Prolog

58 3 1
                                    

"Nama ku rin, dan Aku baru MATI"

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

.
.
.
.

Aku benar-benar tidak bisa melupakannya. Aku berusaha membencinya. Aku berusaha berdamai dengan nya. Aku coba menyapanya. Aku hanya menerima abaian. Aku beranikan sampaikan maaf dan katakan selamat untuk orang yang digandengnya. Dan aku hanya dapat celaan dari pasangannya. Aku diteriaki pelacur. Wanita murahan. Hanya barang sekali pakai. Dan air ludah yang pantas untuk dibuang. Aku tak kuasa menahan pilu. Aku tak berani untuk kembali ke rumah. Bagaimana aku mengabarkan nasib perawanku yang hilang?. Bagaimana bisa aku megabarkan aku tengah berbadan dua!. Aku hanya akan membuat malu ayah. Aku hanya akan terusir dari pondok pesantrenku. Aku kecewa mas. Aku benar-benar terluka.
Jika kau membuangku, biarlah aku terbuang di tengah jalur ini.
Aku merapikan baju yang ku buka. Aku telanjangi diri dikegelapan malam. Aku membentang sekujur badan di tengah Rel Kereta Api dikala itu.
Badanku rebah dan melintangi jalur Rel.
Aku hanya menunggu DIA datang.
Derunya terlalu kencang. Semua orang terlambat menyadari. Ketika semua badan, kaki, dan tangan ku terpisah. Mataku melotot dengan mulut terbuka. Janin dan isi perutku tergilas dan sebagian daging terbawa oleh roda yang terus berputar.
Dan aku........
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Hey, bisa kau geser pundak mu sedikit, aku butuh sandaran untuk bercerita"







@daWahid

GelapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang