Monolog

7 0 0
                                    

Aku suka, ketika bercerita denganmu, tidak ada yang bisa ku sembunyikan jika sudah menatap matamu. Aku suka, dengan caramu tertawa, entahlah apakah tawamu mengandung santet atau bagaimana. Aku suka, ketika pergi berdua denganmu, aku merasa aman dalam duniaku sendiri.

Dulu, dengan mudahnya ku genggam tanganmu setiap kali bertemu. Dulu, dengan mudahnya kuraih lenganmu hanya untuk membantuku ketika malas berjalan. Dulu, dengan mudahnya kusandarkan kepalaku di bahumu hanya untuk mencium aroma parfummu. Bercerita menjadi salah satu hobiku saat bertemu denganmu. Membuatmu tertawa dengan celotehku, sudah menjadi kebiasaan ketika bersama denganmu. Namun kini, menatapmu dari jauh saja aku sudah merasa takut. Bahkan bertemu pun sulit. Tidak ada lagi yang bisa kuraih ketika aku malas berjalan. Dan bau parfum itu semakin kurindukan. Sekarang, aku telah menemukan hobi baru, bercerita pada layar berwarna putih biru. Aku sudah berusaha untuk mengatasi segalanya. Segala rasa rindunya.

Kukatakan suatu rahasia. Yang tidak pernah aku katakan padamu sebelumnya. Bukan karena aku malu atau ragu, tapi karena apalah hakku mengatakan padamu, toh siapa aku dan kamu. Jujur ku katakan, aku iri pada mereka, yang bisa tertawa lepas bersamamu. Aku iri pada mereka, yang bisa dengan mudahnya pergi denganmu. Aku iri pada mereka, yang pada suatu waktu bisa menggandeng lenganmu. Aku iri pada mereka, yang mengirim pesan padamu tanpa ragu. Aku iri pada mereka, yang sering mengajakmu dan kamupun mau. Bukan orangnya yang membuatku iri. Tapi waktumu. Entahlah, mengapa aku merasa kamu selalu bisa meluangkan waktumu bersama mereka, pergi dengan mereka, membalas pesan mereka. Apakah aku yang terlalu berisik padamu, sehingga kamu merasa bosan dan terganggu denganku ? Ataukah sebenarnya aku yang tidak bisa memahami dirimu ? Oh entahlah, kamu tidak pernah mengatakan yang sebenarnya padaku, dan akupun tidak terlalu bernyali untuk bertanya padamu.  Kau sering mengatakan padaku, 'aku tidak bisa pergi denganmu hari ini'. Dan entah aku salah paham atau bagaimana, esoknya kau pergi dengan mereka ke tempat yang sama dimana aku mengajakmu sebelumnya. Oh shit. Sempat ku berpikir kau sengaja melakukannya, entah untuk apa. Sempat ku berimajinasi kau tertawa disana dan mengirimkan foto padaku agar seolah kau bahagia dan aku tidak. Jangan terlalu menyalahkanku jika pikiran burukku terus membayangi otakku. Karena mungkin sebagian besar orang juga akan melakukan hal yang sama, apalagi mengingat aku adalah seorang wanita, anggaplah kau setuju.

Sudahlah, itu sudah lama berlalu. Aku tidak ingin terlalu lama terpuruk dengan hal itu. Dan ku katakan sudah cukup bagiku. Mengingat kejadian indah itu. Dan kupikir lagi, tidak ada hal buruk saat bersama denganmu. Hal itu selalu menjadi indah, semuanya, tidak terkecuali. Hanya satu yang ingin kukatakan padamu hari ini, dan sebenarnya aku berharap tidak mengatakannya lewat sini. Mungkin jika kau membaca tulisan ini, dan kau penasaran sekali, kau bisa mengubungiku lagi, sehingga bisa kukatakan dari hati.

Kukatakan aku rinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang