•
•
•
Keadaan yang terjadi secara tidak terduga
•
•
•
Kebetulan. Ya, sebuah kebetulan sekaligus keberuntungan bagi Eunwoo. Pasalnya dirinya sudah lama sekali ingin berbicara empat mata dengan pria berlesung pipi bernama Jaehyun itu.
Keadaannya memang tidak pernah dipikirkan oleh Eunwoo, tapi dia bersyukur karenanya dia bisa duduk berhadapan bersama pria tersebut.
Tapi tetap saja suasana bernama kecanggungan tidak terelakkan bagi mereka yang memang nyatanya hanya duduk sembari mengaduk-aduk secangkir latte, layaknya seorang kekasih yang sedang ingin meluruskan sebuah permasalahan.
Bukan!
"Sejujurnya aku iri padamu-" Dialog itu dimulai dari sang pengajak untuk berbicara empat mata.
Jaehyun tidak bisa tidak menaikkan kepalanya yang menunduk sedari tadi disebabkan oleh mengaduk latte yang sudah mulai dingin tertiup udara dingin dari pendingin ruangan. Lantas dahinya membentuk sebuah gurat tipis tandakan berpikir.
"-bisa dapatkan cinta Mingyu begitu mudahnya. Bisa dapatkan perhatiannya dengan senyum kecil menghias di wajahnya." Lanjut Eunwoo sembari tatap manik lawan bicaranya dilanjutkan ringisan miris seperti senyuman.
Hingga Jaehyun terdiam, tidak tahu harus berkata apa. Eunwoo benar, pikirnya. Lalu,
"Tapi kau tidak cukup dewasa untuk mensyukuri apa yang menjadi milikmu."
Telak. Jaehyun tergugu. Sampai sini Jaehyun paham arah pembicaraan ini akan kemana.
Lalu ada saat dimana Eunwoo melirik dari ekor matanya melihat air muka lawan bicaranya.
"Aku memang mencintai Mingyu. Tapi aku tidak bisa paksakan untuk dia mencintaiku kembali. Aku tidak seegois itu untuk memaksanya mencintaiku." Imbuh Eunwoo,
Jaehyun tetap diam, tidak mau menyela lawan bicaranya menandakan segan dan takut menyinggung perasaannya sang lawan bicara.
"Dia masih mencintaimu."
Tiga kata itu sontak membuat Jaehyun membulatkan matanya, terkejut mendengar fakta tersebut dari lawan bicaranya. Belum selesai dia mengubah mimik wajah terkejutnya menjadi semula, imbuhan kembali terdengar.
"Aku menyerah untuk mendapatkan hatinya. Jaga dia, buat dia bahagia." Bilang Eunwoo, lantas berdiri pergi meninggalkan Jaehyun yang diam termangu.
"Maaf tuan, sebentar lagi caffe akan tutup. Jam terbangnya hanya sampai jam 6 sore." Sialan- rutuk Jaehyun.
•
•
Saat ini Mingyu menginap di apartemennya Bambam, mendengarkan curhatan seputar Yugyeom yang pelit untuk membelikannya Boba Large, Chattime dan lainnya."Kau masih mencintainya." Perkataan itu berikan kesan ambiguitas untuk Mingyu yang notabennya kuliah di prodi sastra.
Lantas Mingyu memiringkan kepalanya sedikit, dengan binar cokelat tandakan bingung.
"Jaehyun. Kau masih mencintainya, bukan?" Imbuh Bambam,
"A-ah, itu-" Mingyu gugup, demi Boba Large yang sedang ia pegang, Bambam seorang sialan. Untung saja dirinya tidak tersedak Boba.
"Tak perlu takut, aku tahu." Sela Bambam,
"Kau dan dia lagi bingung, kenapa tidak berikan kesempatan saja? Kurasa kau bukan orang yang munafik seingatku bukan begitu, Mingyu?"
Demi Richesse dan Netflix, perkataan Bambam memang benar. Sangat benar.
"Mingyu, sahabat manisku, berikan kesempatan kedua tidak melulu membaca buku dengan ending dan epilog yang sama. Kenapa tidak membuat lembar baru dan berikan akhir yang bahagia?" Bilang Bambam panjang,
Ahh. Dirinya tidak berpikir sejauh itu, Bambam benar. Dirinya takut memulai dan mendapatkan hasil yang sama, atau bahkan yang lebih buruk lagi.
"Tidak perlu buat hal yang mudah menjadi rumit-bleh-basi kedengarannya. Kau sudah dewasa, tidak seharusnya menghindar, kau perlu kejelasan juga bukan? Ini bukan cerita menye-menye dan menjijikan kesukaan anak puber-euwh."
"Kau benar Bam, aku harus menemui dia. Tapi nanti, setelah aku memakan habis Richesse dan Boba ini."
"Sialan. Kau berhutang Boba padaku lagi, dan hei! Jangan habiskan ayamnya bodoh!"
Terimakasih Bam...
•
•
•
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melankolia ✔️
FanfictionMingyu dan Jaehyun saja tak mengerti alurnya, apalagi Semesta? JaeGyu CrackPair CrackShip BL Yaoi Lokal AU Jika tak menyukainya, tak perlu tahu akan isinya, bukan begitu?