Melirik Cewe Cantik

12 0 0
                                    


Dandan itu hak dia. Walau gue lebih suka dia apa adanya. Dengan wajahnya yang polos. Dan kacamata bulat yang membingkai wajahnya.

—Ariaz—

"APA?!?!"

"Qory, gak baik kamu nge-prank anak-anak kamu!" Arga memperingati. Dia adalah korban pertama karena ucapan Qory yang membuatnya deg-degan itu. Nyatanya hanya prank. Gimana kalau prank-nya itu malah beneran?! Arga tidak sanggup membayangkannya.

Ariaz dan Queensa menghela napas lega. Berbanding dengan Qory yang tertawa lepas hingga akhirnya terbatuk-batuk.

Dengan buru-buru Arga menuangkan air ke dalam gelas yang di simpan di meja nakas. Menyerahkan pada Qory lalu wanita itupun meminum air tersebut. "Nah, ini tuh namanya azab spesial," seru Arga.

Ketika Qory merengut kesal, Ariaz dan Queensa justru malah terkikik geli. "Jahat kamu, Pa. Masa istri sendiri dikasih azab spesial. Kalau mau kasihnya martabak spesial. Baru istri pun senang."

Arga mencebik. "Dibeliin martabak spesial juga waktu itu gak dihabisin. Buang-buang uang aja."

"Ih... kok ngebahagiain istri pake perhitungan sih. Mentang-mentang jago MTK."

"Gak ada urusannya sama itu. Udah, kamu istirahat aja. Kamu itu kecapekan. Akhir-akhir ini kamu banyak mikir. Dan badan kamu yang gak kuat akhirnya begini. Jangan kerjain apa pun! Papa bakal cari ART buat bantu Mama ngurus kerjaan rumah," putus Arga mutlak tanpa mau dibantah siapapun.

Qory melotot. "Pa, Mama masih sanggup kok ngurus kerjaan rumah. Papa ngeremehin Mama, ya?"

Arga menghela napas. Istrinya ini malah berpikir negatif akan keputusannya. Padahal, ini pun demi kebaikannya. "Bukan begitu, Ma. Papa hanya gak mau Mama kecapekan kaya gini. Ngurus kerjaan rumah. Mama juga ngurus desain baju yang sekarang ini lagi banyak-banyaknya. Papa gak sanggup lihat Mama sakit sampai pingsan terus mimisan seperti tadi."

Meleleh. Qory pun merasa segan pada Arga yang susah payah membujuknya supaya mau menerima asisten rumah tangga untuk membantunya pekerjaannya. Qory berpikir sejenak. Dia memang membutuhkan seseorang untuk membantunya bekerja. Tapi Qory menahan diri karena merasa mampu untuk tetap mengerjakan semua itu. Hingga akhirnya beginilah nasibnya sekarang saking terlalu giatnya.

Karena perdebatan suami-istri, mereka berdua sampai tidak sadar jika Ariaz dan Queensa sudah keluar dari kamar.

"Ya udah, aku mau." Qory akhirnya mengiyakan. Arga tersenyum senang. Qory akhirnya luluh untuk menerima keputusannya. "Tapi nyari ART-nya jangan yang masih muda-muda gitu. Awas loh kalau ada niat terselubung maksa buat pake ART. Kamu tau, kan, tontonan anime aku sekarang ini genrenya horor thriller semua?" Qory mengakhiri kisah manis itu dengan ancaman sadis.

Arga menelan ludah. "Iya, Sayang. Gak mungkin aku berpaling dari kamu. Secara cewek yang sejak dulu sampai sekarang aku pandang cuma kamu seorang." Serangan maut Arga saat ini tak dapat membuat Qory baper. Karena dirinya sedang mode siaga satu.

"Iya. Aku percaya sama kamu. Dan jangan buat kepercayaan ini rusak. Karena kepercayaan dan wanita itu ibarat kaca. Gampang pecah!" Qory tetap memperingati Arga supaya tidak khilaf.

Arga mencium kening Qory begitu lama. Qory menutup kedua matanya. Merasakan ciuman lembut penuh perhatian itu. Seolah tak ingin sosok dihadapannya pergi walau dengan alasan adanya pekerjaan.

Ariaz dan Queensa diam-diam melihat itu semua. Percakapan kedua orang tuanya dari balik pintu kamar mereka. Melihat adegan kedua orang tuanya, mereka segera pergi ke kamar masing-masing seolah tidak melihat apa yang papanya lakukan pada sang mama. Walau tidak mereka pungkiri, mereka pun ikut baper dengan kisah kedua orang tuanya walau sudah tak lagi muda.

PROBLEMATICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang