Random

29 1 0
                                    

"Hei ALFA!" teriak seseorang yang membuat pasukan itu menoleh ke belakang.

Langit tersenyum ketika melihat Sarah alias sekretaris OSIS yang kini tengah berjalan ke arahnya. Berbeda dengan Aliya yang mencebik melihat kedekatan mereka.

"Hai, Lang," sapa Sarah berbasa-basi setelah berhadapan dengan Langit. Senyumannya manis layaknya gulali. "Oh, ya. Nanti pulang sekolah langsung rapat, ya? Waktu itu aku gak sekolah karena sakit. Jadi ketinggalan info OSIS."

"Iya langsung rapat. Bukannya udah ada info susulan di grup WA, ya?" Ucapan Langit membuat Sarah membungkam.

"Iya sih." Sarah tertawa menutupi kebingungannya.

"Nanti bakal ikut rapat, kan?" Langit bertanya. Dihadiahi anggukan dengan cepat oleh Sarah. Sarah ini tipe cewek fast respons yang sayangnya gak di notice-notice sama seseorang yang disukainya.

"Aku bakal ikut kali ini. Sayang dong kalau 'dilewatkan'," sahut Sarah dengan angan-angannya yang sudah meluas sejagat raya.

"Oke. Ditunggu kehadirannya." Langit melambaikan tangannya seraya berlalu meninggalkan Sarah. Kembali berjalan bersama ketiga sahabat ceweknya.

Di pertigaan lorong, mereka pun berpisah. Kecuali Langit dan Aliya karena kelas mereka memang dekat dan searah.

"Aku gak sudi ya, kalau punya kakak ipar kaya si Sarah itu." Aliya jika tidak menyukai seseorang yang lebih tua darinya tak akan memakai embel-embel panggilan hormat seperti 'Kak Sarah' misalnya.

"Gak akan kok. Aku kan, belum sukses move on," sahut Langit santuy.

Hidung Aliya mengembang. "Bisa ya, yang belum sukses move on se-santuy itu?"

"Gue juga lagi ikhtiar. Kalem dong." Langit berdecak kesal. Dia mulai bicara lo-gue dengan adiknya. Tanda dirinya mulai emosi.

"Kalem, kalem. Jangan nge-gas kalau gak mau nama baik lo rusak." Aliya mencoba menahan amarah Langit. "Lagian kita harus pura-pura sok baik kalau di sekolah, kan."

Emosi Langit menyurut. Dia terkekeh. "Iya. Pura-pura. Semua ini hanya drama."

Langit dan Aliya bicara seperti itu seolah keadaan aman-aman saja. Tanpa mereka sadari, seorang gadis tengah menguping pembicaraan mereka.

"Cuma pura-pura?" Gadis itu keheranan.

****

10 TKJ E atau kelas paling akhir adalah kelas yang diisi oleh seorang gadis bernama Arunika Putri Winata.

Biasanya, kelas A atau kelas paling awal yang merupakan kelas yang diisikan oleh siswa-siswi cerdas dan cukup berprestasi. Tapi di tahun ajaran ini, justru kelas E lah yang paling mendominasi nilai paling terbaik. Bahkan, kelas yang digadang-gadangkan pun kalah sukses dengan kelas paling pojok itu.

Masih sisa satu jam menuju jam pulang ke rumah masing-masing. Kelas masih ramai. Walau terkenal pintar, yang namanya manusia pasti ada saja yang tukang gosip, tukang perusak fasilitas sekolah, tukang pengheboh suasana kelas, tukang tidur, tukang selfie, tukang Mabar, tukang pembersih kekacauan yang dibuat tukang perusak, tukang pemburu komik, juga si tukang yang diem-diem bae.

Aru termasuk ke dalam semuanya kecuali tukang pembersih. Karena menurutnya, selagi ada manusia yang bersedia menjadi vaccum cleaner dadakan ngapain juga capek-capek membersihkan kekacauan yang dibuatnya?

Kecuali kalau di rumah. Sehari tidak memegang sapu yang ada sapu malah melayang ke muka Aru.

Tapi saat ini, entah apa yang sedang merasuki Aru. Mungkin jiwanya dengan jiwa seorang cowok bernama Yayat sedang tertukar. Cowok yang mengabdikan dirinya sebagai vaccum cleaner kelas itu malah asyik mabar dengan teman-temannya di bangku pojok. Sedangkan Aru malah menghapus tinta di papan tulis yang berisikan rumus-rumus matematika yang merepotkan.

PROBLEMATICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang