7. Tidak ada kejahatan yang sempurna

28 5 0
                                    

Tidak ada kejahatan yang sempurna

_Wanita Perindu Surga_

Malam semakin larut, angin meriak menyapa dedaunan, bukan sapaan lembut yang ia berikan angin itu baru saja mendapat pesan bahwa akan ada bahaya malam ini ia sedang berusaha memberi peringatan, namun sayang tidak ada yang mengerti bahasanya.

Sementara dedaunan mereka hanya mengikuti angin, tidak tau harus berbuat apa.

Para rerumputan berjengit, merasakan sebuah sepatu pantofel berdebu menyapa permukaannya hingga merebah ketanah. Mereka dapat merasakan, aura kelam nan berbahaya dari pemilik sepatu yang saat ini memilih mempertahankan pijakannya pada dua jumput rumput yang tentu saja sudah merapat di tanah.

Bibir pria misterius itu menyeringai di balik topeng putih yang menutupi seluruh wajahnya, kecuali dua bola mata yang nampak memancarkan aura mengintimidasi penuh dendam.

Selang beberapa detik, seringaian itupun memudar ditandai dengan mata yang semula menyipit kini sudah kembali terbuka sempurna.

"Bersiaplah," Ujarnya pelan, lalu ia membawa kakinya untuk terus melangkah mencapai taman belakang dan masuk ke dalam rumah melalui jendela yang sengaja dibuka oleh seseorang yang telah lama menjadi kaki tangannya.

Pria itu kembali tersenyum, sembari mengambil kotak yang diberikan oleh orang yang tadi membantunya.

"Lakukan dengan cepat, sebelum ada yang bangun!" ujarnya memberi peringatan kepada si pria misterius, yang dibalas anggukan kecil. Kemudian tanpa mengucap sepatah katapun, ia kembali melanjutkan jalan menuju ruang tamu yang tidak jauh dari tempatnya kini berada.

Ia berjalan mendekati CCTV yang mengawasi area ruang tamu, sembari mengacungkan pisau lipat yang dibawanya tepat di depan kemara pengawas sebagai peringatan. Kemudian tanpa mau berlama-lama ia mengeluarkan kain hitam dari saku hodienya hingga menutupi benda yang sedari tadi mengintainya.

Sekarang tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan, ia kembali mengayunkan langkah menapaki satu-perasatu anak tangga yang akan membawanya mencapai kamar orang yang telah lama diincarnya.

.

Azra menggeliat ketika ia merasakan ada angin yang menghantam tubuhnya dari luar, perlahan ia membuka mata dan mendapati pintu balkonnya terbuka padahal ia yakin sudah menutupnya tadi. Ah mungkin itu angin. Fikirnya mencoba berpositif tningking.

Wanita itu bangkit hendak menutup kembali pintu tersebut, namun urung tatakala padangannya tertuju pada nakas yang di atasnya sudah terdapat kotak pizza, lagi-lagi ia dibuat bingung. Sejak kapan benda itu berada di sana? Padahal jika diingat-ingat Azra tidak pernah meletakkan kotak apapun di sana.

Ia mulai mengulurkan tangan meraih benda persegi empat itu, dan membawanya ke pangkuan. Azra mencuramkan alisnya, sadar bahwa kotak itu terlalu ringan untuk terdapat pizza di dalamnya juga benda itu cukup berat untuk dikatakan kosong.

Sebelum membukanya, Azra menolehkan kepalanya ke arah pintu yang masih terbuka. Apa pintu itu ada hubungannya dengan ini?
Sejenak ia menggelengkan kepala, mengusir jauh-jauh pikiran buruk yang menyarangi kepalanya. Semoga saja tidak.

Dengan perlahan ia mulai membuka kotak tersebut, seolah akan ada bom di dalamnya yang jika tidak diperlakukan dengan baik maka benda itu akan meledak, yang berakhir dengan nyawa Azra yang melayang.
Dari sekian banyak jalan untuk menyemput ajal, ada satu jalan yang paling ia hindari yakni mati dengan wajah hancur. Sungguh, itu terdengar sangat tidak baik.

Setelah beberapa detik, akhirnya Azra berhasil membuka kotak itu dan isinya sungguh mengejutkan, bahkan membuatnya refleks melempar asal benda itu hingga berserakan di lantai.

"Astagfirullah," pekiknya mengusap dada yang sudah bertalu tidak karuan.

Sebuah bangkai ular tanpa kepala dan penuh darah, menjadi penampakan pertama yang ia lihat begitu ia berhasil membuka kotak misterius yang entah siapa pengirimnya.

Ditengah rasa gugup bercampur takut yang menyerang, pandangan Azra tidak sengaja menangkap siluet bayangan hitam yang seolah tengah memperhatikan setiap gerak-geriknya dari balik kaca jendela.

"S_siapa di sana?"Sebuah pertanyaan yang terdengar bodoh meluncur begitu saja dari bibir Azra yang tentu saja tidak mendapat jawaban.

Wanita itu meremas kedua tangannya dengan kuat hingga memutih, hal yang sering ia lakukan saat gugup. Suasana seakan makin mencekam, begitu pandangannya tidak sengaja bertubrukan dengan mata hitam pekat milik seseorang yang sedari tadi menguntitinya.

"Siapa kau, dan apa maumu?" Lagi, ia berteriak berusaha mati-matian menekan rasa takut yang mulai menyelimuti. Azra bangkit berjalan dengan pelan mendekat ke arah jendela, namun sebelum ia benar-benar mencapai tempat yang ditujunya, sebentuk suara berhasil mengintrupsi pergerakannya.

"Apa yang terjadi?"

Azra berbalik dan mendapati Ziad, mbo Sri, mba Ati, serta mang Mamang berdiri di ambang pintu kamar sembari menatapnya dengan penuh tanda tanya.

Ziad berjalan masuk, pandangannya kini tertuju penuh pada benda yang ada di lantai. Ia mengerinyitkan dahi sambil menatap Azra yang sudah memeluk mbo Sri menyalurkan seluruh rasa takutnya.

"Siapa yang membawa benda ini kesini?" Tanyanya sambil jonkok, tapi percuma saja Azra pun juga tidak tau karena benda itu sudah ada dikamarnya saat pertama kali ia terbangun.

"Entahlah, aku juga tidak tau," balas Azra yang perlahan menguraikan pelukannya pada mbo Sri.

Ziad semakin memperdalam kerutan pada keningnya, begitu pandangan matanya menangkap sebuah objek berupa kertas yang menempel pada kotak, ia meraih kertas itu dan memperhatikannya dengan seksama. Deratan angka yang tidak beraturan tertera di sana.

4 10 0 18
1 18 0 17
13 6 1 4
0 3 20 6

N 13

Pria itu memijit pelipisnya, melihat angka-angka ini membuatnya semakin pusing. Sepertinya ia membutuhkan bantuan sekarang.

Bersambung

Ya ampuuuunnnn ... akhirnya Didip bisa update juga nih cerita, huwaaa Didip berhasil upadate dua hari berturut-turut, yah walaupun beda cerita. Tapi ini udah kayak berkah banget.

Udah berapa abad cerita ini terbengkalai?
Maafin Didip, akhir-akhir ini otak Didip lagi ngambek gegara kebanyakan tugas terus nggak ada suasana juga kelamaan di rumah.

Tapi inshaallah Didip bakalan tetep usahain buat lanjut kok cerita ini, maafin juga kalo banyak typo bertebaran ... pelan-pelan Didip bakalan refisi.

Menurut sudut pandang kalian

Siapa yang menjadi kaki tangan si pria bertopeng?

Apa makna dari angka-angka tersebut?

Siapa sebenarnya pria bertopeng itu?

Ada yang bisa membantu Ziad memecahkan teka-teki ini?

Ikan hiu lagi ngefoto
I love you buat yang ngevote

See you next time😘

jangan lupa jejaknya

Wanita perindu surga (Slow Update)    Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang