Part 10

159 15 1
                                    


*
*
*

No edit,
Enjoy!


Normal POV

“Appa, ayo kekamar Umma.” Nara menarik tangan Jiyong kearah suatu ruangan dilantai dua rumah mereka. “Ayo cepat, Appaaa~” Nara terus menarik tangan Appa-nya yang dirasa jalannya terlalu lama.

“Ne ne, Baby. Sabar sedikit.” Jiyong berjalan sambil membalas pesan-pesan penting diponselnya. Walaupun sebagai seorang ayah yang sangat memperhatikan anaknya tapi Jiyong tidak lupa dengan tanggung jawabnya sebagai pemilik perusahaan.

Nara menarik masuk Jiyong yang masih sibuk dengan ponsel ditangannya. Didalam ruangan yang cukup luas itu terdapat sebuah sofa merah dan pajang di dekat jendela, home theater, dan juga sebuah sofa lagi untuk menonton film. Tapi yang paling menonjol diruangan itu adalah terdapat banyak foto seorang yeoja. Foto-foto itu hampir menutupi seluruh dindingnya. Ya, foto itu adalah foto-foto Chaerin dengan berbagai angle, baik yang disadarinya sampai foto yang diam-diam diambil seseorang yang sudah pasti orang itu adalah Jiyong.

“Appa! Jangan hp terus!” Nara mencubit lengan Jiyong kesal, sama seperti Chaerin saat kesal pada Jiyong.

“Ne ne. Waeyo, Baby?” Jiyong menyimpan ponselnya kedalam saku jasnya lalu jongkok didepan Nara. Nara melihat sekelilingnya,melihat ke beberapa foto ibunya lalu memandang Jiyong.

“Yang difoto ini Umma kan, Appa?”

“Appa sudah sering mambawamu kesini dan selalu mengatakan kalau yang ada difoto itu adalah Umma-mu, kau lupa hm?”

“Berarti yang aku lihat disekolah tadi benar-benar Umma. Kenapa Appa tidak percaya padaku?” Nara memanyunkan bibirnya.

Jiyong melihat Nara dengan seksama, dia merasa apa yang dikatakan anaknya itu bukan sekedar khayalan atau kebohongan. “Kau yakin tadi kau melihat Umma?” Jiyong meyakinkan Nara dengan ucapannya.

“Ne, Appa. Aku yakin sekali itu Umma. Tapi kenapa dia menjemput temanku bukannya aku? Apa Umma tidak sayang padaku? Umma membenciku, Appa? Aku salah apa? Aku tidak nakal kan, Appa?” rentetan pertanyaan dari bibir mungil nara keluar begitu saja. Jiyong hanya bisa diam, tidak tau mau menjawab apa atas pertanyaan anak kesayangannya itu.

“Kenapa Appa diam? Nara tidak nakal kan?” Nara terus mendesak sang ayah untuk menjawab setiap pertanyaan yang keluar dari bibirnya.

“Ne, kau tidak nakal. Nanti Appa akan menjemput Umma dan membawa Umma pulang ne.” Hanya itu yang bisa Jiyong katakan pada Nara. Dia tidak tau pasti apa dia masih bisa bertemu dengan Chaerin lagi atau tidak.

“Nah sekarang masuk kamarmu, ganti baju, makan siang lalu tidur siang ne.”

“Eum.” Nara mengangguk dan berlalu pergi kekamarnya.


***


At Jiyong’s Office, 02.14 PM KST


“Jiyong-ah, besok kita aka nada meeting dengan seorang designer terkenal. Dia akan merancang baju untuk artis yang akan jadi model iklan produk kita.” Choi Seunghyun, rekan kerja Jiyong menjelaskan sambil membolak-balik dokumen berisi data-data pribadi sang designer yang dikatakannya tadi.

“Jam berapa?” Jiyong yang juga sedang sibuk dengan kertas-kertas pentingnya bertanya tanpa mengalihkan perhatiannya dari kertas-kertas itu.

“Sekitar jam 10 pagi. Kau tau Jiyong-ah, dia itu cantik sekali, harusnya dia menjadi model bukannya designer.”

“Kau terlalu berlebihan, Hyung.” Jiyong menanggapinya acuh tak acuh.

“Yak! Aku serius, lihat saja besok kau akan terpesona saat melihatnya.” Dia tidak akan secantik Chaerin-ku, Jiyong berkata dalam hati.

“Siapa namanya?” Jiyong mulai tertarik dengan pembicaraan ini.

“Sekarang dia terkenal dengan nama CL. Dia baru kembali dari Paris setelah beberapa tahun menetap disana. Nama aslinya Lee Chaerin.”

DEG!

Lee Chaerin? Chaerin-ku? Jiyong membulatkan matanya. “N..nugu? Lee Chaerin? Kau punya fotonya? Perlihatkan padaku, Hyung~”

“Hey hey hey, sabar dulu. Aku tidak punya fotonya, tapi aku punya ini, data pribadinya.” Seunghyun menunjukkan dokumen yang sedari tadi dibacanya.

“Yak! Kenapa kau tidak bilang dari tadi, Hyung?” Jiyong langsung merampas dokumen itu dari tangan Seunghyun.

“Kau ini kenapa? Tadi kau acuh tak acuh dengan informasi tentang CL, sekarang kau yang paling heboh.”

“Kau tidak mengerti, Hyung.” Jiyong langsung membaca data-data designer yang Seunghyun bilang bernama CL itu. Jiyong melihat dengan seksama, tidak ada satupun kata yang terlewat dari pandangannya. Namanya, tanggal lahirnya, golongan darahnya, sampai makanan kesukaannya juga sama. Apa ini benar-benar kau, Chaerin-ah? Aku berharap ini benar kau.

“Hyung, kau benar-benar tidak punya fotonya?” Jiyong bertanya sekali lagi.

“Aku tidak punya, Jiyong-ah.” Jiyong mendesah, ini berarti dia harus sabar menuggu besok agar bisa bertemu yeoja yang bernama CL itu.


***


Next Day
Meeting Room 10.00 AM KST


Semua orang yang ada diruang pertemuan itu sudah duduk dikursinya masing-masing. Namun masih ada kursi yang kosong, designer yang akan bekerja sama dengan Jiyong belum juga datang padahal rapat akan segera dimulai.

“Hyung, dia ada dimana?” Jiyong bertanya gusar karna yang ditunggu belum juga datang.

“Sabarlah Jiyong-ah, mungkin dia terjebak macet dijalan.” Seunghyun berbisik ditelinga Jiyong.

Ceklek!

Seorang yeoja yang memakai short dress hitam bercorak merah muda diatasnya dan tak lupa high heelsnya semakin menambah pesonanya. Ya, sang designer berbakat masuk kedalam ruang rapat lalu duduk disebuah kursi kosong.

“Baiklah, karna nona CL sudah ada disini, kita mulai saja rapat ini. Agashi, silahkan.” Seorang pria mempersilahkan CL untuk mempresentasikan apa yang akan dibuatnya untuk model produk perusahaan Jiyong. CL pun berdiri disamping layar proyeksi dan memulai presentasinya.

Jiyong memperhatikan CL. Bukan memperhatikan apa yang CL katakan tapi memperhatikan wajah CL dan juga penampilannya sambil berkutat dengan pikirannya sendiri. Pikirannya berkecamuk, CL begitu mirip dengan Chaerin, tapi penampilannya sangat jauh berbeda, Chaerin tidak pernah memakai short dress dan high heels seperti ini, dia lebih suka memakai baju yang tertutup dan juga flat shoes. Tapi walaupun begitu, Jiyong sangat yakin bahwa yeoja yang sedang berbicara didepannya ini adalah Chaerin, Lee Chaerin istrinya, yeoja yang sangat dicintainya.

“Kau mendapatkan proyek ini.” Jiyong berucap seketika setelah CL selesai bicara. CL mengangguk lalu duduk lagi ketempatnya.

“Geurae, rapat kali ini selesai. CL-ssi yang mendapatkan proyek ini. Kamsahamnida.” Pria yang membuka rapat sebelumnya sekarang menutup rapat dan membungkuk lalu membereskan barang-barang yang dibawanya keruang rapat. Satu per satu staf yang menghadiri rapat itu pun keluar, sekarang hanya tertinggal CL dan Jiyong didalam. CL yang masih membereskan barang-barangnya tidak sadar jika sedari tadi Jiyong memperhatikannya.

CL mendongakkan kepalanya lalu tak sengaja bertemu pandang dengan Jiyong, CL seketika mengalihkan pandangannya kesamping lalu menyandang tas kecilnya lalu berdiri hendak pergi dari ruangan itu. Jiyong yang sadar CL akan pergi langsung berdiri dan memegang lengan CL menahan langkahnya.

“Chaerin-ah~” Jiyong memandang CL dengan tatapan penuh kerinduan. “Ini kau. Aku tau pasti, ini kau kan, Sayang? Chaerin-ku?” Jiyong berdiri menghadap Chaerin sekarang. Chaerin hanya memandang Jiyong dengan tatapan yang seolah dapat membekukan Jiyong seketika.

“Siapa kau?” Chaerin bertanya dengan nada dingin.

“Ini aku, Chaerin-ah. Jiyong, suamimu. Apa kau sudah lupa?”

“Jiyong?” Chaerin berpura-pura mengingat-ingat siapa Jiyong itu. Chaerin tidak mungkin melupakan Jiyong, apa lagi dengan apa yang dilakukan Jiyong padanya.

“Ah ya, ‘Jiyong’. Aku ingat. Waeyo?” Chaerin berbicara seolah tidak ada apa-apa diantara mereka. Jiyong melepaskan genggaman tangannya dilengan Chaerin yang membuat Chaerin bergerak sedikit menjauh darinya.

“Ternyata apa yang dikatakan Nara itu benar.” Jiyong mengangkat tangannya ingin menyentuh pipi Chaerin.

“Jangan sentuh aku!” Ucap Chaerin tiba-tiba mengejutkan Jiyong. “Chaerin-ah, mianhae. Maafkan Oppa, Sayang.” Jiyong mendekat ingin memeluk Chaerin, tapi lagi-lagi Chaerin menjauh darinya.

“Jika kau berani menyentuhku, aku akan pergi.” Ancam Chaerin masih dengan nada dinginnya. “Chae-ah, Oppa mau bicara.” Jiyong membujuk Chaerin agar tidak pergi.

“Bicara?” Chaerin tersenyum sinis. “Jika mau bicara denganku ada syaratnya.” Lanjut Chaerin.

“Apa syaratnya?”

“Bicara seperlunya, menjauh dariku sejauh 5 meter, jangan menatap mataku, dan jangan sentuh aku. Jika kau berani menyentuhku, aku akan pergi.” Chaerin berjalan menjauh dari Jiyong, sekarang jarak mereka sekitar 5 meter, seperti syarat yang diajukan Chaerin pada Jiyong.

“Syaratmu berat sekali, Chae-ah.”

“Berat? Aku belum meminta bayaran 2 juta won dari setiap kata yang kukeluarkan.”

“Ne, jika kau memintanya akan aku berikan.”

“Hah, bodoh. Aku tak butuh uangmu.” Chaerin membalikkan badannya membelakangi Jiyong.

“Chaerin-ah, aku merindukamu. Sangat merindukanmu, kau kemana saja selama ini?” Jiyong berjalan mendekati Chaerin.

“Nara selalu bertanya tentangmu, setiap dia bertanya aku tidak tau harus menjawab apa. Tapi sekarang aku bisa mengatakan padanya jika Ummanya ada disini sekarang.” Jiyong memeluk Chaerin dari belakang.

“Yak! Apa yang kau lakukan hah?!” Chaerin melepaskan pelukan Jiyong lalu menatap Jiyong dengan tatapan murka.

“Aku sudah bilang kan jangan sekali-sekali menyentuhku!! Aku tidak suka!!” Chaerin melangkahkan kakinya pergi dari ruangan itu.

“Chae-ah, tunggu.” Jiyong mencoba mengejar Chaerin.

Chaerin menekan tombol lift dan menunggu lift terbuka namun dia mendengar suara Jiyong yang sudah mendekat kearahnya.Chaerin buru-buru mencari tangga darurat dan turun menuju lantai dasar.

“Chae-ah, tunggu sebentar.” Jiyong masih berusaha mengejar Chaerin yang semakin mempercepat langkahnya.

“Chae-ah, tunggu dulu.” Jiyong berhasil memegang lengan Chaerin dan menahan langkahnya. Sekarang mereka ada di lobby kontor Jiyong yang tentu saja disana terdapat banyak orang yang berlalu lalang.

“Lepaskan aku!” Chaerin menghempaskan tangannya guna melepaskan diri dari Jiyong. “Masih ada yang ingin aku katakan, Chae-ah.” Jiyong mencoba membujuk Chaerin.

“Ani. Sudah tidak ada lagi yang harus kudengar.”

“Chae-ah, kumohon.”

Chaerin melihat sekelilingnya. “Ramai,” gumamnya pelan lalu tersenyum evil. “Hey kalian para yeoja~” Chaerin mulai berteriak dan membuat orang-orang disekitarnya memandang kearahnya.

“Apa kalian tidak takut punya boss seperti namja ini huh? Dia suka sekali merayu yeoja-yeoja. Dia mendekati seorang yeoja hari ini lalu akan mendekati yeoja lain keesokan harinya.” Chaerin masih saja berteriak dikantor Jiyong. Para karyawan Jiyong menatap Chaerin dengan pandangan aneh, pasalnya yang mereka tau boss mereka ini adalah orang yang baik.

“Kalian para yeoja harus hati-hati terhadap namja yang bernama Kwon Jiyong ini. Dia bisa saja merayu kalian dan kemudian menghamili kalian namun dia tidak akan bertanggung jawab terhadap bayi itu. Dia akan meninggalkan kalian.” Chaerin melanjutkan kata-katanya kemudian tersenyum licik kearah Jiyong.

“M..mwo? A..apa yang kau lakukan Chaerin-ah?” Jiyong terlihat panic atas ucapan yang baru saja dilontarkan Chaerin kepada para karyawannya. Ada beberapa orang yang percaya terhadap kata-kata Chaerin, itu semua karna adanya desas-desus bahwa Jiyong yang meninggalkan istrinya yang sedang hamil demi menikah dengan wanita lain. Namun mereka kurang tau siapakah istri Jiyong itu, yang mereka tau Jiyong menikahi wanita bernama Kang Jiyeon lalu bercerai setahun kemudian karna Jiyong yang selalu memikirkan istrinya yang pergi entah kemana dan tidak memperdulikan keberadaannya.

Chaerin masih menatap Jiyong dengan pandangan sinis dan senyum licik kemudian melepaskan tangannya saat Jiyong lengah lalu cepat-cepat menuju keparkiran. Jiyong yang sadar Chaerin sudah tidak ada didepannya buru-buru menyusul Chaerin keparkiran.

“Chae-ah, bukalah kumohon.” Jiyong mengetuk-ngetuk kaca jendela mobil Chaerin, namun sang empunya mobil tidak perduli dengan apa yang dilakukan Jiyong, bahkan melihat Jiyong saja dia tidak sudi. Chaerin menyalakan mesin mobilnya lalu segera pergi meninggalkan Jiyong yang memandangi mobilnya yang melaju kencang.

“Chaerin-aahh~~”


To be continued...

Eid mubarak, everyone.

With love,
BabuBohay.

You've Hurt Me - Skydragon FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang