Bintang menggenggam selembar kertas dengan gemetar, apakah hasilnya buruk?
Rangga duduk di sebelahnya. "Percaya sama gue, kan belajar dari pakarnya."
Bintang mengangguk. Pelan-pelan ia membuka kertas itu. "Wah, ngga gue diterima." Bintang refleks memeluk Rangga.
Angkasa yang keluar sebentar membeli makanan kini kembali, kakinya terpaku melihat Bintang begitu senangnya sampai Rangga jadi sasarannya? Bagus sekali.
Angkasa mengambil jarak di tengah, Rangga terusik. "Ganggu aja lo,"
"Biarin, gak usah sentuh cewek gue."
Angkasa menekan kata itu, Bintang jadi ragu mengingat Angkasa masih suami Ela.
"Nah, aku beliin makanan kesukaan kamu." yang pernah Bintang makan di restoran dulu.
Rangga memilih pergi, gerah sendiri melihat Angkasa mengambil alih Bintang. 'Emang cowok sekarang gini ya? Giliran yang baru bosen balik ke yang lama, aneh emang.'
"Aku bisa makan sendiri,"
'Ya namanya pingin romantis, masa gak boleh?' Angkasa ingin menyuapi Bintang.
"Gimana tadi? Diterima ya?"
"Ya,"
"Ambil jurusan apa?"
"Yang biasanya aku suka,"
Angkasa tak sabar menunggu hari esok dimana ia menikah dengan kehadiran orang terdekat seperti tetangga, Martha dan Elsa.
"Nanti malam gaunnya datang, kalau kamu gak suka nanti biar aku belikan yang bagus lagi."
"Gak usah,"
Entah Bintang masih marah padanya atau tak ikhlas menikah dengannya.
Pandu pulang dari kencannya. Martha pun ikut, katanya ia ingin berkenalan dengan Bintang.
Martha menyapa Bintang. "Hai, Bintang?" Pandu yang mengajarinya bahasa Indonesia. Terasa kaku di lidah.
Bintang kagum, cewek bule ini cantik. "Hai, siapa namamu?"
Pandu menarik baju Angkasa agar Martha bisa mengobrol tanpa ada gangguan teknis. "Minggir lo,"
"Emang gue anjing apa di tarik-tarik." Angkasa menepis tangan Pandu.
"Biarin Bintang ada temen ceweknya lah. Masa sama kita terus,"
Angkasa mengalah. "Iya deh, yuk ke kafe mau ngopi."
"Kayak warung aja, disini kopinya enak banget. Beda lah sama yang di warung,"
Keduanya keluar memberi ruang Bintang mengobrol dengan Martha meskipun tak mengerti kosa katanya.
"Martha, sorry. I not understand language english," pelajaran dari Rangga hanya berguna sebagai percakapan sehari-hari.
Keduanya hanya diam.
"Watch film?" Bintang menawarkan, di ponselnya ada film Marvel yang ia download saat di restoran, wi-fi gratis.
Martha mengangguk.
Belum selesai film-nya tamat Martha pamit pulang. "Oh, i wish you come in my wedding." Bintang tau bahasanya buruk. Kan belajar, andai Rangga tadi disini hanya karena Angkasa cemburu cowok itu pergi entah kemana dan pulangnya malam.
"Tomorrow? Or today?"
"Tomorrow, with Angkasa."
Martha mengangguk, dengan Bintang ia tak banyak bicara. Teman barunya tak bisa bahasanya.
Setelah Martha pergi Bintang menuju kamarnya, istirahat untuk besok menyambut lelahnya hati yang selama ini berkali-kali di sakiti.
🌸🌸🌸
Malamnya Bintang mencoba gaun yang sudah datang, ia meminta pendapat pada Pandu. "Bagus gak? Apa aku keliatan gendut ya?"
"Gak lah, gimana mau gendut di Indonesia aja minum jamu singset tiap satu bulan sekali. Gak suka es, makanan berlemak, coklat."
"Faham banget ya? Sama tau semuanya."
"Kan sahabat dari SMA,"
Rangga baru pulang, cowok itu merajuk ingin di belikan ketoprak.
"Kasihan ya Rangga, buatin aja deh daripada ileran."
"Masa ganteng gitu ileran, bukannya lo ya?"
Aib Pandu sudah terkuak. "Wah, Rangga emang kebangetan. Yang namanya tidur pulas ya gitu,"
"Tapi kalau lalat atai cicak masuk mau?"
Wajah Pandu masam. "Gak lah, mending istirahat aja deh. Daritadi ngomong aib gue,"
"Ya maaf, kan disini yang jadi contoh kan lo doang ndu. Gak marah, gak dendam, sabar. Pantes ya Martha betah,"
"Martha gak bakalan tau kalau lo gak ngomong."
Bintang kembali ke kamar, gaun itu ia letakkan di gantungan. "Hm, berasa kayak ngerebut suami orang,"
Musik I wish you were here Bintang meraih ponselnya. Angkasa menelepon. "Ya?"
"Gaunnya cantik?"
"Hmm,"
"Gak kebesaran atau kecil?"
"Pas,"
Tak ada yang di bicarakan Bintang menutup teleponnya dulu.
Sedangkan Angkasa dibuat gelisah, besok nikah masih belum berubah?
🌸🌸🌸
Pernikahan Bintang dan Angkasa sederhana, di sebuah taman yang sudah Angkasa sewa. Di hadiri tetangga terdekat, dan sahabatnya. Bintang melemparkan sebuket bunganya.
Martha dan Elsa berebut, dan yang dapat Rangga.
"Wah, nanti lo nyusul deh." Pandu mengedip genit.
"Gak ah, lo aja." Rangga cemberut terus sejak acara ini dimulai. Katanya membosankan tapi cemburu.
Ponsel Pandu berdering, Virgo menelepon. "Gak mau ngucapin nih sama pengantin baru?"
Virgo sedang di kantin kampusnya. Dengan cewek berkepang dua tapi manis duduk di sebelahnya. "Congratulation,"
"Itu pacar lo ya?" Pandu sempat kagum, tapi Martha sudah ada di sebelahnya menatap tajam.
"Iya, pinter kan gue milih."
Pandu merangkul bahu Martha menunjukkan ia lebih genius memilih bule. "Biar blasteran,"
🌸🌸🌸
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa [ Completed ]
Teen Fiction(Follow disek sak durunge moco) Saya harap kalian bisa meresapi setiap cerita ini, ada cinta, kehilangan, serta rasa takut tiada henti. Ini bukan cerita badboy atau ice girl. Hanya Angkasa yang bersahabat dengan Bintang.Hingga Angkasa di putus oleh...