(15) Terkunci di Gudang Sekolah

92 8 1
                                    

Masih semangat baca ceritaku?

Semoga masih ^^

Kuy sebelum baca klik bintang, jangan sampe ketinggalan ^^

Udah klik belom?  Klik dulu kalau gitu :D

Happy Reading ....

¤¤¤

Shasha duduk dengan gelisah di kursinya, beberapa siswa-siswi berlalu lalang di depan meja Shasha dengan tas yang ia bawa.

Bel sekolah sudah berbunyi beberapa menit yang lalu, tapi Shasha masih betah di sekolahan. Gadis itu masih ingin berusaha mencari gelang yang biasanya ia pakai.

"Sha ayo pulang," ajak Tere.

Shasha mendongak ditatapnya wajah Tere yang terlihat lesu.

"Duluan aja," kata Shasha.

Shasha menatap sekeliling kelas, masih ada beberapa murid di dalam. Ada yang masih asik mengobrol dengan gengnya, ada juga yang pacaran di pojokan kelas. Shasha masa bodo, pikiran gadis itu di penuhi dengan berbagai spekulasi tentang nasib gelang miliknya.

Shasha membereskan berbagai alat tulis yang masih berserakan di atas meja. Ia memasukkan pensil, pulpen ke dalam tepak. Ia menata rapi buku tulisnya lalu di masukkan ke dalam tas yang tepat berada di kursi samping.

Shasha meninggalkan kelas tanpa berpamitan kepada murid lain yang masih di dalam. Kehadiran dirinya saja sedari tadi seolah hanya sebuah angin.

Shasha berdiri di depan pintu masuk kelas. Ia menutup mata rapat-rapat meningat setiap detik demi detik yang ia lalui hari ini. Kemana saja tempat yang ia kunjungi hari ini.

Shasha menyusuri area sekolah sendirian, tanpa rasa takut gadis itu mendatangi setiap tempat yang sudah sepi.

"Semua tempat sudah aku cari, kecuali ...." Shasha mengadah mengingat kembali tempat manakah yang ia belum datangi.

"Belakang sekolah!" pekiknya girang bukan main.

Shasha berlarian di koridor agar lebih cepat sampai di belakang sekolah. Di belakang sekolah ada sebuah bagunan tua yang dulunya merupakan bekas kelas.

Kelas tersebut tidak digunakan kembali karena ada insiden yang membuat para guru memutuskan untuk tidak menggunakan tempat itu untuk mengajar seperti biasanya.

Shasha menelan saliva dengan kasar, kakinya tiba-tiba lemas. Hanya sekedar menopang tubuh sendiri saja ia tidak bisa.

"Jangan takut Sha," ujar Shasha untuk diri sendiri.

Shasha mulai mencari gelang miliknya kesetiap sudut halaman di depan kelas bekas tersebut.

Pundak Shasha ditepuk keras oleh seseorang yang ia sendiri tidak tahu siapa.

Shasha menatap horor tangan yang bertengger di pundaknya dengan ekor mata, gadis itu segera berbalik, ia yang semula berdiri tegak kini siap dengan posisi kuda-kuda. Kedua tangannya ia kepal kuat-kuat seolah siap meninju seseorang yang berani membuat ia kaget bukan kepalang.

Sementara pemilik tangan yang tak lain adalah kacung dari Arion, yaitu Rio dan Martin. Keduanya justru langsung mengangkat tangan setinggi di atas kepala. Mimik wajah mereka ketakutan.

Aku Bukan Gadis AnehTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang