Katanya...

426 53 23
                                    

Katanya para orang tua, kala kita jatuh cinta harus di perjuangkan, tak usah pentingkan konsekuensi dan ego dulu. Jatuhnya akan menyesal jika tidak diutarakan perasaan itu.

Mingyu percaya akan hal itu, maka saat ia dipertemukan dengan Jaehyun saat sekolah menengah atas untuk kedua kalinya, Mingyu yakin bahwa Jaehyun adalah masa depannya. Tanpa memikirkan perasaannya remuk redam,

Sekolah menengah keatas adalah suatu masa di mana manusia remaja mulai mencicipi manisnya kebebasan, tanpa benar-benar tahu sepahit apa konsekuensinya jika salah melangkah.

Ungkapan itu layaknya antitesis, perlu dilakukan agar mengerti artinya. Maka, Mingyu mencoba berjuang. Contohnya, dengan cara yang lazim dilakukan anak jaman sekarang. Salah satunya, menaruh bekal bento dengan secarik kertas berisi untaian kata penyemangat atau ungkapan cinta.

"Nih Gyu liat! Gua dapet bekel sama notes lagi nih! Kira-kira siapa ya tuh cewe? Baru juga jadi murid SMA, udh ada aja fansnya gua" Adu Jaehyun pada Mingyu saat istirahat pertama,

"Anjay, coba cari orangnya jae. Siapa tau, tuh orang cakep" Mingyu mencoba menimpali, sesekali mencoba menahan sakit dihati,

"Udah ah gua balik, tugas esai dari pak Mamad belom selesai. Jangan lupa dimakan bego tuh bento, kasian yg udah bikin" berucap sembali berlalu ke kelasnya

Iya, Mingyu lupa. Jika Jaehyun straight dari awal bertemu. Selain dengan bento dan untaian kata saja, kita butuh pengakuan afeksi pada orang yang kita sukai. Maka Mingyu mencoba mengatakan yang selama ini ia rasa,

"Lo tau gak Jae? Gua suka sama lu, ini udah lama banget gua rasa. Dari kita kelas 8 SMP dulu gua rasa, gua yang selama ini naruh bekal di loker lu sebelum lu dateng"

Akuan itu keluar dari belah bibir Mingyu, mengakibatkan hingar bingar dan sorakan penuh kata kemenangan terhenti. Waktu tak ubahnya mati. Mingyu berdiri, mendongak menatap binar mata Jaehyun seraya berharap dalam hati.

"Lo gila? Gua gak belok anjing. Jauh-jauh lo dari gua," lantas kalimat itu menghempaskan kesadarannya kala itu.

Mencoba tersenyum, meminta maaf seraya menundukkan kepala ke setiap arah akibat pengakuannya membuat keributan. Meninggalkan kerumunan yang menonton layaknya predator melihat mangsa. Meninggalkan seorang pria tinggi dengan binar hangat bertengger untuk afeksi Mingyu.

Kala itu Mingyu lupa, jika ia tak bisa bersanding dengan Jaehyun. Lantas, Mingyu memilih mundur. Ia tetap manusia, penuh luka akan sarat dunia.

Tepukan itu menyadarkannya kala sedang bercengkrama dengan ingatan lama yang kembali menyeruak masuk ke kepalanya.

"Woi Gyu! Bengong mulu, itu lu afk anjir" lantas Mingyu melihat laptopnya,

"Duh, di kick lagi. Padahal lagi GB biar cepet naik pangkat. Oh iya, ada apaan bam? Tumben ke fakultas gua nih" komenan dan kalimat pertanyaan keluar dari mulutnya,

"Lu tau gak? Kemaren pas lu menang turnament online LostSaga anak-anak fakultas teknik ngomongin lu. Mana ada di YouTube juga Gyu, gila, jago juga lu ya. Pro player dah sahabat gua," ini Bambam namanya, teman sekampusnya.

"Beneran? Padahal cuma Turnament biasa" timpalnya

"Terus, lu tau si Dongmin ga? Dia minta nomor hp lu gyu! Anjay, yang cakep nyantol aja ye"

"Dongmin? Oh! Eunwoo yang dari fakultas bisnis itu?"

"Iya, dia itu. Gua kasih aja sih nomor hp lu, abisnya disogok Boba lur"

"Anjrit, temen ga ada akhlaq. Udah ah males disini, pengap hawanya gegara lu. Emang dasarnya lu tuh setan ye,"

"Sialan lu, mau kemana lu?"

"Tempat biasa, gua duluan ya. Kelas gua juga udah kelar ini. Dah~"

Berjalan keluar dari kantin fakultas dengan santai sembari bersenandung pelan, sesekali menyapa teman sekelasnya. Berbicara soal Jaehyun, Mingyu jadi rindu, pasalnya sudah lama ia tak bertemu pria tampan itu sejak kelulusan saat SMA dulu,

"Aduh! Maaf-maaf gua ga sengaja, melamun soalnya. Maaf ya sekali lagi," dengan tak sengaja Mingyu menabrak orang di depannya. Ugh, ia malu.

Kala ingin berlalu dari tempat kejadian, tubuhnya ditarik masuk ke pelukan seseorang yang lebih tinggi darinya. Menghirup aroma tubuhnya kuat-kuat, layaknya sudah lama tak berjumpa.

"Mingyu. Gua kangen," Mingyu kenal suara ini, ia kenal aroma tubuh ini.

"Maafin gua,"

Hingga kalimat terakhir menyadarkannya dari pikirannya yang melanglang buana. Mingyu cukup sadar jika mereka menjadi pusat perhatian. Ia tak bodoh.

Pelukan itu di interupsi oleh Mingyu. Iya, ia sudah berfikir. Tidak akan lari lagi. Mingyu harus meluruskan semuanya sekarang atau tidak sama sekali.

"Lepasin dulu pelukannya, kamu ada yang mau di omongin kan? Kita ke tempat lain aja. Disini gak enak diliatin, yuk"

Mencoba berinisiatif, Mingyu mengajak orang itu pergi dari kampus. Ke cafe tempat biasa ia menghabiskan waktu sendiri.

TBC

Ada yang mau menebak siapa orangnya? Segini dulu ya hehe, next ku usahain panjangin chapnya. Jangan lupa meninggalkan bintang menjadi oranye, dan sebaris kritik serta saran.

Melankolia ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang