4. Mereka memang terlihat seperti keluarga kecil yang bahagia, namun sayang ....

31 7 0
                                    

Mereka memang terlihat seperti keluarga kecil yang bahagia, namun sayang semua itu hanyalah settingan

_Wanita Perindu Surga_

*

Ziad menatap pantulan dirinya di cermin, sebuah baju koko dengan sarung motif kotak-kotak sudah membungkus tubuhnya. Sebenarnya ini jauh lebih baik daripada pakaian sebelumnya, tapi tetap saja ini bukan gayanya.

Pandangan Azra tertuju pada bentangan langit yang seolah menjadi panggung pertunjukan bagi para mega untuk unjuk kebolehan bagi penduduk bumi. Wanita itu tersenyum sambil memejamkan mata, meresapi ketenangan yang perlahan menyusup ke dalam hatinya.

"Bunda."

Azra membuka mata begitu terdengar suara anak kecil yang begitu familiar di telinganya.

"Eh Iching, ada apa sayang?" Tanyanya sambil membawa si kecil duduk ke pangkuannya.

"Bunda liat apa di sana?"

Sejenak Azra tidak menjawab ia hanya memperhatikan bocah yang berusia 4 tahun itu sambil terseyum mengusap-usap kepalanya dengan lembut.

Diantara anak-anak panti, Ichinglah yang paling dekat dengannya, bocah itu selalu memiliki keingin tahuan tinggi yang terkadang membuat Azra jadi gemas sendiri.

"Bunda lagi liatin langit," jawabnya jujur

"Bunda suka langit?"

"Iyya, Bunda suka banget malah."

Mendengar jawaban Azra membuat bocah itu lantas mengangguk.

"Kalo begitu, Iching pengen jadi pilot biar bisa bawa bunda, Umi Aji, Abah kiai, om Rayhan sama Om Ziad jalan-jalan ke langit. Sekalian Iching pengen petikin bintang buat bunda."

Azra lagi-lagi dibuat tersenyum dengan kepolosan Iching, tanpa sadar tangannya sudah mencubiti pipi gembul bocah itu.

"Kalo Iching mau jadi pilot, Iching harus jadi anak pinter."

"Pasti bunda." Kali ini Iching juga ikut mencubit kedua pipi Azra dengan kedua tangan mungilnya, membuat wanita itu tertawa.

Merasakan kursi yang didudukinya bergerak, Azra lantas menghentikan tawanya kemudian memalingkan wajah untuk melihat siapa sosok yang kini berada disisinya.

Hal yang pertama kali dilihatnya adalah wajah dingin tanpa ekspresi, serta tatapan tajam yang menghunus layaknya mata pedang yang siap memenggal kepala Azra sekarang juga, membuat wanita itu memilih mengalihkan pandangan kepada Iching yang masih duduk di pangkuannya dengan tenang.

"Om Ziad keliatan ganteng pake baju itu. Ya 'kan bunda?"

Mendengar pertanyaa kecil dari Iching membuat Azra gelagapan, ia bingung harus menjawab apa. Hatinya mengatakan 'iya' namun akalnya justru menolak spekulasi itu.

"Om Ziad memang selalu tampan," ucapnya menyombongkan diri.

Azra mendengus, sekarang ia bersyukur karena lebih memilih mendengarkan akalnya daripada hatinya. Lihatlah, dipuji sedikit saja sudah membuat pria itu melambung melanglang buana, apalagi dipuji secara berlebih mungkin akan membuat pria itu tidak segan-segan melompat dari jembatan Ancol, dan jika itu memang terjadi maka tentu saja yang paling girang adalah si manis jembatan Ancol, setelah bertahun-tahun menyendiri akhirnya dia memiliki teman juga.

Wanita itu bangkit dari duduknya tanpa melepas Iching yang saat ini berada digendongan, dia harus pergi dari hadapan Ziad sekarang juga. Tujuannya datang kemari adalah untuk menenangkan diri, tapi jika Ziad ada di dekatnya seolah atmosfer yang berada disekitar berubah menjadi menegangkan.

Wanita perindu surga (Slow Update)    Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang