Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Park Sooyoung yang berada dalam mode tidak baik adalah hal yang terburuk bagi Jaehyun. Sejak lima hari belakangan ini sahabatnya itu terlihat uring-uringan. Hidup segan, mati tak mau. Mulutnya tidak berhenti mengoceh merutuki dirinya sendiri yang sangat bodoh mencium seorang pemuda yang bukan kekasihnya. Menjadikan Jaehyun sebagai pelampiasan dari segala penyesalannya. Kalau bukan karena Jaehyung yang menyeret gadis itu setiap pagi dari ranjangnya, bisa ia pastikan Sooyoung tidak akan hadir ke kelasnya selama lima hari belakangan.
"Taehyung pasti membenciku! Kenapa aku menciumnya saat itu?" Jaehyun membuang napasnya pelan melihat Sooyoung yang tampak kacau bersandar pada bahunya, merengek tak tahu malu; tak peduli dengan tubuh Jaehyun yang basah kuyup akibat keringat karena ia baru saja selesai latihan basket.
"Jaehyun-ah, Taehyung tidak pernah menyapaku lagi sejak hari itu. Apa dia marah?". Idiot. Satu kata yang Jaehyun rasa sangat cocok untuk mendefinisikan tingkah laku Sooyoung saat ini. Surai madunya yang tampak begitu acak-acakan; Sooyoung tidak perduli, ia tetap bergelayut pada lengan Jaehyun dan menumpahkan segala keluh kesahnya pada sang sahabat.
Dengan perasaan teramat kesal, Jaehyun mendorong dahi Sooyoung dengan jari telunjuknya kasar; tanpa perasaan. "Bukankah sudah ku bilang padamu untuk tidak berdekatan dengannya? Kau saja yang dungu, Park Sooyoung. Dia sudah punya kekasih, kau hanya mainannya. Lihat, setelah kau menciumnya dan jatuh hati padanya, dia melarikan diri seperti seorang pengecut" Jaehyun berujar dengan perasaan teramat kesal. Tekadnya untuk menghabisi Taehyung sudah teramat bulat sejak lima hari yang lalu saat pertama kali Sooyoung bercerita padanya. Dan ketika Jaehyun hendak menemui Taehyung lalu memberikannya sebuah pukulan, Sooyoung melarang Jaehyun. Mengatakan bahwa Taehyung tidak bersalah sama sekali. Karena Sooyoung lah yang terlebih dahulu mencium Taehyung, hingga pemuda itu mungkin merasa risih dan menghindari dirinya.
Kalau tidak boleh memukul Taehyung, maka berhentilah merengek seperti itu, Park Sooyoung. Jaehyun hanya sanggup memaki dalam hati dan menatap malas pada Sooyoung.
"Aku benar-benar akan memukulnya kalau kau terus merengek seperti itu, Park Sooyoung" ujar Jaehyun yang sudah berada di ambang kesabarannya. Lelaki itu membuka baju basketnya, lalu menggantinya dengan kaos hitam yang dipegang oleh Sooyoung sedari tadi. "Aku mau ganti pakaian dulu, kau disini saja atau ikut denganku?".
Sooyoung mendelik kesal pada Jaehyun. Lelaki itu sempat-sempatnya menggoda dirinya disaat-saat seperti ini. Namun tak bisa dipungkiri, perasaannya sedikit terasa lebih baik dari sebelumnya akibat Jaehyun. Benar-benar sahabat yang berguna. "Aku ke kelas saja. Sama sekali tidak selera melihat perut buncitmu itu!" cibir Sooyoung sebelum melemparkan handuk milik Jaehyun yang sudah basah penuh keringat pada pemuda itu; meninggalkan Jaehyun yang terkekeh karena berhasil membuat Sooyoung kembali pada mode biasanya walau hanya sebentar.
Berwajah tampan bak pangeran dari negeri dongeng, serta memiliki posisi sebagai kapten di klub basket pula di kampus mereka. Jaehyun tak pernah merasa lebih bersyukur dari itu. Sepanjang ia berjalan dari lapangan basket hingga ke koridor kampus, semua pandangan mata tertuju padanya. Membuatnya tanpa sadar berjalan dengan dagu yang sedikit terangkat ke atas; berlagak sombong. Sudah, biarkan saja. Orang tampan seperti Jaehyun memang bebas melakukan apa saja. Tidak akan ada yang melarang maupun menyalahkannya.