Dialog Senja

190 27 6
                                    

Ketika semesta bertindak dan masa mengamini,

Kita bisa apa?

"Aku mencintaimu Gyu, jadilah kekasihku."

Gaung kata cinta itu menggema, memaparkan seluruh rasa gundah hatinya perihal cinta pada lawan bicara. Memunculkan carut-marut membingungkan daripada rasa kasih yang telah melampaui ambang batas bernama cinta, mustahil seluruhnya terbuai dengan kalimat pendek nan retoris tersebut.

Hening. Sekarang hanya ada kebungkaman. Saling menatap binar mata masing-masing, seolah bisa menyampaikan kata-kata serta kalimat lain dalam kedipan mata.

"Jujur-" Mingyu menatap lurus mata lawan bicaranya, "-awalnya kala kau meminta maaf, aku hanya ingin menjalankan hubungan teman ini selayaknya. Berlaku sewajarnya layaknya sahabat lama. Sebisa mungkin aku tidak melibatkan hati dan perasaanku kedalamnya, karena aku yakin kau hanya ingin merekonsiliasi hubungan ini. Tapi-"

Jaehyun dapat melihat kilatan ragu bercampur luka dari pancaran hazel milik Mingyu, terasa begitu nyata. Tiga tahun, apa dirinya sudah terlambat?

"-mungkin saja dirimu hanya kasihan Jae terhadapku. Mungkin juga itu rasa bersalah waktu itu, tak perlu merasa terbebani dengan itu. Maaf, aku tak bisa menerima perasaanmu."

Perlahan, Jaehyun tahu kemana percakapan ini mengacu.

"Aku tak menghardikmu, sungguh. Aku hanya ragu. Jika dipikir ulang juga rasanya pun lucu, kalimat yang sudah terlontar pun terdengar basi dan rasanya ironi."

Mingyu tatap Jaehyun sekali lagi dengan alis menukik, ada rasa kecewa dan marah yang terselip disetiap penekanan katanya.

Mulut Jaehyun ingin ungkapkan sesuatu, lalu berhenti disertai binarnya yang lantas redup.

Maka, Mingyu lanjutkan, "Ketika aku mencintaimu, lalu kau datang dengan kalimat tersebut tak serta-merta kau bisa tuntut kita jadi satu."

"Aku tak sempurna Jae, begitupun kau. Aku memaafkan segala kesalahanmu, tapi aku tak bisa menerimamu menjadi kekasihku. Maaf, manusia ini tahu batas."

Lantas Mingyu menyambar tasnya, lalu pergi meninggalkan Jaehyun yang terpekur diam di taman tersebut.

Mingyu benar, dirinya tak sepatutnya seperti ini. Datang kembali, meminta maaf lalu mengajaknya menjadi kekasih setelah apa yang ia perbuat. Klise.

Tapi sungguh dirinya ingin Mingyu. Saling bergenggam dalam janji. Dirinya tahu dia salah, hukum alam pun sudah mendetensinya.

Mungkin dirinya harus lebih sungguh-sungguh untuk membuat Mingyu yakin dengan cintanya, menghilangkan rasa ragu, luka dan ragunya.

Semoga semesta mengamini. Semoga.

Mingyu pulang dengan pikiran gundah. Dirinya ingin egois, sekali saja. Bohong jika dirinya tak mencintai Jaehyun, nyatanya rasa cinta itu tetap ada, terselip rapi dihatinya.

Ia ingin dicinta, sudah lelah untuk mencinta. Tidak ada manusia yang tidak lelah mencintai seseorang, seteguh apapun hatinya. Dirinya bukan Mario teguh kawan, ia masih punya luka. Maka, salahkah Mingyu jika ingin egois?

Biarlah ia memainkan hal klise bernama tarik-ulur, ia ingin tahu seberapa sungguh Jaehyun mencintainya terlepas dari itu semua.

Mingyu ingin menikmati alurnya, hingga ia percaya akan waktunya jika telah tiba. Jikalau semesta tak keberatan,

Esoknya, Mingyu terkejut dengan kesungguhan Jaehyun. Dimulai dari menjemputnya untuk kelas, mengajaknya makan siang dan lainnya. Jujur saja, Mingyu tidak ingin terlalu banyak berharap.

"Nanti siang tunggu dikantin ya, nanti aku jemput." Bilang Jaehyun,

Dibalas dengan anggukan dan gumaman kecil 'terima kasih' sebagai penutup. Mingyu keluar dari mobil lalu masuk ke pelataran gedung fakultasnya, lalu mampir ke kantin sejenak.

"Ulala Mingyu sayang, tumben datengnya jam segini. Pasti dianterin abang Jaehyun." Kata Bambam sembari menaik-turunkan alisnya jenaka.

"Ih apaansi, lebay banget Bam."

"Gimana nih kemajuannya? Pasti maju dong, sudah pas Jaehyun jadi suami siaga. Siap antar-jaga,"

Kalimat itu bawakan hangat dikedua sisi pipinya. Astaga Bambam dengan mulut ringannya membuat dirinya malu.

"Aw, aku cukup senang melihatnya sayang. Kau harus mentraktirku Boba Large lagi sayang sepertinya jika sudah official," Mingyu tidak tahan untuk tidak memutar kedua matanya,

Bambam dan Boba. Dua sejoli yang tak terpisahkan, kasihan Yugyeom sebagai kekasihnya.

"Aku turut berduka Bam,"

Dahi Bambam berkerut, memikirkan kalimat yang dilontarkan Mingyu,

"Untuk apa?" Tanyanya,

"Dompet kekasihmu, kasihan sekali sepertinya membelikanmu Boba setiap kencan." Kata Mingyu sembari pergi menghindari umpatan Bambam yang ditujukan untuknya,

Mungkin Bambam benar, Jaehyun layak untuk menjadi suami. Jika semesta mengizinkan,

TBC. Gimana? Pendek ya? Maaf hehe. Aku tadinya mau update tanggal 23 kemarin, bertepatan dengan ultahku, cuma tidak ada paketan 😭. Sekalian mau nanya nih, jika aku bikin Prequel Melankolia pada mau baca tidak? Aku juga kepikiran bikin Oneshoot kalau Melankolia tamat. Btw, sampul Melankolia yg baru dari Ka Foxy_Ruby tersayang😘. Udh itu aja cuap-cuapnya, bintang oranye dan sarannya, jgn lupa jawab pertanyaan itu ya😊

Melankolia ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang