(3) Ketemu Dia Lagi?

120 9 0
                                    


Hello guys ^^

Kuy kita lanjut ke part berikutnya ...

¤¤¤

Bel istirahat merupakan surga bagi para pelajar, apalagi bagi mereka yang tidak menyukai proses belajar mengajar. Namun, itu semua tak berlaku bagi Shasha.

Baginya belajar ataupun istirahat, sama. Tak ada yang beda. Tetap saja gadis itu sendirian.

Shasha melangkah menuju taman di samping sekolah, taman yang terawat dengan rapi.

Beberapa murid tampak duduk di kursi panjang yang memang di sediakan sekolah.

Shasha memilih duduk di bawah pohon rindang, matanya menyipit menatap teriknya matahari siang ini.

Gadis itu meminum sebotol air mineral yang ia beli tadi.

"Panas banget sih," ungkap Shasha.

Shasha menyeka keringat yang mengalir melewati dagunya.

Ia mulai memejamkan mata saat merasakan semilir angin menerpa wajahnya yang berkeringat.

Gadis itu menikmati setiap waktu yang ia rasakan, angin kali ini mampu mengalahkan teriknya matahari yang membuat setiap insan mengeluh.

Shasha membuka mata sembari menengok ke samping.

Ia menemukan seorang pria dengan pakaian santai yang duduk di sebelahnya, perkiraan Shasha tak pernah salah.

Shasha memang merasakan seseorang duduk di kursi panjang yang sama dengannya, mulai dari pergerakan kursi, hingga wangi tubuh pria yang asik menyeka keringat tersebut tercium.

Pandangan mereka bertemu, tanpa sadar Shasha menyunggingkan senyuman.

¤¤¤¤

Shasha terpaksa meninggalkan taman, bel masuk akan berbunyi lima menit lagi.

Untung saja kelasnya ini cukup dekat dengan taman tersebut. Jadi tak perlu memakan waktu lama untuk menuju kelas.

Gadis itu berjalan menunduk, merasa risih mendapat tatapan dari beberapa siswa-siswi yang berseragam sama dengannya.

Semua ini tak akan terjadi jika ia tidak begitu ceroboh saat MOS kemarin lusa.

#Flashback_on

Sahsha menyimak dengan seksama arahan dari setiap kakak kelas yang sedang menerangkan di depan murid-murid baru.

Teriknya matahari sama sekali tidak membuat siswa-siswi menepi. Bagi mereka, inilah sebuah perjuangan mendapatkan sekolah yang mereka impikan.

"Aduh."

Shasha mengaduh tepat saat sebuah batu kerikil berhasil mengenai pelipisnya.

Walaupun pelipis Shasha tidak berdarah, tapi tetap saja ia merasa sakit.

Shasha menerka-nerka dari mana batu kerikil tersebut berasal. Ia menatap dengan raut wajah kesal saat melihat Aksa menjulurkan lidah.

Ternyata yang nakal bukan manusia, melainkan hantu yang menjadi teman Shasha.

Shasha menghiraukan Aksa.

Gadis itu kembali menghadap ke depan, menyimak kakak kelas.

Rambut Shasha yang di ponytail tertarik kebelakang.

Shasha kembali mengaduh kesakitan.

Shasha menengok ke belakang, lagi-lagi Aksa pelakunya.

"Diem, Sa," perintah Shasha lirih.

Aku Bukan Gadis AnehTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang