Seluruh anak IPS 1 spontan terdiam ketika melihat sosok Sendra muncul di ambang pintu. cowok itu langsung melengos menuju meja Starla yang tengah melipat tangan di atas meja. Memandangnya dengan sebelah sudut bibir yang sudah terangkat naik.
"Ayo pulang." Ucap Sendra
"Katanya tadi ada olimpiade?" Tanya Starla
"Besok."
"Oh, Ayo pulang."
"Sendra!" Pekik seseorang berlari menuju ke arah mereka berdua lebih tepatnya Sendra dan Starla.
Sendra berbalik kemudian menaikkan alisnya sebagai responnya.
"Disuruh kumpul buat bahas Olimpiade."
"Oke." Jawab Sendra kemudian beralih menghadap Starla dengan raut wajah bersalah.
"Aku gapapa kok Sen, kamu cepetan sana kumpul." Ucap Starla tersenyum tipis mengerti raut wajah Sendra.
Ya orang yang berteriak memanggil Sendra ialah Laras Iridiana yang notabenenya teman sekelas sekaligus teman Olimpiade.
Sebenarnya Starla kecewa karena Sendra berjanji untuk pulang bersama tapi harapan itu pupus karena urusan Olimpiade yang tak bisa ditinggalkan.
Starla memperhatikan punggung mereka berdua yang lama kelamaan mengecil hilang dari pandangannya. Tak ingin berlama-lama ia bergegas menuju halte untuk menunggu taksi lewat, sebenarnya ingin menelfon kembarannya tapi ponsel Starla mati karena lupa membawa power bank ia hanya pasrah berharap ada taksi yang lewat.
Angin berhembus kencang dan suasana semakin gelap membuat Starla kedinginan dan takut karena sedari tadi tidak ada satu pun taksi lewat. Mengusap kedua lengannya pun tak mengurangi hawa dingin itu, tak lama kemudian terdengar suara rintik hujan yang lambat laun semakin deras.
Starla mendesah pelan karena ia menunggu taksi sangat lama lantas bangkit dari duduknya berjalan menuju jalan raya tak peduli seragamnya yang sudah basah kuyup dan tubuhnya yang menggigil. Suara klakson mobil tepat berada di samping Starla membuat ia terlonjak kaget sang pengemudi mobil pun keluar dengan payung di tangannya.
Orang itu lantas memegang kedua bahu Starla dan sang empunya hanya bergeming kemudian orang itu menuntun Starla untuk memasuki mobilnya tak peduli jika mobilnya basah karena Starla. Di dalam mobil pun Starla masih bergeming dengan sorot mata yang terlihat kosong.
"Ini kak pake jaket gue biar nggak kedinginan." Ucap orang itu yang tak lain adalah Biru Bandhito menyodorkan jaketnya.
"Makasih Biru." Ucap Starla pelan nyaris tak terdengar.
"Iya kak sama-sama." Jawab Biru tersenyum ke arah Starla.
Jalanan yang lengang membuat mobil yang ditumpangi keduanya cepat sampai di rumah Starla.
"Makasih Biru udah nganterin gue." Ucap Starla dengan senyum tulus di bibir pucatnya.
"Iya kak santai aja kali kaya sama siapa aja." Jawab Biru setengah bercanda.
"Oh iya ini jaketnya gue cuci dulu ya."
"Iya kak, yaudah gue pamit dulu kak assalamu'alaikum."
"Iya wa'alaikumsalam."
Starla berjalan memasuki rumahnya tertatih-tatih karena badannya yang sudah kedinginan dan kepalanya juga sangat pusing.
Rumahnya sangat sepi karena acara pertemuan antar kolega Papa nya kecuali dirinya dan Samudra yang tidak ikut karena malas berurusan dengan hal berbau bisnis.
Tak ingin kepalanya lebih pusing ia berjalan ke kamarnya dengan tangan yang berada di kepala nya. Saat akan meraih handle pintu bertepatan dengan Samudra yang keluar dari kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENDRA
Teen Fiction(FOLLOW DULU SEBELUM BACA) Sendra Matthew Aradea, Cowok dengan sejuta pesonanya, Pintar dalam segi akademik maupun non akademik, Pendiam dan sangat misterius, disegani oleh semua orang termasuk gengnya. Sangat acuh terhadap sekitar kecuali dengan se...