Belum Mengenalnya

3 1 1
                                    


Lo itu kaya prank. Penuh dengan kejutan.

-Ariaz-

Belajar bersama memanglah bukan gaya Ariaz. Dia lebih suka belajar sendiri di dalam kamarnya seraya menyetel musik yang tersumbat pada earphone-nya.

Tapi karena paksaan dari teman-temannya. Diiringi ancaman yang membawa nama Arunika, akhirnya ia pasrah saja untuk ikut belajar bersama menghadapi ulangan matematika.

"Nanti gue bakal rebut si Aru jadi pacar gue." Ancaman Reihan -teman satu kelasnya- yang mampu membuat Ariaz datang ke rumah temannya itu.

Tentunya hanya ada kumpulan anak kelas 12 dari kelas Akuntansi A. Tapi kedua teman Ariaz yakni Rico dan Sagara ikut datang untuk belajar bersama. Karena kebetulan, mereka pun ada ulangan. Niat terselubungnya sih, ingin numpang hotspot di rumah temannya Ariaz yang tajir melintir itu.

Tidak semua teman-teman Ariaz datang. Hanya orang-orang terdekat Ariaz saja yang berkumpul di rumah Firhan.

Mereka asik berdiskusi. Bahkan Rico dan Sagara ikut menimpali diskusi mereka. Berbeda dengan Ariaz yang menguap berkali-kali.

Gadis bernama Laila yang duduk di samping Ariaz terkekeh. "Ngantuk, Bos?"

Sindiran Laila membuat teman-temannya berhenti berdiskusi.

Ariaz mendadak tidak ngantuk lagi. "Ah, dasar. Gue jadi gak ngantuk lagi karena lo ngadu." Ariaz mencibir.

"Dengerin kalau orang ngomong, Bambank!" cerca Fadli. Orang yang paling heboh di kelasnya.

"Gue denger kok." Ariaz menyahut malas. "Lanjut aja."

Teman-teman Ariaz malah saling melempar pandangan.

"Ya, udah. Kita istirahat dulu. Nanti lanjut lagi diskusi," putus Sagara yang disetujui Rico dan teman-teman Ariaz.

Ariaz sama sekali tak merasa bersalah malah merebahkan tubuhnya yang kelelahan. Baguslah karena Sagara memutuskan untuk berhenti sejenak dari berdiskusi yang penuh basa-basi. Jangan lupakan juga ke-modus-an seseorang yang terselubung.

"Kepalanya rebahin aja di paha gue, Ar," kata Laila seraya tersenyum manis. Teman-temannya bersorak heboh. Tidak menyangka jika gadis yang terlihat alim bicara seperti itu pada Ariaz.

Ariaz tersenyum miring. Dia pun kembali duduk tegak dan menatap Laila tajam. Membuat gadis itu gelagapan. "Ini alasan gue gak mau datang. Gue malas lihat orang jelek."

Teman-teman Ariaz meringis mendengar ucapan Ariaz yang tajam.

"Ma-maksud gue bukan gitu." Laila merasa sakit hati mendengar ucapan Ariaz. "Gue cuma kasian sama lo kaya yang kecapekan. Biar nyaman aja," lanjutnya kikuk.

"Gak usah sok peduliin gue!" Ariaz menyentak galak. "Lagian ngapain lo di sini? Mau bikin keadaan makin canggung? Mau bikin Mia makin sakit hati karena pacarnya lo tikung?"

Mia yang dibela Ariaz tertegun. Dia paham jika Mia merasa tak nyaman dengan kehadiran Laila yang tidak disangka-sangka. Padahal Ariaz tampak tidak begitu memperhatikan Mia yang merasa gelisah ditatap Laila dengan tajam. Nyatanya, pria itu memperhatikannya sejak tadi.

Laila kehabisan kata-kata. Tidak ada yang membelanya di sini. Sejak awal, kehadirannya adalah kesalahan. Seharusnya dia tidak hadir di sini. Yang ada dia malah kena semprot Ariaz yang memakinya habis-habisan.

Mata Laila melirik ke arah lain. Ia tertegun ketika mendapati tatapan mencemooh dari Sagara dan Rico yang hanya dirinya sadari.

Tanpa izin dan permisi, segera Laila membereskan barang-barangnya lalu pergi dari rumah Firhan. Orang-orang yang berkumpul di ruang tv itu bertepuk tangan memuji Ariaz disaat lelaki itu kembali merebahkan tubuhnya di atas karpet.

PROBLEMATICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang