Chapter 02: Perbincangan dan Fakta

26 1 0
                                    

Sepertinya malam ini akan menjadi malam yang panjang. Aku duduk di atas lantai sedangkan Takuya duduk di atas sofa sambil terus mengomeli diriku. Mungkin aku sudah mendengar kata "Bodoh" dan "Ceroboh" yang dilontarkannya kepadaku lebih dari 10 kali. Aku tidak menyalahkannya karena terus menngomeliku. Pasti ada alasan dibalik marahnya kepadaku. Memang Takuya orang jarang sekali marah. Dia akan benar-benar marah ketika aku dan adikku melakukan kesalahan yang sangat fatal.

Itu pernah terjadi saat kami berdua pergi ke sebuah konser tanpa sepengetahuan Takuya. Saat itu kami hampir saja di culik oleh sekelompok orang. Walaupun aku bisa bisa membela diri dan bertarung, tapi tidak dengan adikku. Mereka sudah menodongkan pisau ke arah adikku. Aku yang tidak tahu harus berbuat apa dikejutkan dengan kedatangan Takuya saat itu. Dia langsung keluar dari mobil yang datang dari arah belakangku. Tanpa basa-basi Takuya langsung menghajar para penculik itu.

Gerakannya saat itu benar-benar keren. Sampai sekarang aku masih bingung dengan gerakannya yang sangat cepat saat menghajar para penculik itu. Ia langsung menarik kami berdua dan langsung masuk ke dalam mobil yang berhenti di belakangku tadi. Ternyata supir dari mobil adalah Paman Indra(nama samaran Saber) yang sepertinya tersenyum pasrah ke arah kami berdua. Ternyata senyuman itu ditujukan kepada kami karena sepanjang jalan pulang Takuya menceramahi kami tanpa jeda sedikitpun.

Memang itu adalah kesalahan kami. Padahal kami bisa mengajak Paman Indra dan Takuya untuk mengantar kami. Alhasil nonton konser pun dibatalkan.

Takuya adalah seseorang yang sangat berharga dalam hidupku setelah adikku. 12 tahun yang lalu saat Takuya dirawat di rumah sakit, ia mengalami sedikit kejanggalan kepada ingatannya. Walaupun aku terus menceritakan tentang kedua orang tuanya dan seorang kakaknya tapi Takuya tidak bisa mengingatnya. Di saat itu pula muncul dua orang asing yang tidak kukenal.

Salah satu dari mereka mengaku sebagai adik dari Paman Wahyu dan yang satu lagi mengenalkan dirinya sebagai teman Paman Wahyu. Awalnya aku agak khawatir, tapi ternyata mereka berdua adalah orang yang baik. Takuya selalu bermain denganku dan adikku. Kadang kami juga berpetualang di daerah sekitar kota kecil tempat kami tumbuh yaitu kota Siantar. Kota yang tidak terlalu besar yang terletak di Provinsi Sumatera Utara.

Walaupun Takuya tidak mengingat sosok orang tuanya dan saudaranya, aku sangat mengenal mereka. Apalagi kakak Takuya yang selalu mengajak kami bermain dan belajar tentang sihir dasar yang diajarkan dari turun temurun.

Setelah beberapa tahun, akhirnya Takuya dapat kembali tersenyum lebar dan menikmati hidupnya dengan adikku, ibuku, Paman Indra, dan Paman Raden. Tapi semuanya tidak berlangsung lama. Saat upacara kelulusan kami di sekolah dasar, Ibuku meninggal. Dokter tidak mengetahui penyakit apa yang ada di dalam tubuh ibuku. Dokter hanya mengatakan bahwa penyakit itu sudah ada sejak 6 tahun yang lalu.

Di saat sedih karena kematian ibuku, Takuya selalu ada di sampingku. Menghibur, mendengarkan dan Selalu ada di dekatku.

Kesedihanku dan adikku tidak berlangsung lama, karena kami mempunyai orang lain yang bisa disebut keluarga yaitu Takuya, Paman Indra, dan Paman Raden. Walaupun aku dan Takuya berasal dari keluarga penyihir, Takuya tidak pernah membahas sihir sejak kepulangannya dari rumah sakit 11 tahun yang lalu. Padahal kami selalu belajar tentang sihir dasar bersama dengan kakaknya. Tapi semenjak kematian mereka, Takuya di rawat di rumah sakit dan tidak mengingat tentang keluarganya sendiri.

Saat ini Takuya sedang memarahiku dan bertanya dari mana aku mengetahui tentang Holy Grail. Lalu aku pun menceritakan tentang kejadian 2 tahun yang lalu saat aku tidak sengaja menemukan ruang rahasia di dalam gudang. Melihat besarnya ruangannya dan banyaknya buku yang tidak kuketahui bahasanya aku berasumsi kalau itu adalah ruangan penelitian ayah.

Di ujung ruangan terdapat sebuah meja yang terbuat dari kayu yang cukup tebal. Di atas meja itu terdapat lampu penerangan. Lampu itu sepertinya sudah sering digunakan. Itu terlihat dari tombol on offnya yang sudah hampir menghilang tulisannya karena sering di tekan.

Fate: Dark SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang