Ryan menatap Angkasa yang sedari tadi melamun, cowok itu tak fokus dengan penjelasan dosen.
"Hey, kenapa lo? Ada masalah?" tanya Ryan sambil mengguncang bahu Angkasa.
"Ah, gak ada." kilah Angkasa.
Ruangan gelap, pengap dan berdebu. Bintang kehabisan nafas, ia menghirup saja terasa sulit. Tangannya di ikat, ia tak dapat berteriak karena lakban menempel di mulutnya.
'Angkasa... Tolongin akuu.' batin Bintang berteriak. Ia memejamkan matanya, percuma menceracau kalau pun yang diminta tak datang.
Langkah dari arah belakang membuat Bintang semakin takut.
Amar meraih dagu Bintang. "Hai manis, jangan takut yah. Aku gak bakal ngapa-ngapain kamu kok. Dan... Pakaian kamu sudah aku gantikan karena yang kemarin kan sudah bau dan tak wangi, nanti cantikmu luntur lagi." ucapan Amar berhasil membuat Bintang meronta-ronta, ia berusaha menggerakkan tangannya, meraih tali yang disimpul rapat tapi tak bisa. Bintang menunduk malu, apa Amar sudah merengut kehormatannya?
'Angkasaaa...maafkan aku, kamu tak pantas dengaku lagi.' batin Bintang penuh penyesalan.
Amar tertawa puas. Bintang langsung menunduk malu, ia tau gadis itu menyesal dan merasa jijik pada dirinya sendiri. 'Kamu mudah sekali dibodohi, padahal aku hanya menyuruh Aurel yang menggantikan bajumu. Aku ingin kita memulai kenikmatan itu bersama-sama, saling memandang mata, bukan hanya menjadi objek semata.'
Sedangkan di sisi lain Angkasa yang akan meminum jus jeruk yang baru ia beli pun terasa licin dipegang hingga gelas tersebut pecah, seisi kantin fakultas ekonomi pun menatap ke arahnya.
"Eh sa, hati-hati dong kalau mau minum. Lo kenapa sih kok gak bisa fokus dari tadi? Raga lo berasa di tempat lain." ucap Ryan dan meminta maaf dengan beberapa pasang mata yang mungkin terganggu dengan pecahan gelas itu.
"Bintang, entah kenapa perasaan gue semakin gak enak."
"Loh emangnya ada apa sama Bintang? Dia gak baik-baik saja?" tanya Ryan bak cenayang.
Angkasa mengangguk. "Bantuin gue mencari Bintang, gue takut dia kenapa-napa. Karena kemarin gue lihat ditempat pekerjaan barunya itu sudah tutup dan gelap. Terlebih lagi jalan arah pulangnya itu berkelok-kelok dan susah dihafal." ungkap Angkasa, ia semakin khawatir dengan Bintang. Tapi mengingat kemarin, Angkasa tau kalau Ela-lah yang mengatur jadwal pulang yang kurang tepat untuk ukuran cewek seperti Bintang, seharusnya Ela faham kalau jarak rumah Bintang dari tempat kerja itu dan butuh penempuhan yang lama.
"Oke, kita coba lacak GPS-nya saja."
Angkasa sampai tak kepikiran dengan hal itu, ia mengambil ponsel disaku celananya, mengaktifkan GPS, masih memuat. Apakah ponsel Bintang masih aktif?
"Ah, kok gak bisa sih." geram Angkasa frustasi, ia mencoba lagi namun gagal tak ada pemberitahuan letak lokasi dimana Bintang berpijak.
🌸🌸🌸
Angkasa langsung menghadang Ela ketika cewek itu baru saja selesai mata kuliahnya. Bahkan Angkasa tak pulang sejak tiga jam yang lalu, ia tetap berada di kampus sambil ke warung mengganjal perut.
Ela bingung, ia juga ikut cemas karena melihat Angkasa berwajah serius dan menahan marah.
"Ada apa? Tumben kamu nungguin aku, pasti kangen yah." Ela tersentum manis menunjukkan gingsulnya agar Angkasa terpanah melihatnya.
"Pasti kamu kan dari dalang semua ini? Mana Bintang?!" ucap Angkasa emosi hingga beberapa pasang mata menoleh penasaran kepadanya.
"Aku gak tau apa-apa. Kamu lihat sendiri kan tadi pagi aku baru datang. Jangan langsung menuduh kalau gak ada bukti." kilah Ela, sebisa mungkin ia mengontrol nada bicaranya agar tidak gugup. Angkasa menatapnya penuh intimidasi.
"Oke, kalau sampai aku tau kamu dibalik semua ini, saya bisa lapprkan kamu ke polisi mengenai kasus penculikan." ucap Angkasa tegas, ia melangkah pergi.
'Aku harap Amar juga bisa melenyapkan Bintang.'
🌸🌸🌸
"Sa, ini lokasinya. Tapi kok ada di kafe starbucks ya?" Ryan memberikan ponselnya, ia mencoba lagi dan ditemukan. Tapi Angkasa tak yakin kalau Bintang benar-benar berada ditempat itu.
"Gak, pastinya sang prlaku sengaja menjatuhkan ponsel Bintang agar keberadaannya tidak dilacak."
"Iya juga sih, terus kita carinya dimana?"
Angkasa tak ada jalan lain mencari bukti yang tertinggal sebelum Bintang hilang di kafe itu. Penelusurannya pun harus nanti malam menunggu kafenya sepi.
"Nanti malam saja, walaupun gue gak tau pasti apakah Bintang masih baik-baik saja."
"Ide lo agak gila sih, kalau diulur-ulur waktu begini yang jelas Bintang tambah día apa-apakan dengan penculiknya."
"Jangan negativ thingking dulu ah." Angkasa tambah cemas, Ryan tersenyum tipis. Rupanya Angkasa tulus mencintai Bintang, kapan diungkapkan perasaannya? Ditunda itu sakit, sebelum diambil alih orang lain.
🌸🌸🌸
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa [ Completed ]
Fiksi Remaja(Follow disek sak durunge moco) Saya harap kalian bisa meresapi setiap cerita ini, ada cinta, kehilangan, serta rasa takut tiada henti. Ini bukan cerita badboy atau ice girl. Hanya Angkasa yang bersahabat dengan Bintang.Hingga Angkasa di putus oleh...