08 || Tatapan itu

58 28 5
                                    

"Aaameeelll--" teriakan Nita terhenti saat mendapati Lia dengan mata sembabnya melangkah menuju tempat duduknya.

"Mel, kenapa?" tanya Fitri saat Lia sudah duduk di bangkunya. Lia hanya menggelengkan kepala menanggapi pertanyaan Fitri.

Tak lama kemudian, Lisa datang dan memberi kode kepada Fitri untuk tidak bertanya apapun kepada Lia.

"Kalian gak bosen di kelas mulu?" tanya Nita sambil bertopang dagu.

"Ck, bosen banget hhwaaai," balas Fitri lalu menguap dan menutup mulutnya.

"Yaudah, kalo gitu kita jalan-jalan yuk!" ajak Lisa bersemangat. Ia hanya ingin menghibur Lia karena ia mengerti dari raut wajah Lia yang terlihat sedih.

"Nah bener banget, lagian si Amel pasti belom tau semua tempat disini," sahut Nita tak kalah semangat.

"Nggak ah, gue disini aja," balas Lia datar.

"Ayolah Mel, lo gak bosen apa dikurung di tempat beginian. Ntar abis istirahat udah ada pelajaran. Sumpek gue," Lia memutar bola matanya jengah, bagaimanapun jika berdebat dengan ketiga sahabatnya itu, ujung-ujungnya pasti kalah. Akhirnya Lia memutuskan untuk pergi bersama ketiga sahabatnya.

Ke-empat siswi itu berjalan lumayan lama, karena sekolah mereka memang cukup luas. Tujuan mereka sekarang adalah taman belakang. Tak lama kemudian mereka telah sampai ke tempat tujuan mereka.

"Waahh.. bagus banget, kok gue baru tau ya kalo ada taman disini," Lia melongo setelah melihat taman yang begitu indah di belakang sekolahnya. "Tapi kok sepi ya?" tanyanya bingung.

"Gak banyak yang tau sama tempat ini, tapi meskipun gak ada yang tau, taman ini selalu di rawat dan dijaga kebersihannya kok,"jelas Lisa dan di balas anggukan kepala oleh Lia.

Mereka duduk di bawah pohon rindang dan diselingi dengan canda dan tawa.

***

"Bosen banget gue tong," ujar Bagas sambil melahap ciki-ciki yang di genggam erat di tangannya.

"Bosen palalu peang! Orang Lo dari tadi kagak berhenti ngunyah," sungut Andre yang diselingi dengan jitakan di kepala Bagas.

"Yaudah, ke taman belakang aja yok!" ajak Bima dan Arjuna langsung beranjak dari tempat duduknya.

"Nggak ah, gue denger-denger nih disana itu ada wewe gombel. Kan serem," tolak Bagas bergidik ngeri.

"Sok-sokan nolak lo! Biasanya juga lo gebet,"  sahut Andre yang masih fokus memainkan game di ponselnya.

"Heh, Lo mau selingkuh sama Wewe gombel Gas? Wah parah lo, itu mbak kunti mau lo kemanain," cibir Bima dan langsung mengundang gelak tawa teman-temannya, kecuali Arjun. Pria itu sudah melenggang pergi keluar kelas.

"Kalian jahat mazz," sewot Bagas dengan nada dramatis.

"Najong!" balas Andre dan Bima serempak lalu pergi meninggalkan Bagas yang masih sibuk dengan cemilannya.

Setelah sadar bahwa ketiga temannya pergi, Bagas mengambil beberapa bungkus cemilan yang belum sempat ia makan dan segera menyusul teman-temannya.

Sesampainya di taman belakang sekolah, mereka dikejutkan oleh kehadiran empat siswi yang sedang asik bercanda gurau di bawah pohon besar.

"Tuh 'kan apa gue bilang, di sini tuh ada Wewe gombel! Kalian sih gak percayaan," ucap Bagas yang melihat terlebih dahulu sosok empat orang gadis di bawah pohon besar itu.

Love Pieces Amelia [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang