Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Bagaimana?" Taehyung bertanya sembari mengancingi kembali kemeja hitam yang Ia kenakan, sebelah alisnya menaik menatap Dokter Lee yang masih fokus pada buku catatan kecil di tangannya.
Memakan waktu sedikit lebih lama untuk Taehyung mendapatkan jawaban dari sang Dokter, Ia menghembuskan napasnya pelan menatap jengkel pada sang Dokter yang tidak menggubris pertanyaannya. "Dokter Lee?"
Mendengar panggilan tak sabar dari Taehyung, Dokter Lee menaruh catatannya kembali ke meja kerjanya, lalu menatap Taehyung sedikit kesal karena sudah mulai melanggar setiap aturan darinya. "Minggu lalu, kenapa tidak datang untuk periksa? Kau masih ingatkan, jadwalmu kesini itu di hari jum'at setiap minggunya?"
Taehyung tersenyum kikuk sembari menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal, "Maaf, Dokter. Ada kepentingan mendadak" ujarnya memberi alasan.
Taehyung merutuki dirinya sendiri di dalam hati. Kalau berkencan dengan kekasihnya adalah kepentingan mendadak yang Ia maksudkan, Taehyung merasa berdosa pada Dokter Lee. Karena untuk pertama kalinya Ia berbohong pada Laki-laki paruh baya itu.
"Dengarkan aku, mungkin sekarang kau tidak dilarang untuk jatuh cinta dan memiliki kekasih. Aku dan Ibumu memutuskan untuk membiarkan hal itu, tapi jangan lupa untuk pemeriksaan rutinmu" Dokter Lee Donghae menarik napasnya kuat dan membuangnya perlahan.
Dari apa yang baru saja Ia periksa, pertahanan tubuh Taehyung mulai menurun. Walaupun Taehyung tidak mengatakan apapun padanya, Ia sebagai Dokter spesialis jantung tentu tahu pemuda itu kerap mengalami sakit di dadanya. Kondisi tubuhnya semakin memburuk, Donghae tidak yakin anak itu bisa bertahan lebih lama lagi.
"Daya tahan tubuhmu menurun. Jangan egois, setidaknya pikirkan orang-orang sekitarmu yang tak ingin kehilanganmu".
Perkataan Dokter Lee menusuk ulu hati Taehyung. Seolah-olah Ia tak peduli pada nyawanya sendiri tanpa memikirkan orang lain disekitarnya yang akan sedih kehilangan dirinya. Tanpa mampu Ia tahan, Taehyung mengeluarkan kekesalannya dengan air mata yang tertahan di sudut matanya. "Aku juga tidak ingin cepat mati, Dokter Lee".
"Kalau begitu, harusnya kau menyetujui usulan dari Ibumu tentang menerima donoran jantung. Walaupun sulit untuk menemuinya, setidaknya dengan persetujuanmu aku dan Orangtua mu bisa berusaha untuk mencarikan—"
"Dan membiarkan orang lain mati hanya untuk aku menyambungkan nyawaku?" amarah mulai menumpuk di hati Taehyung. Dirinya selalu tak suka jika pembahasan mereka mengenai donor jantung untuknya. Taehyung tak ingin menjadi egois, dirinya tak ingin mencuri kehidupan orang lain hanya untuk kehidupan dirinya saja.
"Tidak begitu konsepnya, Nak. Mungkin beberapa peristiwa kecelakaan yang mustahil untuk korbannya selamat, jantungnya masih bisa digunakan un—"
"Kau ingin aku berdoa setiap malam untuk kecelakaan orang lain? Aku tak menyangka permainan kalian begitu kotor" Taehyung membuang semua sopan santunnya. Dokter Lee jelas tahu Ia sensitif dengan topik ini, tapi Lelaki paruh baya itu tampaknya tak kenal lelah untuk menawarkan jantung orang lain pada Taehyung.