Little Girl

5 1 0
                                    


Flashback on

Hari ke-1

Seorang gadis berusia 5 tahun keluar dari gerbang TK yang merupakan tempatnya belajar. Beberapa anak sudah dijemput oleh orang tuanya. Tapi gadis itu hanya celingak-celinguk mencari sosok sang ibu yang belum juga menjemputnya. Gadis itupun murung. Keadaan begitu sepi ketika semua anak-anak sudah pulang dibawa orang tuanya.

Seorang wanita berdiri di samping gadis itu. Ia berjongkok, menyamai tingginya dengan sang gadis kecil.

"Arunika belum pulang? Orang tuanya belum jemput?" tanya wanita itu yang merupakan guru Arunika. Arunika yang tampak sedih mengangguk. Bibirnya cemberut dan dia hampir menangis ketakutan.

"Gak apa-apa. Ibu tunggu di sini sampai Arunika dijemput sama mama. Mungkin mama Arunika masih di jalan. Tunggu sebentar, ya. Arunika gak boleh nangis. Ayo senyum!" hibur gurunya itu seraya tersenyum lebar. Dia menghapus air mata yang berada di pelupuk mata Arunika. Arunika pun terbawa suasana dan akhirnya ikut tersenyum.

"Makasih, Bu, mau nungguin Arunika," kata gadis itu tulus. Gurunya pun mengangguk.

"Iya. Tunggu sebentar lagi, ya," seru gurunya. Arunika pun mengangguk nurut.

Lima menit kemudian, sebuah mobil berhenti di depan gerbang. Arunika kira, itu adalah ibunya yang akan menjemputnya. Tapi melihat mobil itu Arunika merasa tak yakin. Mobil ibunya berwarna hitam. Sedangkan mobil itu berwarna abu-abu.

Seorang pria keluar dari mobil itu. Bule tampan. Puji guru Arunika dalam hatinya kala melihat sosok tinggi putih yang berjalan menghampiri mereka.

Sosok itu tersenyum ke arah guru Arunika. "Permisi, Bu. Saya ayahnya Arunika. Saya disuruh ibunya untuk menjemputnya. Ibunya sedang sibuk," jelas pria itu.

Ayahnya Arunika? Iya, sih. Mukanya sangat mirip dengan sang ayah. Apalagi matanya. Guru itu malah membatin menilai fisik ayah dan anak yang begitu mirip.

"Begitu, ya, Pak. Ayo, Arunika. Papa kamu udah jemput," kata Guru seraya menyerahkan Arunika pada ayahnya.

"Papa?" Arunika malah cengo melihat sosok pria di depannya. "Kamu papa aku?"

Guru wanita itu kebingungan. Kok kaya yang gak tau papanya kaya gimana? Lagi-lagi wanita itu membatin.

Pria itu tersenyum manis pada Arunika. "Iya, Sayang. Ini Papa." Atensinya beralih pada guru Arunika. "Nama saya Gabriel Winata. Saya papanya Arunika. Sudah lumayan lama saya tidak pulang ke Indonesia karena lebih sering menghabiskan waktu di luar negeri untuk bekerja. Makanya Arunika lupa-lupa ingat sama wajah saya."

Gurunya ber-oh ria. Terjawab sudah pertanyaannya.

"Ayo, kita pulang, Aru. Papa kangen, nih. Mamamu masih kerja. Biar papa yang jemput oke?" Pria itu menggendong Arunika.

"Oke, Papa!" sorak Arunika senang dengan kedua tangannya yang diangkat tinggi-tinggi. Mereka pun berlalu ke dalam mobil. Lalu pergi setelah pamit pada gurunya Arunika.

Guru wanita itu masih terkagum-kagum dengan sosok yang menjabat sebagai ayahnya Arunika. Benar-benar hot daddy.

Ketika guru itu hendak kembali masuk, sebuah mobil mengerem mendadak membuat guru itu terkejut bukan main. Sosok wanita cantik keluar dari mobil hitam tersebut. Bunyi sepatu hak-nya yang khas membuat guru itu langsung mengenali seseorang yang tergesa-gesa hendak menjemput anaknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 12, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PROBLEMATICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang