(19) Kedekatan

93 10 2
                                    

Cie ....
Ketemu lagi sama author :V
Sebelum kita lanjut ke part selanjutnya, jangan lupa klik bintang, oke?

Author kasih waktu buat kalian klik bintang ^-^
Satu ...
Dua ...
Tiga ....

¤¤¤¤

"Pagi, Bang Evano," sapa Shasha yang sedang di depan pintu kamarnya, lima menit yang lalu gadis itu baru saja keluar dari kamar dengan seragam sekolah yang lengkap, tak sengaja saat hendak turun menyapa Ayah dan Mamanya yang sudah ada di meja makan malah bertepatan dengan Kakak satu-satunya yang ia punya itu di depan pintu kamar. Iya, kamar Shasha dengan Evano bersebrangan.

"Pagi, Dek. Pulang jam berapa lo?" tanya Ervano, ia ingat semalaman ia tak tidur hanya mencari adiknya ini, hingga kedua orang tua mereka menyuruh Evano untuk tidur lebih dahulu, karena mereka tahu, Evano ada kuliah pagi.

"Sekitar pukul empat dini hari, mungkin," jawab Shasha yang masih menerka-nerka jamnya.

"Kemana aja lo?" tanya Evano kembali.

Kini, kedua adik dan kakak itu tengah menuruni anak tangga secara bersamaan.

"Kekunci di gudang," jawab Shasha nampak acuh.

"Kenapa Kakak telfon balik nggak di angkat?"

Shasha menggaruk rambutnya yang sudah terikat rapi. "Anu, handphone Shasha di tas, jadi nggak kedengeran," jawab Shasha.

"Dasar." Evano berkata sembari mendorong jidat Shasha cukup keras, hingga gadis itu hampir saja terjungkal jika keseimbangannya tidak dapat ia jaga.

Kalian bertanya kenapa Shasha sudah ada di rumah? Lalu siapa yang membukakan pintu gudang? Dia adalah Aksa. Orang, ahh ralat, hantu yang berhasil membuatnya kini sudah ada di rumah adalah dia.

_Flashback on_

Duk

Suara pintu yang bertabrakan dengan tubuh Shasha yang terbaring dilantai terdengar.

Membuat Shasha terbangun dari tidurnya diikuti Arion yang mulai mengerjapkan mata secara perlahan, Shasha kembali duduk, ia harus berganti posisi secepat mungkin, takut jika Arion melihat justru malah mengomel layaknya ibu-ibu.

"Siapa sih?" tanya Shasha penuh geram, penglihatannya yang belum sempurna akibat tidur, serta pencahayaan yang masih minim membuat ia dengan susah payah mencari siapa gerangan yang berani membuat Shasha terbangun dari tidurnya.

Mata Shasha berbinar, walaupun Shasha tahu Arion tidak akan melihat matanya yang berbinar ini. Gadis itu memekik girang saat mengapai ujung pintu, ia dapat merasakan pintu sudah sedikit terbuka.

Tiba-tiba cahaya datang dari luar, kedua insan yang terkurung di gudang semalaman ini melihat cahaya dari pintu yang separuh terbuka itu, cahaya yang mampu menjadi sedikit penerang bagi penglihatan mereka.

"Wah, asik! Pintunya kebuka," pekik Shasha girang, bahkan sangking girangnya gadis itu sampai lompat-lompat tidak jelas membuat Arion yang menyakisikannya tersenyum sekilas.

"Ayo!" Shasha memegang tangan Arion, menuntunnya untuk keluar bersama dari gudang tersebut.

Keluar dari gudang gadis satu ini disambut dengan kedua teman Arion, siapa lagi kalau bukan Rio dan Martin.

Aku Bukan Gadis AnehTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang