Bagi Mingyu, yang nyatanya penyuka mitologi Yunani dan Romawi, Jaehyun layaknya Adonis. Tinggi, tegap, dan gagah. Matanya akan menyipit tipis selaik halimun baskara, pun gurat-gurat lembayung ditepi sudut senyumnya. Gambaran seorang yang sempurna, hingga ia jatuh dalam di jurang nestapa bernama cinta. Paradoks.
Wajah itu tetap sama, tapi jika dilihat secara teliti binar matanya menyendu kala Mingyu menatapnya seksama.
"Kita bisa ngobrol di kafe yg gua kasih tau, ga jauh kok. Ditemani kue dan minuman hangat," Mingyu mencoba menghentikan kecanggungan di dalam mobil itu, aneh saja menurutnya.
Tetap hening, tidak ada pembicaraan lebih lanjut. Mingyu memang penyuka keheningan, tapi tidak suka keadaan canggung. Kala mereka sampai ke tempat tujuan, lalu memilih tempat strategis sembari memesan teman obrolan berupa makanan dan minuman, tak ada sepatah kata keluar dari bibir pemuda Jung itu. Tapi Mingyu hafal mati, ia tahu ada yang ingin dikeluarkan dari belah bibir pria itu.
Pelayan itu pergi, meninggalkan kedua orang itu duduk dalam diam.
"Jadi?" Pertanyaan itu keluar dari Mingyu, ia tak tahan dengan keheningan ini.
Jaehyun menoleh, menatap Mingyu tepat di matanya. Menyelami mata berbinar hangat itu. Jaehyun memang tidak sepintar Mingyu dalam pelajaran sastra dan bahasa, tapi ia ingat pembicaraan kala Mingyu ingin melanjutkan ke jenjang sastra.
"Jae, lu tau Venus ga? Mitosnya, Venus itu lahir dari kelamin pria yang dipotong. Raja langit Uranus benci dengan anaknya yang buruk rupa. Karena itu, dia mengembalikan anaknya ke rahim Gaia. Lalu, Gaia yang marah menyuruh salah satu anaknya menghukum Uranus dengan memotong kelamin Uranus menggunakan sabit. Kelamin itu jatuh ke laut dan dari laut muncul cairan kental. Kemudian cairan itu berubah menjadi buih. Dari buih itulah Venus lahir."
Jaehyun ingat itu. Venus. Dewi cantik yang terlahir dari pengebirian raja langit. Hingga ia ingin mengatakan jika Mingyu layaknya Venus. Perbedaan yang kontras kala terakhir dia melihat Mingyu dengan yang sekarang,
"Jae? Jaehyun! Kok bengong?" Panggilan itu membuyarkannya dari ingatan kala SMA dulu,
"Katanya ada yang mau di omongin? Pas disini malah diem, gajelas" dumal Mingyu seraya meminum teh kamomilnya,
"Aku mau minta maaf. Untuk semuanya, perkataan ku yang menyakitimu Gyu, aku menyesal sekarang. Aku-"
"Aku memaafkanmu," Mingyu bilang.
Lontaran binar dari manik pemuda itu membuat Jaehyun tahu, ada yang belum selesai. Ia ingin melanjutkan kalimatnya yang terpotong tadi, entah apapun itu, namun yang Jaehyun rasa hanyalah rentetan kata yang kemudian akan membuat ia menyesal untuk kesekian kali.
"Aku memaafkanmu karena kau sosok yang tak sempurna." Mingyu melanjutkan,
Dari awal, Mingyu lihat tangan Jaehyun ingin menggapainya, lalu berhenti kala kalimat itu terlontar.
"Kau tak sempurna, Jaehyun." Sahutnya lagi, "Begitupun aku."
Manik Jaehyun meneliti, bahkan ketika Mingyu lepaskan kontak mata.
"Semua manusia tak sempurna, dan selamanya akan begitu. Tak ada yang dapat merubahnya," lontar Mingyu seraya mengangkat cangkir lalu meminumnya dengan tenang.
"Aku memaafkanmu, kita masih bisa menjadi teman seperti dulu. Ayo kita pergi ke taman kota, suasananya menjadi pengap. Ayo." Ucap Mingyu seraya berdiri meninggalkan Jaehyun duduk tergugu. Bukan ini yang Jaehyun inginkan, ia ingin Mingyu.
Senja itu mereka pulang, berdua dalam naungan atap mobil. Matahari sebagai saksi bahwa ; pulangnya mereka kali ini bukan mengartikan mereka kembali pada jalan yang sama berdua, layaknya saat remaja.
Pulangnya mereka kali ini, memberi tahu satu sama lain, mereka sendiri. Dengan jalan yang berbeda.
Pulangnya mereka kali ini, memberi nafas lega bagi kedua belah pihak. Tapi belum dengan pecahnya masalah satu pihak,
"Jaehyun, disini saja. Terimakasih, hati-hati di jalan. Sampai jumpa nanti." Ucap Mingyu sembari berjalan pergi, membuat Jaehyun diam layaknya orang bodoh.
Mungkin, pulangnya Jaehyun kali ini, hanya membuahkan kata maaf. Bukan pernyataan cinta yang sudah ia pendam sembari jatuh dalam nestapa penyesalan.
•
Di tengah badai Laut Aegea
Cawan kehidupan yang dipotong disambut pangkuan Tethys
Di tengah amukan langit
Diselimuti buih putih
Di bawah pusaran angkasa raya
Lahirlah sosok seorang gadis
Yang sikapnya cantik dan berseri-seri
Yang wajahnya bak seorang Dewi
Yang baik di atas kerang
Didorong ke pesisir pantai oleh Zehpyr
Dan langit pun bersukaPuisi karya Angelo Poliziano itu ditutup dengan tarikan serta helaan nafas panjang dari Mingyu, dan ditatap seksama oleh Jaehyun. Indah.
•
•
•
TBC, gimana? Jangan lupa sebaris kritik serta saran. Dan tekan bintang oranye tersebut!
KAMU SEDANG MEMBACA
Melankolia ✔️
FanfictionMingyu dan Jaehyun saja tak mengerti alurnya, apalagi Semesta? JaeGyu CrackPair CrackShip BL Yaoi Lokal AU Jika tak menyukainya, tak perlu tahu akan isinya, bukan begitu?