Tentang Cowok Ganteng

10 0 0
                                    



Aku gak muluk-muluk soal cowok. Hanya ingin yang rajin ibadah, ganteng, kaya, tinggi, romantis, setia, bisa diandalkan, blablabla.

Huh! Dasar aku.

—Arunika—

"Serius? Si Arunika punya sepupu sebening kristal gitu?" Sagara melotot tidak percaya.

"Yess, bro! Aneh gue juga. Sepupunya cantik bening si Aru malah dekil cupu," cerca Rico begitu sarkas.

Ariaz mencebik. "Aru itu gak dekil walau aslinya cupu."

Sagara dan Rico menatap Ariaz menyelidik. "Lo tuh ngakunya gak suka sama Aru. Tapi kalau kita ledek  lo pasti agak ngebela-bela dia," cibir Rico. "Kalau suka, ya, suka aja. Gak usah sok bilang benci aslinya suka. Bisa-bisa dia punya cowok lo yang mewek!"

Ariaz berdecak. "Gue gak suka dia!"

"Serah!" Sagara jengah. "Cowok tsundere mah susah!"

Ariaz diam tanpa membalas seruan Sagara.

Cewek yang diketahui bernama Bella itu berlari ke arah cewek cantik berambut pendek itu. Seketika ada pemandangan indah yang tidak bisa dilewatkan orang-orang yang berada di sana. Dua cewek dengan rambut berwarna nyentrik saling mengobrol sesekali tertawa kecil. Sungguh pemandangan terindah yang pernah ada.

"Lo udah makan? Maaf gue lama," kata Bella ketika dirinya baru datang. Arunika menggeleng pelan. Dia pun memanggil pelayan untuk mencatat pesanannya juga pesanan Bella. Karena ketika datang, Arunika sengaja tidak memesan apa pun supaya makan bersama dengan Bella.

Ketika pesanannya sudah dicatat oleh pelayan kemudian pelayan itu pergi untuk menyampaikan pesanan mereka, Arunika dan Bella pun larut dalam pembicaraan.

"Lo lama nungguin gak? Hari ini gue ekskul Taekwondo. Cuma karena gak ada pelatih jadi, ya, pulangnya pun sesuka hati." Bella bercerita. Memang, gadis yang kini masih kelas 10 Pemasaran itu memasuki ekskul Taekwondo yang biasa dilakukan ketika hari Sabtu. Sedangkan Arunika memasuki ekskul komputer. Hanya saja untuk hari ini, Arunika sengaja membolos karena malas ekskul.

Arunika tersenyum kecil seolah tak merasa masalah. "Gak lama kok. Gue juga baru datang. Lo hebat, ya, pulang ekskul gitu langsung dandan dari sekolah."

Bella tertawa. "Gue mah udah biasa dandan di sekolah. Anak pemasaran harus bisa dandan dong. Kalau anak TKJ emang agak aneh kalau mau ngubek komputer tapi harus dandan dulu. Keburu software atau hardware-nya makin ngadat!"

Arunika berdecak. "Kalau di sekolah gue polos-polos aja kok. Malah gue sengaja pakai kacamata biar dikira anak cupu."

"Lo, kan, emang matanya agak minus. Kalau gak di sekolah aja lo pake kontak lensa biar bisa lihat jelas." Bella mencibir. "Ngomong-ngomong, lo kok gak ekskul? Tumben juga gak Pramuka?"

Arunika menggedik. "Lagi males aja."

"Haha ... gue jadi ingat. Pas SMP lo sering bolos. Bukan bolos ekskul aja, pelajaran pun lo sering mabal." Bella terkekeh.

"Ya, habis mau gimana. Gue gak mood aja. Gue males tau ngelihat kakak kelas dari kelas 11. Gak ada yang ganteng, ah. Terus sok ngatur lagi. Ketua ekskul komputer yang sekarang juga agak gak becus. Masa ngandelin terus kelas 10 yang jadi wakil ketua sih. Untung si Asep ahli komputer walau masih kelas 10," cerocos Arunika panjang lebar. Bella mengangguk maklum. Kalau dia ada diposisi Arunika jelas saja dia pun menjadi bosan.

"Lagian lo juga gak ekskul Pramuka tuh. Datang-datang cuma buat ekskul Taekwondo aja," timpal Arunika membuat Bella menggaruk tengkuknya.

"Gue juga males aja. Gue sengaja datang agak telat supaya gak kelihatan sama kakak-kakak pembina. Bisa-bisa gue ditegur lagi." Bella berdecak. "Mungkin Sabtu depan gue baru hadir lagi."

PROBLEMATICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang