Saat ini aku sedang duduk menghadap Lucy sambil memegang tangannya. Seharusnya aku fokus, tapi itu tidak semudah yang dikatakan. Orang disampingku ini entah kenapa tidak bisa diam untuk sejenak saja. Dia benar-benar berisik.
"Tadi kau berpikir yang tidak-tidak,kan?" godanya.
"Apa itu yang biasanya dipikirkan oleh perjaka? Apa kau tidak bisa berpikir bersih?. Memang lelaki semuanya begitu ya kan, perjaka?" lanjutnya.
"Kau bisa diam tidak! aku tidak bisa berpikir jernih, bodoh!" teriakku ke Caster.
"Baiklah, baiklah, lanjutkan pekerjaanmu" katanya.Aku kembali konsentrasi dan fokus dengan yang akan kulakukan. Untuk mengalirkan mana ke dalam tubuh Lucy, aku harus merasakan mana yang ada di dalam tubuhnya dan mengalirkan manaku dengan perlahan. Membuka aliran mana yang tersumbat karena tidak pernah menggunakan sihir. Aku masih belum tahu apakah orang biasa tanpa ada garis keturunan penyihir juga memiliki mana. Apakah mana adalah salah satu percobaan manusia, ataukah ini adalah berkat atau apalah itu. Aku memendam rasa penasaran ini dengan pernyataan yang sudah ada di dalam hatiku "Kalau manusia bukanlah kelinci percobaan yang bisa kuperlakukan sesukaku".
Sambil memegang tangan Lucy yang lebih kecil dan halus dari tanganku aku mulai memperhatikan wajah lucy yang mengekspresikan kesakitan.
"Apakah ini sangat sakit" tanyaku ke Lucy.
"Tidak, lanjutkan saja" jawabnya.
Aku melanjutkan pengaliran mana yang masuk dan keluar dari tubuh kami. Akupun mulai mempercepat aliran itu dan dilanjutkan dengan suara kesakitan yang dikeluarkan oleh bibir kecilnya Lucy. Sebenarnya aku sedikit tidak tega dengan ekspresi kesakitan yang dikeluarkannya. Tapi ini harus tetap kulakukan agar dia bisa menggunakan sihir dengan cepat. Sekitar 20 meni berlalu dari saat aku mulai mengalirkan mana ku ke tubuh Lucy.
"Berhenti" perintah Caster yang mengawasi kami dari belakang.
"Sepertinya itu sudah cukup. Apakah kau merasakan sesuatu yang berbeda, Master?" lanjut Caster.
"Ya, aku sudah bisa merasakan ada sesuatu yang mengalir dari dalam tubuhku, tapi rasa sakitnya masih belum hilang" jawab Lucy.
"Kalau begitu aku pulang dulu. Langsung tidur dan jangan lakukan hal-hal aneh lagi tanpa sepengetahuanku!" kataku kepada Lucy.
"Ok, siap boss!" dia menjawabnya dengan tersenyum lebar dan dengan seenaknya menghempaskan tangan kanannya ke bahu kiriku yang masih sakit dengan tenaga yang cukup kuat.. Jujur, ini sangat sakit. Tapi karena sudah terbiasa membuat poker face aku hanya menanggapinya dengan senyuman garingku.Aku meninggalkan rumah Lucy tepat pukul 10 malam. Sambil betjalan menuju rumahku aku hanya bisa berteriak kecil "Aww, sakit". Sesampai di rumah aku tidak langsung tidur dan pergi ke dapur untuk membuat sesuatu. Aku ingin membuat ramuan herbal yang bisa mempercepat penyembuhanku dan sedikit menghilangkan rasa sakit. Akan berbahaya jika besok luka ini tidak kunjung sembuh.
" Apa yang sedang kau lakukan, Master?" tanya saber yang turun dari lantai atas dengan baju kaosnya yang bergambar anime favoritnya.
"Kau tidur di kasurku lagi, kan?" tanyaku dengan wajah marah kepada Saber.
"Kupikir kau tidak akan pulang, dan bermalam bersama Lucy" jawabnya dengan santai.
"Kau pikir aku lelaki macam apa, hah" pertegasku.
"Lebih bail kau tidur saja, biar servant tampan ini yang membuat itu" tawarannya kepadaku itu sedikit meragukan.
"Apa kau tahu apa yang sedang aku buat?" tanyaku kepadanya.
"Aku sangat tahu catatan itu. Ayahmu sering membuatnya, sehingga aku sudah hapal apa yang ada di dalamnya." jawabnya."Kalau begitu aku serahkan kepadamu" jujur ini sedikit membuatku senang karena aku benar-benar sudah lelah bercampir sakit. Tidak lama membaringkan diri ke kasur aku langsung tertidur. Keesokannya badanku benar² mati rasa. Aku hampir tidak bisa bangun dari tempatku tidur. "Kreeak" suara pintu yang terbuka mengalihkan pandanganku. Dari balik pintu itu keluar Saber dengan membawa gelas berisi cairan hijau kental dan pekat, serta bau yang sangat mengerikan.
"Master, Apa kau sudah bangun?" tanya Saber kepadaku.
"Yeah, aku sudah bangun. Tapi aku sepertinya kesulitan untuk berdiri" jawabku.
Tanpa kuperintah Saber langsung mendekatiku dan membantuku berdiri. Ia juga menyutuhku untuk meminum ramuan yang sudah dibuat kenarin. Rasanya benat-benar menjijikkan, sepertinya aku akan muntah."Jangan dimuntahkan Master, telanlah!" suruh Saber kepadaku. Rasanya aku ingin menyuruhnya minum juga agar tau rasa mengerikan ini.
"Apa kau akan pergi sekolah, Master?" tanyanya kepadu.
"Aku harus tetap pergi, lagipula aku harus cepat-cepat menyingkirkan Master Psyco itu" jawabku. Aku berusaha berjalan menuju kamar mandi dan bersiap untuk pergi sekolah.
"Jangan menaksakan diri Master! Obat itu butuh waktu sekitar satu jam untuk efeknya!" teriak Saber kepadaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate: Dark Side
FanficMenceritakan tentang perang yang diikuti oleh Master yang memanggil Servant untuk memperebutkan cawan suci.