Kompetisi dan Predasi

248 46 5
                                    

Alam adalah guru pertama makhluk hidup di dunia

Mingyu benar, dirinya tak sempurna. Tak ada yang sempurna selain sang pencipta. Ia boleh tampan, gagah, tinggi, pintar dan kaya akan harta serta tahta. Tapi manusia tetaplah manusia, yang lahir membawa kecacatan fisik, batin maupun hati. Dirinya masih tak sempurna kala kesalahan pernah hinggap di hidupnya. Manusia tidak akan bisa menjadi sempurna, tapi mereka bisa memilih menjadi lebih baik dari yang sebelumnya.

Tapi, ada beberapa manusia yang pongah akan dirinya. Merasa sudah di langit, sampai lupa cara menapak bumi. Sudah biasa di lautan, sampai lupa arah ke daratan. Maka, yang bisa menyadarkannya hanya karma. Suatu hukum mutlak dalam alam yang mengikat manusia di dunia. Jaehyun salah satu contoh karma yang dibuat dirinya kala remaja dulu. Karma membuatnya sadar akan kesalahan dan mencari pembebasan dari hukuman batinnya yang mengikat. Juga karma, membuatnya mengerti arti cinta, kala sang cinta pergi akibatnya.

Esok hari sesudah bertemu dengan Mingyu, Jaehyun ingin mengajak Mingyu keluar. Sekedar untuk berbicara dan makan siang, mungkin juga menjadi ajang pendekatan dirinya dengan Mingyu.

Jaehyun sudah rapi, siap untuk bertemu Mingyu dan mengajaknya makan siang dan jalan-jalan sampai petang menyapa.

"Udah jam segini, otw ke kampus Mingyu lah" monolog Jaehyun, sembari berjalan keluar dari apartemennya.

Diperjalanannya, hanya dipenuhi khayalan dan fantasi dirinya dan Mingyu hari ini. Kala sampai di fakultas Mingyu, ia bergegas mencari Mingyu, hingga sosok Mingyu tertangkap dipandangan matanya, dengan pria lain.

"Mingyu!" Mingyu menengok, mencoba mencari eksistensi seseorang yang memanggilnya. Hingga pria tinggi dengan senyum mengembang dengan lesung pipi menawan tersemat di kedua sisinya.

"Oh, Jaehyun! Kesini kok ga bilang?" tanya Mingyu, dirinya masih kaget kala pria Jung tersebut mendatanginya kembali,

"Biar jadi kejutan" jawab Jaehyun sembari menghampiri Mingyu, tapi matanya menatap pria didepan Mingyu dan dirinya. Kedua pria itu saling menatap, mencoba menurunkan nyali kedua pihak, tapi gagal kala Mingyu kembali berbicara.

"Oh iya, kenalan dulu. Biar akrab, yang didepan itu namanya Lee Dongmin. Biasa dipanggil Eunwoo, yang disebelah gua namanya Jung Jaehyun, bisa dipanggil Jaehyun atau Jae. Ayo salaman dulu," Mingyu mencoba mengenalkan mereka berdua, tapi Mingyu tidak tahu bahwa kedua pria ini saling mengenal.

Kala kedua pemuda itu saling berjabat tangan, auranya pun jelas berbeda. Layaknya sebuah kompetisi antar individu di alam liar, tegang. Mencoba saling bersaing, untuk mendapatkan suatu hal, Predasi.

"Jadi, ada apa Jae? Pasti dateng karna ada sesuatu kan?" Lontar Mingyu, bukan apa ia tak ingin percaya diri jika Jaehyun mendatanginya.

"Ah, iya. Mau ngajak makan siang aja, kosong kan sekarang?"

"Sorry, Mingyu ada janji sama gua. Ayo Gyu." Ajakan itu ditolak oleh Eunwoo, yang langsung menarik tangannya pergi,

"Maaf ya Jae, mungkin lain kali." Pernyataan itu Mingyu ucapkan, selagi menyamakan langkahnya dengan kaki panjang Eunwoo dan tarikan tangannya yang erat.

Ah, Jaehyun lupa. Jika kehidupan didasari dari alam. Zaman boleh berubah, tapi kehidupan tetaplah ada kompetisi dan predasi. Benar, Eunwoo adalah saingannya dalam mengejar Mingyu.

Ungkapan yang berisi, "Kehidupan layaknya roda. Ada kalanya diatas, ada masanya pula dibawah." Membuat Jaehyun percaya, jika ia sekarang kena karma.

"Iya, lain kali." Hari itu, Jaehyun mengerti. Harapan tak sesuai ekspetasi kita. Tertampar akan kenyataan yang menyakitkan. Dirinya lesu, mencoba duduk untuk merenung sejenak kala kenyataan menghempasnya,

"Usaha bagus kawan, tapi tidak cukup untuk mendekati Mingyu." Jaehyun mendongakkan kepala, melihat orang yang berdiri depan duduknya. Sedikit heran dengan kalimat sarkas tersebut,

"Kemarin lu viral satu kampus, banyak yang nge- stalk masa lalu lu sama Mingyu. Ga nyangka sih sebenernya gua, untuk ukuran mahasiswa kampus tetangga yang menjadi kebanggaan, nolak cinta orang dengan cara ngehinanya depan umum. Dan sekarang? Ngejar-ngejar orang yang lu tolak, jilat ludah kawan? Coba liat sekitar lu, kayak drama banget gila."

"Anjing lu Gyeom."

Tapi itu semua benar, jika dulu Mingyu datang sepenuh hati lalu ia tolak, sekarang ia datang dengan sesal tiada tara.

"Ayo cabut, besok lu bisa ketemu dia. Kelasnya abis jam 2 siang, nikmatin aja, gausah ngeluh, dulu Mingyu diem-diem aja dia. Semangat aja dulu,"

"Ayo dah, thank's udah nyemangatin gua Gyeom."

"No prob."


Ia datang layaknya Apollo, tubuh tinggi gagah nan rupawan namun gurat-gurat lembayung muda tercetak disudut lekuk tubuhnya,

Ia datang, untuk menyembuhkan sekaligus membahagiakan,

Ia pandai memainkan alat musik lira, untuk menghilangkan lara,

Maka, untuk apa Aphrodite menolak afeksi Apollo? Jika sang Adonis tak menginginkannya?


Halo, ada yang nungguin? Semoga ada ya!
Aku habis UAS, dan sungguh aku ga bisa buka wattpad sejenak. Cuma senang aja ada 100 reader awowok.
Kalian team siapa? Jaehun atau Eunwoo? Atau team hore aja?
Jangan lupa tekan bintang oranye dan tinggalkan sebaris saran serta kritik di komen. Kalau ada typo ingatkan aku ya!

Melankolia ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang