Jatuh cinta dan patah hati adalah
Dua kata mutlak yang tak bisa didefinisi.
______________&&&______________Hari ini adalah hari terakhir Adiva memakai seragam putih abu-abunya ke sekolah, tiba-tiba jantungnya berdebar hebat kala sahabat baiknya melambaikan tangan di depan kelasnya, dia Aldebaran Malik siswa kelas 12-IPA 2 yang sering nongkrong di kelasnya saat jam istirahat sekolah hanya untuk menggoda dan menjahilinya. Tak jarang Al juga bersembunyi di dalam kelasnya saat jam-jam pelajaran kosong atau saat guru kelas Al tidak hadir karena suatu hal.
Adiva menyapa teman-temannya yang ia lewati dengan ramah, seperti biasa mereka akan membentuk grup rumpi bersama gengnya masing-masing, tampak mereka saling bertukar cerita untuk membingkai kenangan paling berkesan yang tak terlupakan sebelum mereka mengejar mimpi di universitas pilihan mereka masing-masing, tiga tahun menuntut ilmu di SMA Ahmad Dahlan ini tentu saja menyisakan banyak kenangan tersendiri, salah satunya Adiva, ia pahat senyuman terbaiknya saat langkah kakinya mengikis jarak di antara dirinya dan Aldebaran yang sedang bersidekap menunggu dengan senyuman khasnya. Sekuat tenaga Adiva menguatkan hati dengan rasa yang selama ini ia pendam sendiri. Sakit, tentu saja Adiva rasakan. Namun itu adalah pilihan yang terbaik, Adiva tidak akan siap jika Al menjauhinya hanya karena cinta yang salah. Adiva hanya tidak ingin menodai persahabatannya bersama Al yang sudah terjalin selama 1,5 tahun itu.
Perkenalannya dengan Al terbilang unik, mereka bertemu di sebuah pasar malam yang diadakan setahun sekali setiap pembukaan pabrik gula. Waktu itu Adiva sedang melihat-lihat kelinci-kelinci lucu yang dijual di pinggiran jalan bersama abangnya, ia ingin sekali memiliki kelinci yang berwarna putih dan abu-abu dengan bulu-bulu indahnya itu. Namun, Farhan melarang Adiva.
"Ayo Dek, Abang geli lihatnya," protes Abang Hahan, sapaan kesayangan Adiva untuk abangnya, Farhan Al-Ayyubi satu-satu saudara kandung yang ia miliki.
"Ini buat kamu." Tiba-tiba suara seorang remaja laki-laki berpeci hitam dengan memakai sarung dan koko putih menyerahkan dua ekor kelinci kecil dalam sebuah kotak. Adiva terkejut menatap remaja yang tidak ia kenal tersebut. Namun, karena keinginannya memiliki kelinci lucu itu Adiva menerima dengan mata berbinar dan mengucapkan terima kasih pada remaja laki-laki tersebut, belum sempat Adiva menanyakan nama remaja tersebut Farhan sudah menarik tangannya menjauh. Adiva masih sempat menoleh ke belakang lalu melambaikan tangannya sembari mengikuti langkah Farhan yang berada di depannya.
Keesokan harinya Adiva dikejutkan dengan kehadiran Aldebaran yang tengah duduk bersantai di kursi tempat duduknya, tubuh Adiva masih membeku saat menyadari bahwa mereka ternyata satu sekolahan. Al adalah ketua rubrik majalah di sekolahnya, itulah informasi terbaru yang ia dengar dari sahabatnya Safira yang kini tengah berdiri di sisinya.
Kisah persahabatan Adiva bersama Aldebaran dimulai detik itu juga. Al juga salah satu santri di sebuah pesantren besar di kota Jombang, Pondok Pesantren Al-Amin tepatnya, SMA Ahmad Dahlan sendiri masih dalam naungan pesantren besar tersebut.
"Hei Adiva endut," sapa Al yang seketika membuat Adiva mengerucutkan bibir sepanjang 5 cm yang seketika membuat Al tergelak, panggilan ironi untuk Adiva yang memiliki tubuh kurus dan tinggi badan hanya mencapai 155 cm. Al selalu berkilah bahwa ucapan adalah doa setiap kali Adiva memprotesnya.
"Ikut aku sebentar yuk!" Al menarik lengan baju Adiva dengan paksa menuju taman sekolah yang tampak sepi karena memang para siswa kelas 10 dan 11 sedang dalam proses KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) di kelas seperti biasa, hanya kelas 12 yang bebas setelah melaksanakan ujian kelulusan atau UN.
"Apaan sih Al? Main tarik-tarik aja, aku kan juga pengen gabung dengan anak kelasku, lagian kenapa kamu nggak ikut kumpul teman sekelas kamu aja sih?" Protes Adiva sambil mengikuti langkah lebar Al dengan tertatih. Al hanya membalasnya dengan senyuman, tangannya masih dalam posisi yang sama, menarik lengan Adiva agar mengikutinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga Hati Satu Cinta (End)
RomanceRate 18+ Blurb Perpisahan dengan seorang sahabat terbaik beserta dengan cinta pertamanya tentulah hal yang tak mudah bagi Adiva Dania Khanza, gadis berusia 18 tahun itu. la terisak tatkala harus melambaikan tangannya melepas Aldebaran Malik pergi me...