Situasiku saat ini sangat tidak menguntungkan. Seorang pria besar yang tingginya 2 meter lebih harus kuhadapi. Ternyata dugaanku benar, bahwa pelaku dari pembunuhan yang terjadi adalah seorang Master dan Servantnya. Setelah melihat tinggi badan Servant itu, aku semakin yakin kalau manusia di zaman dulu kebanyakan adalah raksasa. Ah, aku ingin pulang saja rasanya. Tapi setidaknya aku ingin mencoba melawan instingku dan berbalik menyerang.
"Bunuh dia, Berserker! Hahahahaha" teriak sang master dilanjutkan dengan tawa jahatnya. "Hoo, jadi dia Servant dengan class Berserker. Sepertinya ini akan sulit" pikirku. Aku langsung bersiap dengan membuka katana yang ada di tanganku. Walaupun katana ini tipis tapi aku selalu merawatnya, bahkan kekuatannya bisa membelah batu besar yang ada di taman kota.
Berserker langsung maju kedepanku dengan sangat cepat. Hentakan kakinya sampai menghancurkan tanah di sekitarnya. Senjata besarnya itu langsung dihempaskannya dari atas. Aku langsung menghindar dan mundur ke belakang. Untung saja serangannya tidak mengenaiku. Efek dari hempasan itu menghancurkan tanah di bawahnya.
Aku menghindari serangan Berserker karena belum siap dengan sihir penguat tubuhku. Dua detik kemudian sihir penguat sudah melapisi tangan dan kakiku. Beberapa garis biru terang melapisi tanganku dan juga kakiku. Aku menggunakan sihir penguat di kedua sisi ini dikarenakan aku membutuhkan tangan dan kaki yang kuat untuk menahan serangan Berserker. Aku selalu melapisi diri dengan sihir penguat di seluruh tubuh ketika serius melawan Saber, ini karena Saber lebih mengutamakan kecepatannya dalam serangan.
Serangan berikutnya berasal dari sisi kiriku. Walaupun sudah menggunakan sihir penguat, tapi aku masih sedikit terhempas ke belakang saat menahan serangan menggunakan kedua tanganku yang menggenggam katana. Serangan cepat pun terjadi, raksasa yang satu ini menyerangku bertubi-tubi dari arah kanan dan kiri secara tidak karuan. Tidak ada pola serangan di setiap serangannya. Ini seperti melawan boss monster di game yang kumainkan yang menyerang secara bar-bar.
"Hahahahaha bunuh dia Berserker, bunuh dia" teriak sang master dari belakang. Untuk pertama kali aku benar-benar ingin membunuh seseorang. Serangan Berserker agak melambat, tapi tidak dengan kekuatannya. Kekuatannya semakin besar dan membuatku hampir terbunuh di setiap serangannya itu. Aku mengambil kesempatan dari melambatnya serangan Berserker. Aku langsung menghunuskan katanaku dan mengenai bagian dadanya. dan katanaku hampir menembus ke bagian belakangnya. Tapi aku dihentikan dengan serangan senjatanya yang langsung mengenai bahu kiriku. Aku terhempas ke dinding gedung di bagian kananku. Oh tidak, ini benar benar sakit pikirku. Tanganku yang masih memegang katana yang sudah berlumuran darah dari Berserker.
Lalu aku berdiri dan bersiap untuk lari dari keadaan tidak yang menguntungkan ini. Aku memasukkan katanaku ke dalam sarungnya dan menyiapkan sihir penguat ke seluruh tubuhku agar kecepatanku bertambah dan menggerakkan tubuhku yang benar-benar sakit ini.
"Akhiri ini, Berserker!" teriak sang Master dan diikuti dengan bergeraknya Berserker ke arahku dan bersiap untuk menyerang kembali. Senjatanya yang besar itu menyerang dari atas. Menghindar adalah satu-satunya pilihan yang bisa kulakukan. Tenaga di dalam tubuhku dan rasa sakit yang kualami di serangan terakhir sekarang berdenyut dan aku hampir terjatuh karena rasa sakitnya. Kukencangkan kakiku dan bersiap untuk lari cepat menuju ke arah motor yang terparkir agak jauh dari tempat kejadian.
"Jangan biarkan dia lolos, Berserker!" teriakan sang Master diikuti dengan lari cepat Berserker. Bahkan tanah pijakan lari Berserker sampai hancur karena berat dan besarnya tubuhnya. Aku yang sudah masuk ke mode super cepat tidak mungkin bisa dikejar oleh monster raksasa itu. Sesampai di tempaku memarkirkan motor, aku langsung menghidupkan mesinnya dan pergi menjauh dari mereka. Jika dilihat dari kelakuan Masternya, sepertinya ia hanya orang biasa yang tidak mengetahui maksud dari perang ini. Sebenarnya aku ingin langsung membunuh sang Master, tapi tidak semudah itu jika pergerakan Servantnya tidak bisa dihentikan. Sepertinya aku harus meminta bantuan dari Saber untuk mengalahkan mereka.
Luka di lengan kiriku masih berdenyut, ini benar-benar sakit. Sesampai di rumah, jalanku agak sempoyongan karena terluka dan penggunaan sihir tadi. Walaupun sihir penguat adalah sihir tingkat rendah, tapi karena mana dalam tubuhku tidak terlalu banyak menyebabkan kelelahan yang berlebihan. Bahkan jika mana dalam seorang penyihir benar-benar habis, itu bisa menyebabkan kematian bagi penyihir tersebut.
Saber langsung menghampiriku dan mencoba membantuku, tapi aku menolaknya "Tidak usah khawatirkan diriku, pak tua" kataku.
"Seharusnya kau lebih mengandalkanku, Master. Kalau seperti ini aku benar-benar tidak bisa membiarkanmu sendirian" jelasnya dengan wajah cemasnya.
"Sepertinya kau benar, Saber. Lain kali aku benar-benar akan membunuh Master brengsek itu. Dia benar-benar sumber kegagalan manusia" balasku.
"Jarang sekali kau semarah ini, Master. Ini membuatku sedikit penasaran" tanyanya dengan tangan di dagunya menunjukkan rasa kebingungannya.
"Lain kali saja, sekarang aku harus bertemu Lucy" jawabku.
"Sebaiknya kau langsung istirahat saja, Master. Lukamu cukup mengerikan loh!" sarannya.
"Ini masih belum seberapa. Aku masih bisa menyembuhkannya dalam satu malam" jawabku dengan pasti.
"Wah, kau sangat percaya diri dengan sihirmu" jelasnya kepadaku.
"Ya, Ya, Ya" balasku sambil menjalani tangga menuju lantai atas.Aku menuju kamarku dan mengganti pakainku dengan baju lengan panjang. Semoga ini bisa menutup lukanya agar Lucy tidak tahu. Aku turun kembali ke bawah dan segera menuju rumah Lucy yang tepat di samping rumahku. Aku mengetuk pintu rumahnya dan dijawab oleh Lucy. Ia membuka pintunya dan tersenyum kepadaku.
"Ternyata Takuya. Caster bilang kau akan kembali kemari. Maaf sudah merepotkanmu sore tadi" katanya kepadaku.
"Ah, nggak papa kok. Aku kembali karena penasaran kenapa kau bisa pingsan sore tadi. Mungkin Caster tahu penyebabnya" jawabku.
"Ho, ternyata kau sudah datang. Cukup lama juga ya!" Caster mengatakan itu dari arah ruang tamu di belakang Lucy. Aku masuk ke dalam dan Caster menjelaskan apa yang terjadi sore tadi mengenai pingsannya Lucy."Ini hanya kejutan badan yang terjadi saat seseorang yang belum pernah menggunakan sihir langsung menggunakan sihir yang menguras banyak mananya. Aliran mana dalam tubuhnya masih tersumbat. Dan itu menyebabkan rasa sakit saat menggunakan sihir sampai dengan kehilangan kesadaran" jelas Caster dengan panjang lebar.
"Jadi, apa yang bisa kulakukan?" tanyaku kepada Caster.
"Kau harus mengalirkan manamu ke dalam tubuh Lucy dan membuka aliran mananya secara paksa dan mengatur aliran mananya secara bertahap" jelasnya kembali.
"Apa kau tidak bisa melakukannya Caster?" tanyaku kepada Caster.
"Aku bisa saja sih, selama mempunyai tubuh fisik yang sempurna. Kau tahu kan kalau aku hanyalah roh yang mendapatkan kekuatan untuk masuk ke dunia kalian" jelasnya kepadaku.
"Jadi apa yang harus Takuya lakukan kepadaku, Caster?" sekarang giliran Lucy yang bertanya dengan membuat wajah penasaran yang sedikit imut."Hmm, cara ini harus melalui kontak fisik yang menghubungkan kedua tubuh kalian" jelasnya kembali kepada kami. Jujur saja pikiranku langsung kelayapan kemana-mana.
"Apa harus berhubungan fisik secara langsung?" tanyaku kembali.
"Ya, itu harus" jawabnya.
"Apa benar-benar harus?" tanyaku kembali.
"Ya, jadi mau bagaimana lagi" jelasnya kembali. Lucunya Lucy hanya memandangi salah tingkahku dengan wajah bingungnya. Dan Caster hanya tersenyum licik kepadaku yang menunjukkan kalau dia tahu isi pikiran kotorku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate: Dark Side
Hayran KurguMenceritakan tentang perang yang diikuti oleh Master yang memanggil Servant untuk memperebutkan cawan suci.