09 || Tiga Permintaan

67 25 4
                                    

"Hallo, Bang," Lia membuka suara setelah ponselnya berdering dan menekan tombol hijau setelahnya.

"....."

"Oh yaudah."

"....."

"Iya, gak-papa, Bang."

"....."

"Abang hati-hati, ya."

"....."

Tut Tut Tut

"Siapa yang nelpon Mel?" tanya Nita.

Saat ini Lia dan Nita berada di dalam kelas. Sementara Lisa dan Fitri berada di kantin.

"Bang Abi. Katanya gak bisa anter pulang," jawab Lia tanpa memalingkan tatapannya dari ponsel yang ia pegang.

"Lah terus lo bareng sama siapa?" Nita kembali bertanya.

"Sama Bang Yusril deh kayaknya," Lia menjawab dan meletakkan ponselnya ke dalam tas ransel miliknya.

"Yusril siapa?" pertanyaan Nita membuat Lia mengangkat kedua alisnya.

"Lo gak tau?" Nita menggelengkan kepalanya.

"Dia sepupu gue, udah gue anggep Abang gue sendiri," tuturnya. Nita hanya menganggukkan kepala sebagai arti bahwa ia mengerti.

Tok tok tok

Terdengar suara ketukan pintu dari luar. Bukannya dibuka, semua murid di dalam kelas XI IPS 1 itu diam saja. Sampai akhirnya Vanya berdiri dan mengunci pintu dari dalam tanpa melihat siapa yang mengetuk pintu.

"Kok gak dibukain sih?" tanya Nita kepada bendahara kelas yang super galak itu.

"Lo mau kita iuran lagi?" tanya Vanya yang mengundang tatapan aneh dari teman-temannya.

Ia adalah bendahara kelas yang paling galak di antara bendahara kelas yang lain. Tidak salah jika teman-temannya memberi julukan queen of rentenir galak. Saat menagih uang kas, ia tak bisa berbicara lembut. Bahkan jika ada siswa yang membayar dengan uang lebih, ia tak memberikan kembalian dan memasukkan uang kembalian itu untuk pembayaran kas selanjutnya.

Saat pemilihan bendahara di kelas, Vanya menyalonkan dirinya. Ia bahkan membuat visi dan misi. Benar-benar bendahara yang patut di contoh bukan?

Lia dan Nita saling memandang satu sama lain, "Lah apa hubungannya?" tanya Nita tak mengerti.

"Lo kalo punya otak itu dipake! Sekarang lo pikir deh. Kalo kita bukain dia pintu, terus dia masuk kesini dan ada barang-barang kelas hilang siapa yang mau ganti? Buyut lo?" Vanya menjelaskan hanya dengan satu tarikan nafas.

"Weehh, santai dong. Gausah ngegas! Dasar toa masjid!" umpat Nita kesal.

Lia yang tak mengerti jalan pikiran Vanya hanya geleng-geleng kepala lalu berjalan menuju pintu lalu menatap Vanya datar. Tanpa basa-basi, ia membukakan pintu dan muncullah sosok yang baru saja ia dan Nita bicarakan.

"Eh Bang Yusril, tumben ke sini. Ada apa Bang?" tanya Lia saat melihat sepupunya berdiri di depan pintu kelasnya.

"Waahhh siapa tuh??"

"Itu pacarnya Amel? Ganteng bangettt!"

"Tau gitu, tadi gue yang bukain pintu."

"Ada pangeran nyasar tuh!"

"Dasar alay."

Begitulah kata-kata yang dikeluarkan oleh kaum hawa di kelas itu. Setelah pintu terbuka, semua orang terlonjak kaget. Bagaimana bisa Vanya tidak membiarkan pria tampan itu masuk ke dalam kelas? Memang kurang waras!

Love Pieces Amelia [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang