Cinta Pertama

1.5K 260 54
                                    

Yerim dan Jisoya kembali ke kelas mereka setelah bunyi lonceng masuk terdengar namun ketika ingin masuk ke dalam kelas mereka dihampiri oleh Mina dan kedua gadis yang selalu bersamanya.

Mina menahan lengan Yerim, "Lo batu juga ya."

"Apasih, Kak." Yerim menarik tangannya dari cengkraman Mina.

"Baru juga gue ingetin lo tadi udah kecentilan aja."

"Gini ya, Kak. Yang tadi itu nggak seperti yang kakak pikirkan." kali ini Jisoya bersuara membela Yerim.

"Diam lo!" celetuk gadis di samping Mina menatap Jisoya garang.

"Please lah gue nggak mau nyari masalah disekolah, Kak. Lagipula kalau kakak ngerasa gue saingan ya tolong bersaing secara sehat lah." Yerim mendengus.

"Berani banget Lo ngebantah gue."

"Dia nggak ngebantah kali, Kak. Dan percaya deh kakak bakalan nyesel suatu saat nanti karena sudah ngelabrak kita."

"Ada apa ini hah?" sentak guru wanita yang hendak mengajar dikelas Yerim dan Jisoya. Ia memandang Mina dan kawan-kawan dengan tatapan garang, "Mina! Kenapa disini? Kembali ke kelasmu sana!"

"Baik, bu." Angguk Mina juga teman-temannya lalu berbalik pergi dari sana setelah melempar tatapan mengancam kepada Yerim.

"Kalian berdua dikelas ini kan?" Yerim dan Jisoya mengangguk kompak, "Ngapain masih diluar. Cepat masuk." semprotnya membuat Jisoya dan Yerim langsung saja bergerak cepat masuk ke dalam kelas.

Kelas berlangsung dengan lambat. Mungkin karena mata pelajaran pada siang hari itu sangat tidak di sukai sebagian besar anak-anak, apalagi kalau bukan matematika.

"Selesaikan masalah pada halaman 46 sekarang dan kumpulkan dimeja ibu." pesan ibu guru melangkah keluar dari dalam kelas setelah memberikan tugas yang harus dikumpulkan pada hari itu juga.

"Kenapa sih dari semua mata pelajaran cuma matematika aja yang banyak masalah." celetuk Jeno menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

"Iya, udah gitu nyuruh orang lain buat nyelesain lagi. Dia nggak tau apa kalau hidup kita aja udah banyak masalah eh disuruh ngurus masalahnya." sambung Jaemin merana.

"Mate, selesain masalah lo sendiri napa dah!" amuk Renjun melempar pulpennya diatas meja.

Posisi duduk ketiganya yang berada dekat dengan tempat duduk Jisoya dan Yerim berhasil menarik perhatian keduannya. Yerim menoleh memandang Renjun yang terlihat kesal diikuti dua orang dibelakang yang juga sama-sama terlihat kesal.

"Apa sih kalian nggak jelas." sahut Yerim tertawa.

"Yer, itu abang lo kan?" tunjuk Jisoya melihat kedatangan Taehyung yang kini berhasil membuat seisi kelas heboh khususnya para cewek. Siapa coba yang tidak mengenal Kim Taehyung. Semua siswa dari junior sampai senior mengagumi cowok itu.

Yerim berdiri, menghampiri kakaknya, "Ada apa kesini, Bang?" tanya Yerim.

"Bang Seokjin sama bang Namjoon nggak bisa jemput. Ayah juga tadi siang dinas luar kota jadi nanti pulang bareng Abang nggak pakai nolak." jelas Taehyung dengan kedua tangan berada dalam saku celana membuatnya nampak keren dimata para kaum hawa yang fokus memperhatikannya.

"Kok ayah nggak ngasih tau Yerim?"

"Mana sempat keburu telat. Udah abang balik dulu. Awas ya jangan lupa." pesan Taehyung tak lupa mengacak rambut Yerim seperti kebiasaannya dirumah sekali lagi membuat seisi kelas makin heboh bergosip ria tentang hubungan keduanya.

"Yer, lo kenal kak Taehyung? Gila beruntung banget sih lo bisa kenal cowok keren disekolah kita."

"Hm!" dengus Yerim tak mempedulikan perkataan tersebut. Baginya itu semua sudah biasa.

Jamais Vu (SLOW UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang