yang lebih penting dari pacar." Akbar membenarkan ucapan Rama.
"Hemmm yaudah deh." Syifa akhirnya mengalah.
*****
"Kak namanya siapa? Boleh kenalan?" Syifa yakin orang ini adalah adik kelasnya karena ia tak pernah melihat lelaki ini.
"Oh? Nama gue Syifa," jawab Syifa kaku.
Syifa melirik ke kanan dan kiri, keadaan sekolah mulai sepi karena kebanyakan murid sudah pada pulang. Syifa yang sedang menunggu Bright tiba tiba saja lelaki ini menghampirinya.
"Kakak kelas dua belas ya?" Tanya lelaki itu, Syifa mengangguk.
"Kok sendirian ka?" Syifa mengernyitkan dahinya, kenapa lelaki ini bertanya terus padahal mereka tak saling kenal.
"Lo siapa?" Syifa sedikit menjauh dari lelaki itu.
"Dari tadi saya nunggu Kaka nanyain itu. Nama saya Rafael kak. Biar gampang panggil Rafa aja atau Rafael juga boleh." Rafael menyisir rambutnya dengan tangannya sendiri.
Hal itu membuat Syifa sedikit bergidik. Syifa sedikit tak suka dengan lelaki yang banyak gaya.
"Udah punya pacar kak?" Tanya Rafael ketika Syifa terdiam.
"Itu pacar saya," suara dari belakang mereka membuat Syifa tersenyum puas.
Ya, itu adalah suara Bright. Syifa sedikit lega karena ia tak harus berhubungan dengan lelaki ini karena ia yakin lelaki ini lelaki fakboy yang sering ganti pasangan.
"Ini pacar saya, kamu mau kenalan sama dia atau sama pacarnya?" Bright menghampiri mereka lalu merangkul Syifa.
Syifa terkekeh melihat wajah Rafael yang berubah drastis. Yang tadinya banyak gaya sekarang jadi terdiam dan hal itu karena Bright.
"Kenalan sama Lo aja boleh kak?" Rafael tersenyum ramah lalu menjulurkan tangannya ke Bright.
"Buat apa? Lo suka sama gue? Dih." Bright bergidik ngeri.
"Pede banget kak, padahal saya sukanya sama pacar Kaka." Celetuk Rafael.
"Berani rebut dia?" Tantang Bright.
"Berani kok, saya cuma takut sama tuhan doang. Selain itu saya gak takut," balas Rafael tak kalah dengan Bright.
Bright melepas tangannya dari Syifa lalu ia membisikkan sesuatu di telinga Syifa.
"Syifa nih orang kaya nya pinter deh, dari tadi ngejawab Mulu."
Syifa terkekeh mendengar ucapan Bright.
"Udah ya dek, kita mau pulang dulu." Pamit Syifa.
"Bye Kaka manis!" Rafael mengedipkan matanya ke Syifa dan langsung mendapat tatapan mati dari Bright.
Rafael mengangkat bahunya tak perduli lalu ia pun pergi.

KAMU SEDANG MEMBACA
I Am Wrong
Fiksi Remaja"Aku mencintaimu ketika kau tak mencintaiku." ~Syifa. "Dan aku kembali mencintaimu, ketika kau berhasil melupakanku." ~Bright. Mengandung unsur bucin, yang masih belum paham tentang cinta mendingan ga usah baca 😅